"Ya benar pak! Dia harus ikut bersama pak polisi untuk menangkap dukun jahat itu! Teman saya ini bisa melihat hantu, dan kemungkinan bisa membantu dalam penangkapan dukun jahat itu. Teman saya ini melihat kecurigaan pada kedua orang tua Jingmi yang kemungkinan memiliki ilmu hitam"ucap Dio Na menyarankan

Aku tersenyum manis pada Dio Na, aku merasa dia jauh lebih baik sekarang.

"Ini bukan saatnya kita bertengkar kan, Rembulan?" ucap Dio Na lagi.

Aku pun menganggukan kepala.

"Aku ikut!"ucap Won

"Aku juga!"ucap Hastin dan Razel.

Karna semuanya ingin ikut, akhirnya polisi membawa kami ikut bersama mereka untuk menangkap kedua orang tua Jingmi dan dukun jahat. S.e.m.e.ntara polisi lainnya menangkap tuan besar yang akan membeli perempuan muda itu.

Laporan keberadaan orang tua Jingmi pun segera sampai pada polisi disini, kami pun segera berangkat dengan mobil Subtel dan polisi menuju tempat kebaradaan orang tua Jingmi dan dukun jahat.

Menuju perkotaan, kami berhenti di sebuah rumah. Rumah yang besar dan megah, dengan halaman yang luas pula. Kami berpencar mengelilingi rumah ini dengan beberapa polisi.

Dua polisi mengetok pintu tanpa membawa surat penangkapan.

Orang tua Jingmi dan dukun yang melihat kedatangan polisi di depan rumah panik, mereka pun segera melarikan diri lewat pintu belakang. Orang tua Jingmi berlari lebih dulu hingga ketahuan polisi.

Polisi segera mengejar kedua orang tua Jingmi. Teman-teman pun mengikuti pergerakan polisi, s.e.m.e.ntara aku masih bertahan di tempat.

Tanpa sadar, aku tertabrak dukun jahat yang sedang berlari. Kami berdua jatuh.

Aku yang melihat dukun jahat terjatuh, aku segera berdiri dan berteriak "Polisi! Disini dukun jahat!"

Dukun jahat itu segera berdiri, dan melarikan diri tetapi seorang polisi dari belakangku segera mengarahkan senjatanya ke depan dan berucap dengan keras, "Berhenti! Atau kutembak!."

Dukun jahat itu segera berhenti berlari, ia mengangkat kedua tangannya ke atas, dan berpaling ke arahku.

Ia tersenyum manis, dan melihat seorang polisi di belakangku. Tangan dukun jahat itu mengarahkan jari tangannya ke depan, spontan polisi itu langsung mendapat serangan gaib. Ia terlempar jauh ke belakang. Bahkan pistol di tangannya terlepas dan jatuh ke tanah.

Kini hanya ada aku dan dukun jahat itu, dukun itu pun menurunkan tangannya dan menatap tajam diriku.

"Hah, gadis kecil! Lebih baik kamu pulang saja, sebelum aku menyakitimu!"ucapnya

"Hah, aku ngak akan membiarkanmu lari! Kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu!"ucapku menunjuk ke arahnya.

"Hahaaa…dasar gadis kecil yang tak tahu diri! Kamu tidak tahu berhadapan dengan siapa ya?"

"Aku tahu, bahkan aku melihat iblis di belakangmu itu"ucapku

Dukun jahat tertawa berhak-hak, "Hahahaaa….."ucapnya meremehkanku.

Aku menatap tajamnya dengan serius, ia meremehkan diriku. Mengumpalkan tangan dan berucap dengan keras, "Iblis jahat! Pergi kamu! Jangan menganggu manusia, atau aku akan memusnahkanmu dari muka bumi ini!."

Iblis yang membantu dukun jahat itu berhenti tertawa seperti tuannya, ia menatap tajam diriku dengan mata besar dan tubuh yang tinggi.

Dalam tatapan iblis itu, yang awalnya ia menatap meremehkan gadis itu mendadak berubah menjadi ketakutan. Dalam diri gadis itu memunculkan cahaya yang bersinar terang yang dapat menghancurkannya.

