"Beberapa tempat angker yang aku datangi!"

"Bagus, terus tanya sama mereka ngak? Kenapa mereka bergentayangan? Pasti lari kan?" dugaku.

"Hah, iya lah. Mana mungkin aku nanya, apa lagi situs mengatakan bahwa mereka mati gentayangan karna di bunuh, mana mungkin aku akan menanyakan itu pada mereka. Yang ada aku malah dihabisi"

"Ya benar juga sih, salah tempat ya! Besok aku kembali berlibur, sudah selesai juga kan soal masalah ini?"

"Ya benar, silahkan kembali berlibur!"

Tiba-tiba Won mendapat telpon dari Subtel, video call. Won segera menerima panggilan itu.

"Ya ada apa?"tanya Won

"Won! Dengar nih! Aku dengar suara orang nangis di sekolah kita. Aku dan Dio Na dapat frekuensinya nih. Cepatan kemari!"

"Wih bagus bro, oke! Oke, aku akan segera kesana!"jawab Won bergegas bersiap-siap.

Dia memasukan kamera, senter, dan segera pergi begitu saja tanpa pamit denganku. Tangannya memegang ponsel, dan komunikasi masih terhubung.

Terdengar teriakan di luar, Won berteriak, "Rembulan, aku pinjam sepedamu!".

Lalu Won menyimpan ponselnya dalam tas tanpa mematikan video call yang sedang berlangsung, ia mulai mengayuh sepeda secepat mungkin agar tidak ketinggalan kejadian itu.

"Hah, ada- ada saja! Berburu hantu!"gumanku.

Aku pun segera mengambil buku rahasia di dalam tasku, membuka halaman pertama.

Muncul tulisan secara ajaib, perlahan-lahan menunjukan sesuatu padaku.

"Tidak bisa mengatakan sesuatu tetapi dapat dirasakan, cinta dan cemburu. Meski jauh terpisah, akan tetap setia menunggu. Putri Rembulan sudah kembali.

Putri Leena sangat berharap seseorang membantunya, hingga setiap malam ia selalu bergentayangan hanya untuk meminta bantuan tetapi tidak seorang pun mengerti maksud kehadirannya.

Hanya iblis yang dapat melihat sesame, tetapi putri Leena adalah hantu."

Buku itu hanya menunjukan kata- kata yang terpisah dan membuatku bingung. Aku pun mulai memikirkan paragraph demi paragraph yang tertulis di buku.

"Hah, sulit sekali! Sekarang buku ini menujukan sesuatu yang tak bermakna. Apa maksudnya? Putri Rembulan telah kembali? Hah, siapa putri Rembulan? Siapa dia? Memang di desa itu aku melewatkan sesuatu? Tidak ada penyambutan kedatangan seorang putri disana. Hah, membingungkan sekali"gumanku mulai berpikir.

"Buku ajaib, hanya bisa di buka oleh beberapa orang untuk melihat tulisannya. Sebuah petunjuk tentang kehidupan. Putri Rembulan? Hah, astaga. Ya aku tahu siapa itu, siapa lagi kalau bukan aku! Ya hanya aku kan yang bisa membuka buku ini. Kakek nenek juga bisa tapi tidak bisa ke negeri itu. Sekarang apa lagi? Cinta dan cemburu, apa maksudnya?"

Aku pun kembali berpikir, "Cinta dan cemburu. Siapa yang jatuh cinta? Siapa yang cemburu? Aku? Pada siapa?".

"Aaaaa…susah sekali! Jika aku yang jatuh cinta dan cemburu, pada siapa aku cemburu? Jatuh cinta juga ngak!"kesalku tidak menemukan jawaban.

S.e.m.e.ntara itu, cinta dan cemburu.

Pangeran Kim memandangi bulan yang bersinar terang di beranda taman istana seorang diri. Ia masih teringat pada Akira yang mengatakan sesuatu padanya.

Saat itu, pagi hari yang cerah dimana Kim mencari teman-temannya. Ia juga mencari Rembulan dan mengkhawatirkannya. Tetapi dia bertemu dengan Akira di perjalanan.

"Kim, mau kemana?"tanya Akira melihat Kim terburu-buru.

"Apa kamu melihat Kazame dan teman-teman?"

"Ya mereka ke arah sana, mungkin mencari tempat untuk latihan"tunjuk Akira ke arah dimana Kazame dan teman-teman pergi.

"Apa Rembulan ikut bersama mereka?"

" Tidak. Rembulan sudah pulang, aku mengantarnya pulang di pagi buta!"ucap Akira pada Kim.

