Ponsel Won terus berbunyi, panggilan dari Subtel terlihat jelas di ponselnya. Tetapi Won tidak berani keluar dari selimut.

Ketika ke lima kalinya panggilan itu, Won pun akhirnya memberanikan diri keluar dari selimut. Dia menarik napas legah dan udara segar. Won segera mengambil ponselnya.

Ia pun segera menghubungi balik Subtel, s.e.m.e.ntara Rembulan masih bersembunyi di balik selimut hangat.

Komunikasi terhubung dengan Subtel.

"Ada apa?"tanya Won

"Lama sekali mengangkat telponnya, kamu sedang apa sih?"

"Ih dasar cwek! Suka ngambek aja"ejek Won

"Enak saja! Ini penting tau, aku jadi emosi karna kamu lama sekali mengangkat telpon dariku. Apa ada Rembulan disana?"

Won segera melihat Rembulan yang masih dalam selimut, "Ada. Mau bicara dengannya?"

"Tidak, kami akan kesana. Aku, Hastin dan Razel",

"Oke, aku tunggu ya! Kabari saja jika sudah datang",

"Ya tentu!"

Kemudian komunikasi terputus.

Won pun segera meletakan ponselnya. Di meja dekat dalam tas, lalu ia memanggil- manggil Rembulan.

"Rembulan, Rembulan! Teman- teman mau kemari nih"ucap Won

Tak ada jawaban, Won pun segera membuka selimut.

Tiba-tiba saat Won membuka selimut. Aku berteriak untuk membuatnya kaget, "Haaaa…..!"

Won langsung melepas selimut dan mengambil bantal, ia langsung menyerangku. Won memukulku dengan bantal.

Tepat mengenai wajahku, aku pun kesal dan membalas perbuatannya. Hingga terjadilah perang bantal.

"Aku akan membalasmu!"

"Benarkah? Apa bisa?"ejek Won

"Tentu saja!" jawabku membalas serangannya.

Won mempertahakankan posisinya, melindungi wajahnya dengan bantal.

Aku terus memukulnya tapi tak pernah kena, kulihat dia melindungi dirinya dengan bantal hingga ia tidak melihatku. Kuhentikan serangan, dan mendekatinya.

Aku mendorong tubuhnya hingga jatuh ke bawah, tetapi spontan Won menarik tanganku hingga aku pun itu terjatuh.

"Aaaaa…"teriakku jatuh tepat mengenai tubuh Won.

Aku berada di atas tubuhnya, Won tersenyum dan ia memeluk erat diriku.

"Kau tahu! Aku mulai menyukai ini"ucapnya

"Apanya, aku sangat tidak suka ini! Lepaskan aku"jawabku

"Aku tidak akan melepaskanmu, tidak akan!"

"Lepaskan aku!"

"Tidak akan, tidak bisakah kamu tinggal bersamaku disini sebentar?"ucapnya

Seketika itu, aku teringat akan ucapan Kim padaku. Ia juga memintaku untuk tinggal bersamanya, tetapi aku menolaknya. Aku pun hanya terdiam, dan merasakan tubuh pria ini. Tubuh yang lebar, hangat dan datar serta berotot itu. Nyaman untuk di peluk, dan membuatku lupa diri.

Won memeluk eratku, dia hanya terdiam dan mengelus-elus rambutku.

"Aku pikir kamu akan berubah, kamu tak akan lupa denganku kan?"ucapnya

"Tidak akan, tapi mengapa kamu kembali? Bukannya kamu akan lebih baik di kota tanpaku?"

"Itu tidak benar, aku lebih baik disini bersamamu. Aku memang punya banyak teman di kota, tapi tidak ada yang seperti teman-teman disini. Tak ada yang sepertimu!"

"Sepertiku?"

"Ya, benar. Sepertimu, kamu sangat berbeda. Teman-temanku di kota, para gadis itu lebih menyukai pria yang memiliki segalanya. Aku hanyalah pria pecundang"

Aku menarik napas panjang, dan menghebuskannya, lalu berdiri bangkit dan duduk di kasur. Mengambil bantal dan meletakannya di pangkuanku.

Won pun segera bangun dan duduk di sampingku.

"Aku hanya tahu kamu adalah pria pemberani, kamu baik dan bertanggung jawab. Aku lebih menyukai laki-laki yang memahami keadaanku. Aku yakin kamu telah mengenalku lebih jauh. Won!"

"Ya"

"Apa yang mereka katakan tentangmu? Kamu tidak menganggap mereka serius kan?"

"Hah, ya tentu saja tidak. Awalnya aku disambut baik dan hangat. Tetapi lama kelamaan aku tahu yang sebenarnya. Tak ada gadis yang sepertimu, dan tak ada teman yang seperti teman-teman disini. Semuanya sangat berbeda. Di kota, orang sederhana dan miskin akan disingkirkan. S.e.m.e.ntara aku, aku begitu. Aku hanya di manfaatkan. Aku pikir, seorang gadis akan mencintaiku sepenuh hatinya tapi ternyata aku salah. Dia tidak sama sepertimu. Aku hanya punya dirimu. Apakah kamu masih mau berteman dengan anak laki-laki menyebalkan ini? Dan punya banyak masalah di kota?"

"Apa yang kamu ucapkan? Bagaimana pun dirimu, kamu tetap temanku."

"Hah, aku senang kamu begitu. Ayahku sudah tidak tahan dengan sikapku, maka dari itu dia mengirimku kemari. Ketika aku bertengkar dengan seorang laki-laki satu sekolah, semuanya hancur berantakan. Aku pikir gadis itu benar-benar mencintaiku, ternyata dia hanya memanfaatkanku."

