"Tuh kan, kamu suka bercanda sekarang. Tapi beneran ada ngak sih desa yang kamu kunjungi  itu atau hanya prank? Jangan- jangan kamu jalan- jalan ke kota dan ngak ajak-ajak kami!"

"Beneran ada kok, c.u.man aku belum bisa ajak kalian."

"Nanti ajak kami ya?"

"Oke sip, sip! Ya, aku mau tidur dulu. Sudahlah, ada atau pun tidak. Aku ngak akan ikut liburan sama kalian, kita sudah punya rencana masing-masing. Aku ke Desa Flower, kalian ke kota dan Won ke kastil angker!"

"Benar, mari bersemangat untuk besok! Besok pasti akan menjadi hari yang panjang untuk kita semua!"

"Ya, semangat!"jawab kami serentak.

Diam- diam dua pria itu memperhatikan perbincangan kami. Mereka tidak bisa focus ke rekaman video itu karna suara yang berisik.

"Astaga, ternyata di kamar cwek lebih berisik di banding kamar cwok!"

"Ya, benar. Ramenya kek pasar!"

"Hahhaa…. Benar, tapi yang sudahlah ayo focus lagi!"ajak Subtel pada Won.

Mereka berdua pun kembali mengedit rekaman video sebaik mungkin.

Subtel teringat akan pekerjaan ini, seharusnya mereka sekarang bertiga tetapi Jingmi sudah tidak ada dan hanya tinggal kenangan lah yang dapat membuatnya berdiri tegak. Subtel sangat kehilangan pada sosok Jingmi yang dulu.

Malam hari yang cerah, dimana bintang dan bulan masih bersama tanpa ada awan mendung yang ingin memisahkan.

Jam telah menunjukan pukul 11.30, Won dan Subtel masih berfokus pada laptop dan ponsel mereka.

Mereka telah memposting video rekaman yang dibuat di media social.  Won berdiri dan memperhatikan teman-temannya yang sedang tidur di kasur. Ia hanya ingin memastikan bahwa mereka memang benar- benar telah tidur.

Lalu Won kembali duduk, ia berucap pelan pada Subtel.

"Subtel, menurutmu apa Jingmi sudah tenang? Aku tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Aku sangat sedih melihat dia pergi. Dia teman kita, dan akan selalu menjadi teman kita",

"Ya, aku mengerti perasaanmu. Tapi semoga saja dengan begini semuanya menjadi tenang. Aku juga merasa kehilangan, seharusnya kita bertiga kan? Seperti dulu!"

"Ya benar. Tadi aku lihat kamu dekat ya sama Hastin? Apa dia sudah mau bicara dengan preman sekolah?"

Subtel tertawa kecil, "Meski aku preman, tampan tapi aku juga munusia. Aku sama sepertimu, ketua geng sekolah!"

Won tertawa kecil, "Jangan menyebut itu di depan Rembulan ya? Rahasiakan ini! Jangan sampai ada yang tahu",

"Ya tentu saja, tapi kenapa kamu kalah sama anak itu?"

"Anak yang mana?"

"Anak kepala sekolah Internasional, dan gadis itu. Aku tahu kamu pasti bisa membalas mereka kan? Bukankah kamu calon pewaris tahta!"

"Hah, aku sengaja melakukan itu. Aku sudah mendengar semuanya, mereka hanya memanfaatkanku saja. Dan lagi pula aku bukan orang kaya yang seperti mereka inginkan!"

"Hah, ya benar kamu tidak kaya tapi ayahmu!"

"Nah kan tahu sendiri, jadi jangan katakan apapun soal diriku yang sebenarnya di depan Rembulan. Oke?"

"Oke! Tapi kenapa?"

"Aku tidak mau membuat persahabatan ini hancur. Aku melihatnya menerimaku apa adanya, dia memang tak berubah. Dia sama seperti dulu. Aku harap aku tetap bisa bersamanya. Kau tahu, dari semuanya hanya dia yang menerimaku, dan kalian semua. Dia memang berbeda, penakut tapi pemberani"

"Ya bahkan dia berani melindungi kita dengan nyawanya sendiri. Kau tahu, mungkin saja serangan itu menghilangkan nyawanya. Kita bahkan tahu polisi aja terlempar dengan tubuh yang sangat lemah, s.e.m.e.ntara Rembulan hanya beberapa jam jatuh pingsan dan pulih dengan cepat. Dia seakan-akan tidak ada yang terjadi padanya. Dia bahkan bilang bahwa iblis ingin nyawa, maka itu bisa diartikan serangan itu sangat kuat. Iblis ingin nyawa kita, dan Rembulan menghalanginya. Ini sungguh keajaiban!"

