"Hem, bagaimana kalau tuan mendekatinya lebih dulu. Mungkin seperti memberi perhatian padanya, ketika dia mulai merasa nyaman dengan tuan. Dia pasti menyukai tuan, dengan begitu tuan akan mendapatkan cinta yang sebenarnya"

"Ide bagus. Tapi sekarang dia sudah pulang"

"Tapi dia bilang akan cepat kembali kan jika masalahnya sudah selesai?"

"Ya benar, dan kapan? Dia tidak mengatakan kapan dia kembali. Bagaimana jika masalahnya tak pernah selesai dan melupakanku"

"Hah, tuan. Mengapa tuan pesimis? Tuan harus optimis. Tuan mencintai dia kan? Tuan harus berjuang",

"Ya, benar. Aku akan berjuang untuknya, dia yang sudah lama aku tunggu- tunggu. Aku tak akan mungkin mensia- siakan semua ini."semangat Akira kembali membara.

Dia pun mulai makan dengan lahap. Bai yang melihat tuannya kembali bersemangat pun ikut bersemangat.

Keberadaan Rembulan,

Masih memikirkan siapa yang cinta dan cemburu. Tidak menemukan jawabannya, dan aku berpikir sudah lebih dari 10 menit. Aku pun kembali memikirkan ke paragraph berikutnya, tentang putri Leena.

"Hah, hantu kecil ini. Gara-gara dia, aku jadi tidur di kamar Kim. Hah, Kim tidak membiarkanku pergi. Tapi karna hantu kecil ini pula, aku merasa bersyukur bisa menyelamatkan Kim dan mengobati lukanya. Tapi Kim, dia membuatku kesal. Dia benar- benar laki- laki yang tidak mengerti perasaanku sedikit pun. Tapi, dia berbeda sekali dengan Akira. Ah, apa iya kalau Kim adalah rival Akira? Hem, bagaimana mungkin? Tapi memang sifat mereka berbeda. Satu keras kepala, dan satunya lemah lembut. Satunya terus terang dan satunya misterius. Hah, bodoh sekali! Kenapa aku mulai memikirkan dua pria itu? Ya aku tahu mereka sama-sama tampan. Aku menyukai…aaaa…apa yang baru saja aku ucapkan! Cuih…cuih… ( meludahkan kata-kata) aku tidak boleh begitu. Tidak boleh bawa perasaan!"ucapku.

Tidak lama kemudian, Won kembali dengan ekspresi wajah lelah dan senang.

"Woww… beneran gila nih! Rembulan, kami dapat hal yang luar biasa loh"ucap Won meletakan tas di kasur, lalu menonton video rekaman mereka yang sedang berburu hantu.

Aku segera melihat ke arah Won yang duduk di kasur, dan memperhatikan kameranya itu.

"Apa? Hantu lagi!"

"Ya iya, tapi ini beda loh"

"Apa bedanya?"

"Coba deh sini dengerin! Pokoknya ini lebih menyeramkan"

"Oh benarkah?"ucapku sambil mendekati Won dan duduk di sebelahnya.

Won mulai memperlihatkan rekamannya padaku, dan memberikan satu handshet untuk mendengarkan suara rekaman.

"Hay, teman-teman. Kita ada di gedung tua sekolah yang katanya angker. Kita akan mulai merekam suara aneh dari sini, tadi kita dengar suara anak perempuan nangis. Kita tunggu, mungkin suaranya akan muncul lagi!"

Dalam rekaman itu Won dan Subtel mulai berjalan menuju halaman sekolah, lapangan basket. Disana mereka melihat ada lilin yang membentuk lingkaran.

"Hey, lihat ini! Sepertinya ada seseorang yang melakukan sesuatu di tempat ini",

"Apakah mungkin ada yang membuat kejahatan di sini? Sepertinya ada pembangkitan!"ucap Subtel yang berdiri di tengah lingkaran.

Mendadak Subtel langsung kejang- kejang dan jatuh pingsan. Seketika itu juga Won langsung panik, Won langsung menyingkirkan lilin- lilin itu hingga tubuh Subtel tidak akan kepanasan. Won pun membangunkan Subtel, Won meletakan kamera di tanah. Dan terlihat Won menggerak- gerakan tubuh Subtel yang jatuh pingsan.

"Subtel, Subtel bangun!", "Subtel bangun! Jangan buat aku cemas!" ucap Won.