Iblis itu pun melemah, ia tertunduk tak berdaya. Aku yang melihat itu bingung, dan menduga dia akan menyerangku diam-diam. Tetapi aneh sekali, dia rendahkan tubuhnya tanpa menyerang dalam beberapa detik ini.

"Hey, kenapa kamu melihatku? Bawa dukun jahat ini ke kantor polisi! Dia harus bertanggungjawab atas perbuatannya"ucapku kesal dan memberi perintah.

Aku pikir iblis itu akan membantah, tetapi ternyata tidak. Dukun jahat itu ingin menyerangku dengan ilmu hitamnya malah mendapat serangan balik dari iblisnya sendiri.

Dukun itu terlempar hingga "Bbuukkkk!"tubuh dukun itu mengenai pohon dan langsung jatuh pingsan.

Sekarang iblis itu malah menatapku, dan menjawab "Aku akan melakukan perintahmu, tapi jangan sakiti aku!"

"Apa maksudmu? Aku tidak akan menyakitimu. Asal kamu tidak mengganggu manusia mulai dari sekarang!"kataku

"Ya aku janji tidak akan mengganggu manusia lagi"jawabnya yang kemudian segera melaksanakan tugasnya yakni menyerahkan tuannya sendiri ke kantor polisi. Ia mulai mengangkat tubuh dukun jahat itu dan menghilang.

Aku pun segera mendekati polisi yang terlempar jauh, tubuhnya lemas tak berdaya.

"Kamu baik-baik saja? Aku bantu ya berdiri?"ucapku

"Tidak, aku baik-baik saja. Telpon ambulan!"jawabnya

Aku pun segera menelpon mobil ambulan dengan ponselku, tetapi ketika aku hendak menghubungi rumah sakit, tim polisi lainnya datang dan membantu kami.

"Terima kasih sudah datang, tolong bawa dia ke rumah sakit"ucapku

"Baik nona, kami akan segera membawanya ke rumah sakit. Sekarang yang lain dimana?"jawab seorang polisi, yang s.e.m.e.ntara polisinya menelpon ambulan.

"Mereka pergi entah kemana, aku akan mencarinya!"

"Aku akan ikut bersama nona!"jawabnya

Kemudian, aku dan beberapa polisi mulai mencari yang lain. S.e.m.e.ntara tim yang lain membantu polisi yang terluka.

Keberadaan Won, dan teman-teman yang mengejar kedua orang tua Jingmi, terhenti di tepi danau.

"Berhenti! Atau kami tembak?"ucap polisi memberi peringatan.

Tetapi kedua orang tua Jingmi tidak mau berhenti, yang akhirnya polisi terpaksa melepaskan tembakan ke arah mereka berdua.

"Dooorrrrr!"suara tembakan mengenai kaki kedua orang tua Jingmi.

Peluru segera bersarang di kaki kedua orang tua Jingmi, mereka lumpuh dan tak bisa berjalan cepat.

Mereka berdua terhenti, dan berpaling dengan mengangkat kedua tangan.

Melihat itu, polisi segera mendekat tetapi saat itu juga spontan kedua orang tua Jingmi menggunakan ilmu hitam untuk menyerang polisi.

Mengarahkan kedua tangan ke depan dengan cepat dan spontan dua polisi terlempar jauh. Polisi lainnya yang melihat segera menembak kedua orang tua Jingmi.

"Dorrrr!" dua peluru segera di lepaskan dan mengarah pada kedua orang tua Jingmi.

Ibu Jingmi yang melihat itu tersenyum, dia mengarahkan tangannya ke depan dengan cepat dan peluru itu terhenti lalu jatuh ke tanah. Kekuatan magis ini nampak terjadi, dan ini adalah hal yang tidak terduga.

Lalu ayah Jingmi mengarahkan tangannya ke depan, dan membuat dua polisi yang menembak itu terlempar jauh. Tubuh mereka lemas, dan tak bisa berdiri lagi. Mereka yang mendapat serangan magis, harus mengumpulkan energy mereka lagi beberapa saat untuk bisa bangkit lagi.

