Lalu aku kembali terpisah dengannya, dan bunga di tanganku mendadak layu dengan cepat. Bunga ini rapuh seketika, dan angin kencang datang berhembus. Angin yang sama sekali tidak membuatku goyah, bahkan bajuku saja tidak terbang karna angin meski di sekitaku, aku merasakan ada angin yang kencang.

Aku pun bertemu dengan seorang perempuan, ia tersenyum manis padaku. Lalu mendadak sebuah panah mengarah padaku di balik tubuh perempuan itu.

Tetapi panah itu sirna seketika, dan dia tersenyum.

"Kembali lah… Ini bukan tempatmu!" ucapnya seketika itu juga dia berubah menjadi moster yang mengerikan.

Perjalanan pulang ke rumah.

Dalam mobil Subtel, Subtel mengemudikan mobilnya, Won di sampingnya, dan kakek nenek berada di samping kakak kiriku.

"Rembulan! Nenek senang kamu membantu, tetapi jangan membahayakan dirimu sendiri. Yang kamu hadapi adalah ilmu hitam bukan hantu" nasehat nenek padaku.

"Ya nek, aku mengerti! Aku tahu itu, aku melihat iblis di belakang kedua orang tua Jingmi. Iblis yang menyeramkan, mereka besar dan tinggi, dengan kuku yang tajam. Mereka menatapku, dan ingin merebut teman-temanku. Orang tua Jingmi menyerang teman-teman karna bisikan dari mereka, karna itu lah aku melindungi teman-temanku. Bisikan itu bilang, "Nyawa!"" ucapku.

Seketika itu mereka terkejut mendengar jawaban dariku.

"Bisikan?"

"Ya benar, mereka meminta tumbal. Dengan memaksudkan nyawa sebagai tumbal, darah segar dan jantung adalah makanan mereka"

"Bagaimana kamu tahu jika mereka makan darah dan jantung?"tanya Won

"Mereka menunjuk ke arah kalian, ke arah jantung bukan tubuh."jawabku menjawab singkat.

Tiba di rumah, segera menuju lantai atas.

Semuanya terasa tenang, dan aku pun melihat pemandangan di luar dari jendela. Semuanya nampak indah malam ini.

Tetapi entah kenapa aku merasa ada seseorang mengikutiku, ya tepatnya sejak perjalanan tadii. Sebenarnya memang ada yang mengikutiku.

Kini, ia pun berbisik di telingaku.

"Terima kasih" ucapnya menghilang.

Aku tersenyum, dan air mata mengalir jatuh ke pipi. Aku tahu itu adalah Jingmi, biar bagaimana pun juga dia adalah teman satu sekolahku.

"Selamat jalan Jingmi!" ucapku sambil menyapu air mata yang jatuh dengan kedua tangan.

Moster yang mengerikan itu membuatku takut setengah mati, dan seketika itu juga aku terbangun dari duniaku yang sesungguhnya.

Razel dan Hastin yang menungguku di ruangan ini, mereka segera menghampiriku dan memeluk eratku.

Aku pun melihat ruangan ini, ini bukan di rumahku. Ini adalah rumah sakit. Di luar aku mendengar beberapa orang yang sedang berbicara, aku pun mendengar suara kakek dan nenek.

Hastin melepas pelukan dan segera berlari keluar.

Razel melepas pelukan dan menghapus air matanya yang jatuh ke pipi. Lalu dia kembali duduk di kursi.

Aku pun baru sadar tanganku telah di pasang infus.

Razel kembali menghapus air matanya yang terus berjatuhan, dia mengambil tisu di meja dan menghapus air matanya lagi.

Aku pun heran di buat dengan tingkah Razel, atau ada seseorang yang membuatnya merasa kehilangan. Tapi siapa? Siapa yang telah membuat temanku bersedih?. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa temanku sangat bersedih?.

Tak beberapa lama kemudian, Hastin datang dengan banyak orang. Kakek, nenek, teman-teman, orang tua Dio Na, orang tua Hastin dan Razel, polisi, dokter dan suster.

Dokter menghampiriku, ia mulai memeriksa keadaanku.

Ia pun menanyakan sesuatu padaku, "Apakah tubuh nona ada merasakan sakit?"

Aku menggelengkan kepala, dan menjawab "Tidak ada, memang apa yang terjadi?"

Seketika itu juga dokter tersenyum, ia menghela napas dan bertanya "Apakah nona masih ingat siapa mereka?"

"Ya tentu saja, Hastin, Razel, kakek, nenek, Dio Na, teman-teman, dan pria menyebalkan itu!" ucapku

Won yang mendengar dirinya di sebut dengan pria menyebalkan hanya tersenyum, dia menahan tawa kecil dan perasaan jengkel pada Rembulan.

"Bagus lah kalau nona masih ingat, nona boleh pulang! Nona hanya mengalami pingsan beberapa jam"

"Hem, begitu ya! Terima kasih" jawabku tersenyum

Teman-teman pun mulai memancarkan cahaya bahagia di wajah mereka. Suster membantuku melepaskan infus di tangan. Lalu aku berdiri dan mendekati teman-teman. Entah kenapa, spontan mereka memeluk erat diriku dengan perasaan haru.

"Syukurlah kamu baik-baik saja! Kami sangat khawatir padamu" ucap Hastin

"Aku kan hanya pingsan beberapa jam, memang aku pingan berapa jam sih?"