Kemudian Won melihat ke depan, ia melihat kamera. Won mulai ketakutan, ia sangat ketakutan.

Tiba-tiba dari kamera muncul kain putih, yang berjalan mendekati Won. Kain putih itu ternyata adalah baju kuntilanak. Won pun di buat jatuh pingsan oleh kuntilanak. Tapi sisi berbeda, tiba-tiba Won dan Subtel langsung di guyur air dari lantai atas sekolah.

Keadaan pun menjadi kacau, Won dan Subtel terbangun. Kuntilanak yang membuat mereka ketakutan pun menjadi kesal. Ternyata kuntilanak itu adalah Dio Na.

"Aaaa….basah kan!"ucap Dio Na

"Ya maaf, lagi pula siapa sih yang menyiram kita?"ucap Won memeras baju basahnya.

Kamera pun kembali terangkat, kamera di pegang oleh Hastin, dan Razel yang mengatur baju Dio Na pun melepasnya, Razel juga ikutan basah. Hastin mengarahkan kamera ke atas, tepat mengarah pada seorang bapak- bapak.

"Maaf! Saya pikir tidak ada orang disana"teriaknya lalu melanjutkan kegiatannya di atas.

"Ah, sial deh. Kita pergi aja yuk!"ajak Hastin.

Mereka pun pergi dengan kesal, mereka semua keluar dari gedung sekolah dan kamera pun berhenti.

Setelah melihat video itu, aku pun merasa legah. Aku hampir di buat jantungan dengan aksi mereka yang ternyata hanya prank.

"Hah, dasar! Aku pikir beneran tau"

"Ya sih, hahaha.… tapi seru kan?"jawabnya sambil tertawa kecil.

"Ya yang ini lebih seru, pasti mereka ngak akan nyangka."

"Ya dong, tau idenya siapa?"

"Siapa?"

"Dio Na"jawabnya dengan semangat.

"Wih keren tuh! Sekarang kalian berteman dekat ya?"

"Ya dong! Maaf ya kami ngak ngajak kamu, ini di luar rencana. Tadinya aku pikir beneran, eh ternyata yang menangis itu Dio Na. Dio Na nangis karna Subtel menjatuhkan ponselnya",

"Terus apa ponselnya baik-baik saja?"

"Baik, Dio Na nge- prank Subtel!"

"Hahaa…dasar kalian!"

Lalu Won memutar rekaman itu lagi, tetapi Won mulai merasa ada yang aneh. Won menghentikan rekaman itu, dan langsung memperlihatkannya padaku.

"Rembulan lihat ini! Lihat bapak- bapak itu? Dia siapa ya? Bukannya penjaga sekolah kita bukan dia ya? Dia maling?"

Aku pun melihat rekaman itu, aku pun menunjuk sesuatu yang tertangkap dalam rekaman ini. Menunjuk pada seorang gadis yang mengenakan pakaian sekolah, dan tersenyum di jendela itu. Ia hanya memperlihatkan kepala, tubuh dan tangan.

"Itu, siapa?"

Seketika itu juga Won kaget, dia tidak menyangka ada penampakan di dalam rekamannya.

"Itu, itu han- tu!"

Aku pun segera menutup mataku dengan kedua tangan.

"Apa? Ada apa? Ini akan menjadi video terbesar yang luar biasa!"semangatnya

"Bapak- bapak itu, sudah lama meninggal. Dia jatuh dari gedung tua beberapa tahun lalu, aku pernah mendengar berita itu. Kakak- kakak kelas terdahulu menceritakan itu"ucapku semakin ketakutan dan langsung bersembunyi dalam selimut.

Won yang melihat Rembulan begitu, ia langsng menyingkirkan kameranya dan tas. Dia letakan di bawah kasur ini. Lalu dia langsung berselimut.

Won berusaha memejamkan matanya, ia tidak akan menyangka akan mendapat dua penampakan sekaligus.

Ponsel Won pun berdering, Subtel menghubunginya. Tetapi Won yang berada dalam ketakutan pun memutuskan untuk tidak menerima panggilan itu. Ia terus menyelimuti dirinya.

S.e.m.e.ntara itu, kamera Won yang terhenti di penampakan dua hantu itu. Memperlihatkan bapak- bapak yang berdiri dengan penampakan seorang murid perempuan berdiri di jendela. Bapak- bapak dalam rekaman itu, perlahan-lahan matanya menjadi merah sekilas dan tersenyum.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like