"Haaa…. Kok kamu jahat ya? Aku ini temanmu loh!"

"Hehe… ya mau gimana lagi. Aku kan ngak bisa bantu apa- apa",

"Ya aku tahu. Rembulan marah ngak sih soal kita bikin video tanpa ngajak dia?"

"Ngak lah! Dia malah bersyukur sekali ngak ikut. Karna penampakan itu loh, dia jadi ngak marah sama kita"

"Hah, syukur deh. Dio Na jadi kuntilanak itu bagus banget deh!  Aku ngak nyangka mau- maunya dia nurut sama kamu!"

"Ya siapa sih ngak mau nolak perintah daric wok setampan aku ini?" ucapnya dengan menyombongkan diri.

"Rembulan!" jawab Subtel.

Seketika itu juga Won langsung lesu dan sedih, "Hah, dia memang tidak bisa di lumpuhkan! Hatinya saja aku tidak tahu bagaimana? Dia susah sekali di dapatkan. Padahal aku tampan, pintar, pemberani, baik, perhatian, ngak play boy!"pujinya pada diri sendiri.

"Hah, tapi ketua gangster, jahat, kejam, keras kepala, pemberontak!"

"Hah, kamu ini seharusnya membantuku memuji diriku. Bukan merendahkanku!"

"Ya mau gimana lagi. Memang sebagian dirimu seperti itu. Anak buahmu di kota ngak terurus tuh gimana?"

"Hah, selama keadaan aman- aman saja, dan tidak ada masalah maka ngak perlu di urusi. Aku sudah minta mereka untuk belajar lebih giat buat ulangan",

"Ketua geng yang pengertian!"

"Ya tentu saja, aku ngak mau menerima anggota yang c.u.man punya tampang tapi ngak bisa membedakan mana yang baik mana yang tidak. Mereka juga harus berbakti sama orang tua. Ya biar suatu saat nanti, akan menjadi geng yang di hormati semua orang tanpa bikin masalah. Kalau mau onar- onaran di jalan gampang kok! Tapi ngak segampang meluluhkan hatinya!"

"Hah, coba deh kamu memberi perhatian yang tulus sama dia. Mungkin hatinya akan terbuka buatmu!"

"Itu ngak akan mungkin! Yang ada selalu gagal. Makan berdua di depan rumah aja di grebek sama tiga gadis, terus malamnya bapaknya datang marah- marah. Mau dekat sama Rembulan, eh Dio Na yang datang. Aku kudu gimana?"

"Hahaaa….. malang nasibmu!" tawa kecil Subtel.

Won pun tidak mempedulikan temannya itu, semangatnya telah patah sekarang. Ia pun memutuskan untuk tidur, begitu juga dengan Subtel. Won berharap besok dapat semangat lagi untuk mendapatkan hati Rembulan. Meski dalam hatinya juga tersimpan rasa takut, takut kehilangan persahabatan yang terjalin lama.

"Selamat malam!" ucap Subtel.

"Malam!" jawab Won.

Jam menunjukan pukul 12.00, tepat tengah malam. Mereka berdua barulah tidur. Tidur dengan harapan, harapan besar untuk esok. Berharap semua rencana yang telah di susun berjalan dengan lancar.

Mimpi yang indah, datang dalam tidur diriku.

Aku bertemu dengan Jingmi di sebuah taman bunga yang indah.

"Maaf, aku telah melukaimu. Terima kasih telah membantuku!"ucapnya padaku dengan wajah yang senang dan bahagia.

"Kamu akan pergi?"

Jingmi tidak menjawab, dia hanya tersenyum manis padaku. Jingmi mulai berjalan menuju arah cahaya yang bersinar terang, meninggalkanku seorang diri. Air mataku pun jatuh ke pipi. Aku sedih, dia tidak akan kembali lagi untuk selamanya. Tapi dia akan bahagia disana. Dia menghilang dari pandanganku, yang membuat diriku semakin sedih.

"Jingmi, meski kamu melukaiku. Kamu tetap temanku, aku akan selalu mendoakanmu!" ucapku

Saat aku sedih, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku pun berpaling dan melihat orang itu. Orang itu adalah Akira. Dia memakai baju besarnya sebagai seorang raja. Akira memeluk erat diriku.

"Tidak apa! Cepatlah pulang" ucapnya yang kemudian melepaskan pelukan.

Tapi seketika itu juga aku melihat Kim di sampingnya, dia tersenyum padaku. Lalu di samping kanannya, adalah Won.

Ketiga pria ini tersenyum padaku, dan mengulurkan tangannya. Aku bingung, aku tidak tahu harus bagaimana. Aku pun mengulurkan tanganku pada mereka bertiga.