Mereka berdua pun melawan polisi dan membuat polisi terlempar jauh serta tenaga mereka habis terkuras. Magis ilmu hitam itu membuat seseorang yang di serangnya akan terlempar jauh dan kehabisan energy dalam tubuh hingga tidak bisa bergerak lagi. Saat kondisi lemah ini lah bisanya musuh cepat menghabisi lawannya.

Kedua orang tua Jingmi menghabisi semua polisi yang menyerang mereka, teman-teman pun tak berdaya menghadapi kedua orang tua Jingmi. Mereka tak bergerak menyerang kedua orang tua Jingmi.

Orang tua Jingmi yang melihat teman-teman Jingmi itu menatap tajam dan marah.

"Jadi kalian yang ikut campur urusan orang lain? Hah…dasar anak-anak! Tapi aku tidak akan membiarkan satu dari kalian pun hidup! Kalian harus mati"ucap Ibu Jingmi mulai mengarahkan tangannya ke depan.

Aku dan polisi melihat serangan ini dari samping. Aku melihat itu, ibu Jingmi mulai mengarahkan tangannya tepat ke arah teman-teman. Aku pun cepat berlari dan melompat menghalangi serangan itu.

"Syutttt!" tangan ibu Jingmi mulai mengarah, dan ilmu hitam segera menyerang diriku.

Tubuhku pun di hatam oleh ilmu hitam, dan aku jatuh ke tanah.

"Bukkkk!" tubuh yang lemah tak berdaya jatuh ke tanah.

Saat itu lah polisi yang bersamaku menembak mati kedua orang tua Jingmi.

"Dorrrr!"suara tembakan yang di lepaskan oleh dua polisi mengarah pada kedua orang tua Jingmi dan mengenai kepala.

Seketika itu juga kedua orang tua Jingmi jatuh dan tewas di tempat.

Aku terjatuh, dan tak sadarkan diri karna energiku habis oleh serangan magis. Dan, aku tidak tahu apa yang terjadi setelah itu.

Namun aku bisa merasakan bayang-bayang, tubuhku di angkat oleh teman-teman. Aku bahkan mendengar suara Hastin dan Razel yang berteriak histeris, dan juga Dio Na yang menangis.

"Rembulan! Rembulan bangun!"

"Bangun Rembulan! Jangan tinggalkan kami!"

"Bangun!",

"Astaga, dia benar-benar melindungi kita. Aku tidak menyangka ini akan terjadi, Rembulan bangun!"teriak Dio Na.

Mataku pun mulai menutup rapat, dan telingaku tak lagi mendengar suara mereka. Kini sunyi dan hening. Kegelapan datang padaku, dan sebuah cahaya menuntunku berjalan menuju sebuah tempat.

Menuntunku…..

Ke sebuah tempat yang indah….

 Cuaca yang cerah dan pemandangan yang indah, dengan rerumputan ilalang dan bunga-bunga bermekaran.

Aku melihat seorang perempuan berpakaian layaknya seorang ratu, dengan mahkota dan kain biru yang indah.

Ia tersenyum padaku, menyambut diriku. Ia menatapku dan tersenyum manis. Merendahkan dirinya di depanku, dan menggenggam erat tanganku.

"Sayang! Jika suatu saat nanti kamu kembali. Tetap lah bersama mereka. Tunjukan siapa dirimu, dan kembali lah. Kamu belum saatnya disini. Kembali lah…."ucapnya dengan lembut.

Diriku pun seperti di bawa jauh oleh sesuatu, kami pun terpisah. Jauh sekali. Cahaya putih itu membawaku menjauh darinya. Tetapi perempuan itu tersenyum dan melambaikan tangan padaku. Terakhir yang kuingat tentangnya adalah ucapannya yang samar-samar dan mahkota yang di kenakannya itu serta gaun indahnya. Tetapi aku, entah kenapa aku tidak bisa mengingat wajahnya. Padahal aku melihat wajahnya dengan jelas.