"Buukkk!" pukul Razel tepat di kepalaku dan berucap "Bodoh! Kamu membuat kami semua khawatir tau! Kamu itu pingsan selama 6 jam, sekarang sudah sore!"

"Aawww…. sakit! tapi aku baik-baik saja. Lagi pula yang bodoh itu yang menungguku selama 6 jam, padahal aku tidak meminta" jawabku seolah-olah tidak ada sesuatu yang terjadi.

Semua orang tersenyum bahagia, mereka merasa Rembulan yang dulu telah kembali.

"Nak, Rembulan. Kami ucapkan terima kasih atas bantuannya, dan pada adik-adik. Berkat kalian kami menyelesaikan khasus ini, dan memang terbukti dukun jahat dan sepasang suami istri atau orang tua dari Jingmi telah melakukan kejahatan. Sekarang tim kami pun berhasil menangkap tuan besar. Terima kasih"

"Ya sama-sama, kami harap kematian teman kami membuatnya lebih tenang disana"jawabku tersenyum

Kemudian polisi itu berpamitan dengan kami, dan kami pun pulang ke rumah. Semuanya telah aman, semuanya telah selesai, dan tidak ada yang perlu di permasalahkan lagi.

Tanpa mengetok pintu, Won segera masuk dan membaringkan tubuhnya di kasur. Melihat Rembulan yang sedang melihat pemandangan di luar.

"Hey, kamu baik-baik saja?" tanya Won

Aku pun menolah ke arah Won, "Kapan kamu punya kamar sendiri?"

"Ah iya, kapan ya? Tapi aku lebih suka disini loh, tempat ini nyaman!"

"Apa? Disini selamanya? Enak saja!" jawabku dengan nada tinggi.

Aku sangat tidak suka jika dia terus berada disini selamanya, aku tidak suka ada anak laki-laki di kamarku. Selama ini aku menahan perasaan kesal dan marah, tapi kali ini aku tidak akan membiarkan ini terus terjadi.

"Kamu harus cepat bikin kamar sendiri!"

"Ah galak sekali! Iya… iya nanti aku bikin. Jangan marah!"ucap Won

"Janji?"

"Ya, tentu saja aku janji"

Aku pun duduk di meja belajar, memperhatikan buku-buku yang tersusun rapi.

S.e.m.e.ntara Won duduk di kasur, ia merentangkan kedua tangannya.

"Aaaahhhh…. Rembulan!"

"Ya, apa?"

"Bisa cerita'in ngak soal siang tadi? Kamu lihat apa sih? Iblis besar dan tinggi!"

"Oh soal itu, mau dengar ya?"

"Ya"

Aku pun segera berpaling hingga bisa melihat Won yang duduk di kasur.

"Beneran mau dengar? Nanti malah ngak bisa tidu lagi!"

"Bisa kok!"

"Tapi ini menyeramkan banget tau!"

"Masa? Bukannya mereka melakukan human trafficking ya?"

"Huh, bukan sekedar itu. Itu adalah pekerjaan utama mereka, demi melindungi diri mereka. Mereka melakukan sesuatu di luar nalar"

" Oh gitu, cerita'in dong?"

"Beneran? Entar ngak bisa tidur lagi!"

"Bisa kok, aku kepo nih!"

"Duh, lebih baik simpan rasa kepo- mu dari pada entar ngak bisa tidur"

"Ayo lah ceritakan padaku!"

"Ya, ya. Baiklah, dengarkan baik-baik. Aku ngak akan mengulangi cerita ini, jadi dengarkan!"

Won menganggukan kepala.

"Jadi ketika serangan itu, ah kepo!"ucapku mengkibas- kibaskan tangan.

"Aaa… apa sih? Kasih tau!"

"Ya, baiklah. Jadi…. Serangan itu membisikan, serangan itu dari bisikan iblis di belakang mereka. Mereka sengaja menyerang dengan kekuatan yang lebih agar dapat mengambil jantung dan hati serta menghisap darah. Mereka haus, dan lapar. Aku hanya tahu soal itu, jangan membuatku terasa bodoh!"

"Tidak, jika serangan itu mengapa kamu baik-baik saja?"

"Entahlah, serangan itu hanya membuatku jatuh pingsan. Lagi pula ngak ada hantu yang bisa di mintai keterangan",

"Hah, minta keterangan sama hantu? Emang bisa?"

"Tentu saja, mengapa tidak! Ngak pernah lihat hantu sih jadi kepo tuh!"ejekku segera berpaling ke meja belajar.

"Ih, enak saja! Aku pernah tau!"

Aku kembali berpaling dan melihat Won yang kesal.

"Dimana? Hayo dimana!"

"Beberapa tempat angker yang aku datangi!"

"Bagus, terus tanya sama mereka ngak? Kenapa mereka bergentayangan? Pasti lari kan?" dugaku.

"Hah, iya lah. Mana mungkin aku nanya, apa lagi situs mengatakan bahwa mereka mati gentayangan karna di bunuh, mana mungkin aku akan menanyakan itu pada mereka. Yang ada aku malah dihabisi"

"Ya benar juga sih, salah tempat ya! Besok aku kembali berlibur, sudah selesai juga kan soal masalah ini?"

"Ya benar, silahkan kembali berlibur!"

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like