"Seorang yang sangat special ya?"

"Biasa saja, memang ada apa? Kamu ingin pergi, pergi saja! Hanya liburan kan, bukan apa- apa kok!"

"Aku tahu kamu kesal padaku, aku menunggumu hingga bangun dari tidur, jadi jangan membuatku menyesal menunggu."

"Lalu maumu apa?"

"Bersikaplah yang baik padaku."

"Ya baiklah, tapi kenapa? Bukannya kamu juga sudah biasa dengan tingkahku yang selalu menolakmu. Kamu saja pergi tanpa pamit denganku, kamu ingin pergi meninggalkanku. Bagaimana aku bisa bersikap baik padamu? Aku tidak mau kehilanganmu, tapi ini hanya liburan kan?"

Spontan Won langsung memeluk erat diriku, dalam pelukan itu ia berucap "Aku janji akan kembali untukmu! Aku akan menjaga diriku sebaik mungkin, dan aku akan pulang untukmu"

"Terima kasih, aku sangat senang",

Aku dan Won pun mulai kembali ke ruang tamu. Dia dan Subtel mulai berpamitan dengan kami. Mereka pergi dengan mobil Subtel, pergi meninggalkanku. Aku melambaikan tangan atas kepergiannya. Aku merasa legah, aku merasa ini jauh lebih baik karna dia berpamitan denganku.

"Rembulan, kamu akan kembali ke Negeri Flower kan?"tanya kakek

"Ya kakek, ada apa?"

"Tidak apa, kakek pikir kamu akan tetap disini karna masalahnya juga sudah selesai"

"Ya, tapi aku ingin liburan disana"jawabku berjalan menuju ruang tamu dan duduk di sofa.

Kakek dan nenek pun duduk di sofa.

"Tapi disana bahaya, disana dunia yang berbeda"kata nenek mengkhawatirkanku

"Biarlah Nek, lagi pula Rembulan memang berasal dari negeri itu. Biarkan dia menemukan keluarganya!"

"Hah, baiklah. Aku akan merelakanmu pergi, nenek akan selalu mendoakanmu"

"Terima kasih Nek, terima kasih Kek!"

Aku pun cepat menuju kamar, aku sangat senang hari ini. Won berjanji padaku akan kembali lagi untukku, ya meski ini liburan aku telah merasa kehilangan dia. Tetapi dia akan kembali untukku. Nenek dan kakek juga mengijinkanku ke negeri itu lagi walau keadaan disini sudah aman. Aku pun bergegas bersiap-siap ke negeri itu. Aku akan memulai petualangan lagi mencari keluargaku.

Beberapa saat kemudian, aku telah selesai berkemas. Nenek dan kakek mengantarku ke kebun, dimana tempat perpisahan kami dan jalanku ke negeri itu.

Aku siap berangkat ke negeri itu. Aku pun berpamitan dengan kakek dan nenek.

Memeluk erat nenek, "Nenek, aku akan pergi. Aku janji akan kembali untuk nenek dan kakek!" ucapku dalam pelukan.

"Nenek tahu itu, nenek percaya padamu. Nenek harap kamu tidak menyesal tinggal Bersama nenek dan kake, Rembulan!" melepaskan pelukan.

Memeluk kakek, "Kakek, aku pergi dulu. Mohon doakan aku!"

Melepas pelukan, "Ya tentu saja. Kakek dan nenek akan selalu mendoakanmu, dia setiap langkahmu kemana pun kamu pergi. Kembalilah dengan baik",

"Ya aku akan kembali untuk semua orang disini",

Kemudian aku pergi meninggalkan kakek dan nenek menuju Desa Flower, aku akan menemukan keluargaku dengan caraku sendiri. Ya meski di dunia yang berbeda. Dan buku rahasia yang aku bawa itu, buku ajaib akan membantuku selama aku di negeri itu.

Kulangkahkan kaki menuju pohon ruang dan waktu, dan mulai memasuki tempat itu. Beberapa langkah berjalan masuk dan aku telah tiba di hutan tak jauh dari desa.

"Hah, syukurlah semua baik-baik saja. Ya tidak masalah jika aku tidak bias ikut liburan Bersama teman- teman tetapi aku akan sangat senang disini. Mari kita mulai berpetualang!" ucapku dengan melepas napas legah.