"Sungguh?"

"Ya tentu saja, aku tidak bohong. Apa dia tidak berpamitan denganmu?"

"Tidak!"

"Hah sayang sekali ya! Padahal dia berasal dari tempat yang jauh."

"Ya benar, aku tidak peduli dengannya. Terima kasih sudah memberitahuku"jawab Kim kembali berkuda ke arah yang di tunjuk Akira.

Pertemuan dengan Akira di saat itu membuatnya terus teringat, apa lagi dengan ucapan Akira yang telah mengantarkan pulang Rembulan. Kim pun jadi tidak tenang, perasaannya selalu bimbang.

"Hah, apa Rembulan mencintai Akira? Kenapa Rembulan meminta Akira untuk mengantarnya pulang? Mengapa tidak aku? Apa dia memang menolakku? Aku kurang apa? Hah, dia memang berbeda dengan gadis lain. Aku akan berjuang untuk mendapatkannya! Hay bulan malam! Aku akan mendapatkan cintanya, aku janji! Aku berjanji sampai darah penghabisan, aku akan memperjuangkan cintaku ini"ucapnya pada bulan malam.

S.e.m.e.ntara di rumah s.e.m.e.ntara Akira, dia hampir di buat tidak bisa makan. Pikirannya selalu tertuju pada gadis itu. Perasaan bahagia itu menjadi perasaan cemas. Ia mengkhawatirkan Rembulan yang pergi jauh, pulang ke rumahnya.

"Hah, mengapa aku sangat tidak nafsu makan? Ini belum sehari dia pergi, aku terlalu cemas padanya. Aku…hah, sekarang dia sedang apa? Aku merindukannya, dia memang di takdirkan untukku, tapi mengapa jauh dariku? Bagaimana kalau dia dalam bahaya? Bagaimana jika dia tidak kembali, dan melupakanku? Bagaimana kalau dia mencintai pria lain? Bagaimana jika memang selama ini ramalan itu salah? Aaaa…apa yang harus aku lakukan?"ucapnya membaringkan kepalanya di atas meja.

Bai, asistennya datang. Ia cemas melihat tuannya seperti itu, makanan yang ada di meja, ruang makan saja tak pernah di sentuhnya.

"Tuan, tuan tidak makan kah? Makanannya sudah hampir dingin! Tuan makanlah, nanti tuan akan sakit jika tidak makan!"

Akira pun menegakkan tubuhnya lagi, dan melihat ke depan. Meja yang dipenuhi makanan, memang makananya hampir dingin dan tak tersenyum sama sekali.

Akira pun menatap tajam Bai, Bai menjadi pucat pasi. Bai pun duduk di kursi. S.e.m.e.ntara Akira kembali membaringkan kepalanya di meja.

"Tuan, jika terus begini kenapa tuan tidak menyatakan perasaan tuan padanya?"

"Hah, apa melakukan itu semudah ucapanmu? Jika saja begitu, aku pasti sudah melakukannya"

"Tuan, mengapa tuan tidak memperlihatkan yang tuan miliki saya. Bukankah gadis- gadis menyukai hal yang luar biasa. Mereka menyukai perhiasan, bukankah Rembulan menerima pemberian tuan itu? Dia pasti menyukai tuan, jika tuan memperlihatkan banyak harta padanya!"

"Hah, aku tidak mau mencari cinta dengan cara seperti itu. Itu namanya cinta karna harta bukan cinta yang sebenarnya!"

"Hem, bagaimana kalau tuan mendekatinya lebih dulu. Mungkin seperti memberi perhatian padanya, ketika dia mulai merasa nyaman dengan tuan. Dia pasti menyukai tuan, dengan begitu tuan akan mendapatkan cinta yang sebenarnya"

"Ide bagus. Tapi sekarang dia sudah pulang"

"Tapi dia bilang akan cepat kembali kan jika masalahnya sudah selesai?"

"Ya benar, dan kapan? Dia tidak mengatakan kapan dia kembali. Bagaimana jika masalahnya tak pernah selesai dan melupakanku"

"Hah, tuan. Mengapa tuan pesimis? Tuan harus optimis. Tuan mencintai dia kan? Tuan harus berjuang",

"Ya, benar. Aku akan berjuang untuknya, dia yang sudah lama aku tunggu- tunggu. Aku tak akan mungkin mensia- siakan semua ini."semangat Akira kembali membara.

Dia pun mulai makan dengan lahap. Bai yang melihat tuannya kembali bersemangat pun ikut bersemangat.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like