Aku pun langsung memeluk erat Won, aku tahu betapa beratnya beban yang dipikulnya. Dia seperti tidak memiliki siapapun, sama sepertiku selama dia meninggalkanku dulu. Semuanya berubah, bahkan aku tak punya teman seorang pun sebelum Hastin dan Razel datang di kehidupanku.

"Aku akan menamimu, dan kamu akan tetap menjadi temanku"ucapku

"Terima kasih"jawabnya

Lalu aku melepas pelukan, bersamaan dengan itu teman-teman telah datang. Mereka masih di luar rumah.

Razel mengetok pintu, dan memanggil- manggil.

"Rembulan! Rembulan" panggilnya.

"Rembulan" panggil Hastin.

Aku yang mendengar panggilan itu segera turun ke bawah menemui teman-teman, dan Won mengikuti langkahku di belakang.

Aku pun segera membuka pintu dan melihat teman-teman yang menunggu.

"Rembulan! Kami datang, ada sesuatu yang mau dibicarain sama kamu nih!"ucap Razel.

"Apa? Ayo masuk!"ajakku.

Kemudian kami pun segera masuk ke rumah, menuju kamarku.

Kami pun duduk di lantai membentuk lingkaran.

"Ada apa?"tanyaku

 Won yang terakhir masuk menutup pintunya lagi, dan duduk di samping Subtel.

"Malam- malam kemari? Berani sekali!"

"Hah, ya tentu saja. Aku tidak takut tau!"

"Oh benarkah? Bagaimana dengan tikus? Disini ada tikusnya!"ucap Won menyimpan tawa kecil.

Spontan Subtel pun resah, dia memperhatikan tempat ini dengan seksama.

"Rembulan, apa disini ada tikus?"tanya Subtel

"Tidak ada, memang ada apa jadi bertanya soal tikus di kamarku?"

"Dia kan takut sama tikus!"ejek Won

"Sssttt… jangan begitu lah! Kamu membuatku malu saja!"kata Subtel dengan pelan.

Won tersenyum manis, dan menahan tawanya.

"Jadi kalian kemari karna apa?" tanyaku

"Kamu marah ya pada kami? Maaf kami tidak mengajakmu buat video. Tapi itu video dadakan bukan di rencanakan"ucap Hastin.

"Tidak, aku tidak marah. Sama sekali tidak kok. Aku malah bersyukur tidak ikut disana"

"Hem, gitu deh kalau udah tahu tempatnya angker!"

"Hehehe, iya benar banget!"

Subtel mengeluarkan kameranya dari dalam tas, dan menunjukan sebuah rekaman yang dia dapat.

"Ini, aku ingin menunjukan sesuatu padamu. Tadinya kupikir tidak ada masalah apa-apa, tapi ketika kami lihat lagi ada sesuatu yang tidak beres!"

Aku dan teman-teman mulai melihat rekaman video yang di tunjukan Subtel pada kami. Rekaman yang diambilnya setelah pembuatan video prank itu kembali merekam hal tak terduga. Subtel merekam seorang gadis di gedung tua, tepatnya di loteng. Rekaman itu berdurasi singkat tetapi sangat janggal.

"Jadi menurutmu bagaimana? Apa mungkin masih ada hantu di gedung tua? Sekolah kita makin angker saja!"ucap Hastin.

"Hah, bisa jadi itu hanya lah akal- akalan seseorang"ucapku berbohong.

"Rembulan! Kamu masih kesal ya sama kami? Aku tahu kok!"ucap Hastin.

"Lalu maunya apa?"tanyaku

"Ceritakan lah sedikit, apa menurutmu tentang semua ini"

"Apa kalian tak bisa besok pagi saja? Kalian bisa membuatku tidak bisa tidur malam ini!"jawabku dengan ekspresi ketakutan.

"Tenang saja, kami akan bermalam disini. Ya kan Subtel?"

"Ya benar, jadi kami bolehkan menginap disini?"

"Kalian mau tidur dimana?"

"Tentu saja disini, di lantai ini tidak masalah",

"Kalau masuk angin jangan ajak- ajak aku ya?"

"Ya tentu saja tidak!"

"Bagus, minta ijin sama nenek dan kakek dulu gih sana! Kalau di ijinkan, kalian boleh tidur disini",

"Oke!"

"Dimana kakek dan nenek?"

"Ada di kamar, panggil saja."

"Hah, mereka sedang tidur kan?"

"Ngak tahu!"

"Hah, ngak usah minta ijin kan. Minta ijin sama kamu aja boleh?"

"Hah, ya silahkan menginap disini. Tapi kalian kemari tadi dengan apa?"

"Jalan kaki lah, kami sengaja kemari. Kami membawa makanan mie instan, cemilan, selimut, ponsel, charger, buku, dan yang lain. Pokonya beres deh!"

"Oke! Kalau gitu silahkan menginap deh",

"Bisa jelaskan ngak nih, menurutmu itu penampakan atau bukan?"

"Hah, ngak bisa aku menjelaskan. Ngak begitu terlihat, dia dalam kegelapan, jadi aku ngak bisa lihat. Tapi Won dapat yang lebih menegangkan. Won tunjukan kameramu!"pintaku.

Won segera mengambil kamera, dan menunjukan video rekaman prank yang mereka buat. Lalu Won menghentikan videonya tepat pada penampakan itu.

"Nah, kalian lihat kan. Hastin, Razel. Masih ingat ngak sama buku di perpustakaan kita. Buku album foto penjaga sekolah kita itu loh! Dan lihat juga cwek yang ada di jendela itu. Wajahnya pucat pasi dan hanya sebagian tubuhnya yang terlihat. Itu bukan manusia, itu adalah hantu!"

Mereka kaget dan tidak menyangka akan mendapatkan penampakan seperti itu.

"Astaga! Aku tidak menyangka ini yang akan kita dapatkan!"

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like