Namun sesuatu terjadi, sesuatu yang memisahkan kami. Kami terpisah oleh jarak, aku melihat mereka yang semakin menjauh dariku. Wajah mereka tetap tersenyum manis padaku. Seketika itu, bunga- bunga yang indah bertaburan jatuh dari langit ke arahku. Aku pun menadahkan tanganku, hingga tanganku menyambut satu bunga.

Bunga tulip bercahaya yang sangat indah, bunga bewarna putih dengan cahaya biru. Ini sangat berbeda seperti yang pernah Akira berikan kepadaku.

Aku pun mulai merasakan ada yang aneh padaku, sesuatu yang tak bisa aku jelaskan.

Hingga aku terbangun dari tidur, dan mimpi indah itu menghilang. Dua sahabatku menggerak- gerakan tubuhku.

"Rembulan, bangun! Sudah pagi" ucap Hastin

Aku membuka mata dan melihat kedua temanku, aku cepat bangun dari tempat tidur.

"Ada apa?" tanyaku

"Ini sudah pagi! Kami ingin berpamitan denganmu. Subtel dan Won sudah di ruang tamu loh. Mereka juga udah mau pergi!"

"What? Pergi! Won mau pergi tanpa pamit sama aku? Awas saja, jika tidak pamitan sama aku. Pintu kamar ini ngak akan pernah kebuka lagi buat dia" ucapku kesal dan langsung keluar kamar mencari Won.

Aku menemukan Won di ruang tamu yang sedang ngobrol sama kakek, nenek dan Subtel. Aku melihat Won sudah siap mau pergi. Aku pun merenggutkan wajah, aku benar-benar kesal. Lagi-lagi dia akan pergi meninggalkanku tanpa pamit, dan pergi mendadak.

"Rembulan! Kamu sudah bangun, sini duduk gabung sama kita. Won mau pergi" ucap nenek.

"Pergi saja! Aku juga ngak ngerasa punya teman disini!" ucapku kesal dan menahan air mata karna Won akan pergi lagi.

Won tersenyum, dia berdiri dan mendekatiku.

"Aku mau bicara berdua sama kamu! Sini ikut aku!" ucapnya menarik tanganku.

Won menarikku menuju kamar, saat itulah Razel dan Hastin keluar. Saat itu juga Won segera melepaskan tanganku.

"Rembulan, kami pamitan pulang ya? Sampai jumpa di semester 2" ucap Razel memeluk erat diriku.

"Ya, sampai jumpa lagi. Jaga dirimu baik-baik ya?"

"Ya tentu saja"  jawab Razel melepas pelukan.

Lalu Hastin berpamitan denganku.

"Rembulan, yakin kamu ngak ikut sama kami?"

"Tidak, terima kasih. Aku yakin liburan kalian pasti seru, tapi aku beneran ngak bisa. Maaf!"

"Tidak apa, yang terpenting jaga diri baik-baik ya? Jangan menyerah, kami akan selalu mendoakanmu meski jarak memisahkan kita. Dan, kami akan menghubungimu nanti"peluk Hastin padaku.

"Ya, aku akan menunggu kedatangan kalian. Jaga diri kalian baik-baik ya? Aku pasti akan merindukan kalian"jawabku melepaskan pelukan.

Lalu Hastin dan Razel berpamitan dengan Won.

"Won, kami pamit pergi. Nanti kita saling komunikasian ya? Kami pasti akan merindukan kalian. Sampai jumpa di semester 2 ya? Dah… kami pergi dulu!"

"Ya sampai jumpa!" jawab Won.

Kemudian Won kembali menarikku ke kamar, dia menutu pintunya.

"Rembulan, aku akan pergi. Kamu beneran ngak ikut sama aku?"

"Ya tentu saja",

"Apa cincin itu dari seseorang?",

"Ya benar",

"Seorang yang sangat special ya?"

"Biasa saja, memang ada apa? Kamu ingin pergi, pergi saja! Hanya liburan kan, bukan apa- apa kok!"

"Aku tahu kamu kesal padaku, aku menunggumu hingga bangun dari tidur, jadi jangan membuatku menyesal menunggu."

"Lalu maumu apa?"

"Bersikaplah yang baik padaku."

"Ya baiklah, tapi kenapa? Bukannya kamu juga sudah biasa dengan tingkahku yang selalu menolakmu. Kamu saja pergi tanpa pamit denganku, kamu ingin pergi meninggalkanku. Bagaimana aku bisa bersikap baik padamu? Aku tidak mau kehilanganmu, tapi ini hanya liburan kan?"

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like