Semua itu, menjadi samar-samar. Pandanganku pun kembali teralihkan. Aku melihat Kayora dan Yora yang tersenyum padaku. Mereka mengulurkan tangan kepadaku, aku pun mulai menjabat tangan mereka tetapi seketika itu juga aku langsung terjatuh.

Aku terjatuh ke dalam lobang yang gelap, dan sangat gelap. Aku pun tiba di sebuah tempat yang gelap sekali, hingga membuatku takut untuk berjalan. Tetapi aku melihat cahaya merah di depan. Cahaya merah yang membuatku berani berjalan menuju arah cahaya itu.

Semakin dekat dengan cahaya itu, aku pun dapat melihat dari mana asal cahaya itu. Cahaya itu berasal dari seorang pria, yang mendadak cahaya merah berubah menjadi cahaya putih yang menyinari tempat ini.

Tempat yang awalnya gelap menjadi terang, dan terlihatlah tempat ini yakni sebuah istana megah milik Akira.

Akira pun berpaling dan melihat diriku, ia spontan memeluk erat diriku.

Dalam pelukan Akira berucap, "Aku menunggumu! Aku senang kamu kembali, istriku!" Akira melepaskan pelukannya, ucapannya benar- benar membuatku terkejut. Aku tersenyum, padanya dan ingin menjawabnya tapi seketika itu juga aku menjauh darinya. Terbang tinggi ke atas, dan dia terlihat mengecil dari sini.

Aku kembali bertemu dengan Kim, dia tersenyum manis dengan memegang bunga di tangannya.

Memeluk erat diriku, dan melepaskanku.

"Istriku! Aku ingin memberimu bunga ini, apa yang kamu akan aku lakukan. Istriku! Istriku kenapa diam?"ucap Kim yang lagi-lagi membuatku kaget.

Aku menggelengkan kepala, dan entah kenapa ketika aku ingin menjawab mulutku seperti terkunci. Aku tidak bisa bicara, aku pun mengambil bunga dari tangan Kim.

Tapi seketika itu juga Kim berubah menjadi Won, wajah mereka sangat mirip dan membuatku tidak mengerti arti semua ini.

Lalu aku kembali terpisah dengannya, dan bunga di tanganku mendadak layu dengan cepat. Bunga ini rapuh seketika, dan angin kencang datang berhembus. Angin yang sama sekali tidak membuatku goyah, bahkan bajuku saja tidak terbang karna angin meski di sekitaku, aku merasakan ada angin yang kencang.

Aku pun bertemu dengan seorang perempuan, ia tersenyum manis padaku. Lalu mendadak sebuah panah mengarah padaku di balik tubuh perempuan itu.

Tetapi panah itu sirna seketika, dan dia tersenyum.

"Kembali lah… Ini bukan tempatmu!"ucapnya seketika itu juga dia berubah menjadi moster yang mengerikan.

Moster yang mengerikan itu membuatku takut setengah mati, dan seketika itu juga aku terbangun dari duniaku yang sesungguhnya.

Razel dan Hastin yang menungguku di ruangan ini, mereka segera menghampiriku dan memeluk eratku.

Aku pun melihat ruangan ini, ini bukan di rumahku. Ini adalah rumah sakit. Di luar aku mendengar beberapa orang yang sedang berbicara, aku pun mendengar suara kakek dan nenek.

Hastin melepas pelukan dan segera berlari keluar.

Razel melepas pelukan dan menghapus air matanya yang jatuh ke pipi. Lalu dia kembali duduk di kursi.

Aku pun baru sadar tanganku telah di pasang infus.

Razel kembali menghapus air matanya yang terus berjatuhan, dia mengambil tisu di meja dan menghapus air matanya lagi.

Aku pun heran di buat dengan tingkah Razel, atau ada seseorang yang membuatnya merasa kehilangan. Tapi siapa? Siapa yang telah membuat temanku bersedih?. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa temanku sangat bersedih?.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like