"Hah, maksudmu seharusnya dia sudah tidak ada ya? Tapi dia bertahan dan cepat pulih?"kaget Won. Won sendiri tak menduga maksud kata- kata Rembulan itu.

"Ya benar, Rembulan tidak menjelaskan itu kan? Dia tahu, tapi dia tidak mengatakan itu pada kita",

"Kamu serius?"

"Ya tentu saja. Coba kamu pikirkan, kita melihat polisi itu masih di rumah sakit kan? Mereka orang yang lebih dewasa dari kita"

Won menganggukan kepala.

"Mereka belum pulang, hingga sekarang mereka masih di rumah sakit. S.e.m.e.ntara Rembulan, dia sudah pulih dan boleh pulang. Dia bilang pada kita kan bahwa dia melihat iblis yang menginginkan nyawa kita saat itu. Orang tua Jingmi berniat menghabisi kita semua saat itu. Tapi Rembulan menghalangi serangannya, hingga dia lah yang terkena serangan itu. Kekuatan yang di keluarkan oleh kedua orang tua Jingmi pastinya sangat besar dan seharusnya membuat Rembulan meninggal. Tapi lihat! Dia sekarang baik-baik saja. Ini sungguh keajaiban. Kudengar tuan besar yang membeli lima gadis itu, dia tidak mengaku telah membunuh Jingmi. Lalu siapa? Orang tuanya sendiri kah? Aku tidak percaya jika orang tuanya sangat jahat!" terang Subtel.

"Ya memang sebuah keajaiban, mungkin malaikat sedang bersamanya saat ini. Aku tidak menyangka akan seperti itu. Seharusnya aku melindunginya kan? Bukan sebaliknya. Hah…. Aku benar- benar tidak menduga ini akan terjadi. Dio Na masih egois dan selalu saja menyalahkan Rembulan. Dia bahkan tak pernah mengerti dan tidak akan pernah menduga yang seharusnya terjadi. Aku rasa, jika di kaitkan dengan gadis itu. Dia memang harus minta maaf pada Rembulan, atau jauhi saja dia!"

"Ya… jangan bilang pada siapa- siapa soal keanehan ini! Nanti Hastin dan Razel pasti sangat sedih mendengar kenyataan yang sebenarnya walau pun Rembulan baik- baik saja.",

"Ya tentu saja, kenapa selalu saja aku tidak bisa menepati janjiku padanya?"

"Janji? Kamu punya janji apa dengan Rembulan atau Dio Na?"

"Sama Rembulan lah, kalau sama Dio Na itu ngak akan mungkin. Aku ngak kenal dia, c.u.man teman satu sekolah aja. Kalau sama Rembulan beda. Dulu rumahku juga di kampung ini. Kehidupan kami tidak sebaik yang sekarang. Kakek lah yang membantu kami, hingga kami menjadi lebih baik. Tapi sayannya aku harus pergi meninggalkan Rembulan, tapi aku janji akan kembali untuknya",

"Wah keren! Kek di film- film aja!"

"Duh sadar bucin! Kamu sendiri gimana sama Hastin? Udah lebih deal?"

"Aku rasa agak sulit bicara berdua dengannya, dia terlihat lebih memancarkan cahaya jika bersama Rembulan dan Razel",

"Hah, kasihan! Sabar…sabar kalau ngak jodoh juga ngak masalah bagiku!"

"Haaa…. Kok kamu jahat ya? Aku ini temanmu loh!"

"Hehe… ya mau gimana lagi. Aku kan ngak bisa bantu apa- apa",

"Ya aku tahu. Rembulan marah ngak sih soal kita bikin video tanpa ngajak dia?"

"Ngak lah! Dia malah bersyukur sekali ngak ikut. Karna penampakan itu loh, dia jadi ngak marah sama kita"

"Hah, syukur deh. Dio Na jadi kuntilanak itu bagus banget deh!  Aku ngak nyangka mau- maunya dia nurut sama kamu!"

"Ya siapa sih ngak mau nolak perintah daric wok setampan aku ini?" ucapnya dengan menyombongkan diri.

"Rembulan!"jawab Subtel.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like