Tapi siapa sangka, kedatanganku pagi ini telah di tunggu seseorang. Seseorang yang sama menyebalkannya dengan Won.

"Hem, sudah kembali? Pulang tak berpamitan dengan calon suamimu itu sangat tidak sopan!"ucapnya berada di bawah pohon.

Aku pun segera mencari sumber suara itu, dan aku melihat Kim yang berada di bawah pohon, ia bersandar di bawah pohon yang rindang.

Aku tersenyum dan mendekatinya.

"Hah, kamu lagi! Aku tentu saja ngak akan berpamitan denganmu, itu juga karna ulahmu sendiri"

"Memang apa salahku?"

"Tidak ada, hanya memaksaku dan aku tidak suka itu. Dan jika aku pun berpamitan denganmu, apa hubungannya? Mau kemana pun aku pergi, itu adalah hakku."

"Ya tapi aku ini adalah calon suamimu. Mengapa kamu tidak memintaku untuk mengantarmu pulang? Dan mengapa harus laki- laki lain?"

"Hah, Akira maksudmu? Itu aku sudah berjanji dengannya, jadi jangan mempermasalahkan itu. Aku bukan siapa- siapa, aku hanya rakyat biasa dan aku tidak merasa cocok jika bersamamu. Jadi mengertilah! Ada banyak perbedaan di antara kita. Aku yakin ibumu punya alasan mengapa menjodohkan kita berdua. Yang harus kamu tahu, saat ini aku tidak punya perasaan apapun padamu" jawabku yang kemudian berjalan lebih dulu menuju Desa Flower.

"Apapun alasannya, aku tetap calon suamimu!"

"Ya benar, mari kita pulang! Aku kemari untuk liburan, aku akan ke akademi sihir Bersama teman- teman, belajar bersama dan memulai petualangan. Apa menurutmu itu baik bagiku?"

Kim berjalan di sampingku, wajahnya menyimpan rasa kesal tetapi juga ada perasaan senang. Senang karna seseorang telah kembali.

"Ya, mengapa kamu meminta pendapatku? Mengapa tidak Akira saja?"

Aku segera berhenti berjalan dan berpaling, melihat ke arahnya yang berjalan lamban. Mendekati dia, dan tersenyum manis. "Apa dia ada disini? Aku rasa hanya kita kan. Jadi apa aku tidak boleh meminta pendapatmu? Kamu seorang pangeran, pasti punya alasan yang bagus untuk menjawab pernyataanku!"

Kim menarik napas, dan menghembuskannya. Ia mulai berjalan lebih dulu, dan menjawab "Tentu saja aku seorang pangeran, apa kamu menyukaiku dari segi pandangan itu?"

"Aku menyukaimu bukan karna itu, hah… apa aku menyukaimu? Tidak…. Aku tidak menyukaimu saat ini. Tapi kamu boleh menjadi teman bicaraku"

Kim berhenti berjalan dan berpaling, ia mulai mendekatiku, menatapku dengan tetapannya yang tajam dengan ekspresi kesal. Tapi menurutku tingkahnya sekarang sangatlah mengagumkan, aku menyukai dia jika dia yang mendekatiku. Dia tetap terlihat tampan.

"Apa aku seperti itu di hatimu? Kamu terlihat cantik hari ini, tapi sayangnya menyebalkan!"

Aku pun menatapnya, dan merenggutkan wajahku seraya berucap, "Apa kau tidak bercermin pagi ini? Yang lebih menyebalkan itu adalah kamu!".

"Tapi aku tetap tampan kan? Aku bahkan punya segalanya!"

"Hah, tampan dan punya segalanya saja tak akan cukup untuk membuat hatiku luluh padamu. Itu tidak akan cukup!"

"Memang agar aku bisa membuat senang apa? Apa yang kamu inginkan?" mendekatiku dengan sangat dekat.

"Tidak ada, menjadi diri sendiri lebih baik. Dan menjauhlah sedikit dariku!",

"Wah lihat! Wajahmu memerah"

"Hah benarkah?" jawabku mulai mengelus-elus wajahku dan berharap wajahku berhenti memerah.

"Ya, sini aku bantu!" ucapnya mulai menyetuh diriku. Menyetuh wajahku, dan spontan dia malah mencium keningku.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like