Duduk di sofa seorang diri dan menatap kekosongan di depan. Lalu sambil menunggu dua sahabatku datang, aku pun bermain game di ponsel. Tetapi meski jauh dari Won dan Dio Na, entah kenapa aku disini mendengar percakapan mereka. Aku malah jadi berfokus pada mereka berdua bukannya pada game yang sedang aku mainkan ini.

Bunyi permainan game, "Kling….kling…kling…"lalu terhenti.

Suara perbincangan Won dan Dio Na di luar.

"Won, kamu serius akan menyelidiki kejadian ini?"

"Ya tentu saja, kenapa tidak! Bagaimana pun Jingmi adalah temanku"

"Tapi kalau meminta bantuan Rembulan, apa dia bisa memastikan kita selamat? Dia saja tidak bisa melindungi dirinya dari serangan makhluk tak kasat mata!"

Aku yang mendengar itu mengumpalkan tangan, aku di buat kesal dengan ucapannya. Berguman dalam hati, "Apa maksudnya meremehkan aku di depan Won? Walau aku tidak bisa melindungi kalian bukan berarti aku akan membiarkan kalian dalam bahaya!."

Won menjawab, "Ya, tapi aku percaya padanya. Dengan kemampuan yang dia miliki, masalah ini akan cepat selesai. Aku yakin ini bukan perbuatan orang biasa!"

"Hem, begitu ya! Hah aku juga memiliki alat-alat untuk mengetahui keberadaan makhluk seperti itu. Aku membawa alat frekuensi loh, jadi kita bisa mendengar frekuensi yang di hasilkan dari makhluk- makhluk tak kasat mata itu. Kita juga bisa mendengarkan suara- suara aneh"

"Itu ide bagus, bawa saja. Mungkin akan berguna nanti!"

Dio Na sangat senang, ia berhasil membuat Won menempatkan dirinya di depan dan Rembulan adalah rencana B.

Hastin dan Razel yang kami tunggu-tunggu pun datang, mereka segera menghampiri kami.

"Maaf kami terlambat, dimana Rembulan?"ucap Hastin.

"Dia ada di dalam, akan kupanggilkan!"jawab Won segera masuk ke dalam rumah.

Won melihat Rembulan sedang menyimpan ponselnya di dalam tas.

"Ayo berangkat! Hastin dan Razel sudah datang"ajak Won

Aku pun segera keluar dan menemui dua temanku. Melihat kedatanganku, spontan dua sahabatku langsung memeluk erat diriku, lalu melapas pelukan.

"Syukurlah kamu datang! Kamu baik- baik saja kan, Rembulan?"tanya Razel

"Ya aku baik-baik saja, bagaimana dengan kalian?"

"Ya, kami baik",

"Kamu tidak terluka kan, Rembulan?"tanya Hastin

"Tidak kok, setelah masalah ini selesai kita akan kembali berlibur"

"Ya tentu saja!"seru mereka berdua.

"Baiklah teman- teman, kita berdoa dulu sebelum berangkat dan memulai kegiatan kita hari ini. Berdoa dengan masing-masing kepercayaan, berdoa di mulai!"ucap Won.

Beberapa menit kemudian,

"Berdoa selesai! Mari kita berangkat! Kita berangkat dengan mobil Subtel, ya supaya kita tidak terpisah"ucap Won.

Kami pun segera masuk ke mobil Subtel, dan Subtel yang mengemudikan mobil ini. Lalu kami mulai berangkat, dengan tujuan awal penyelidikan kami adalah rumah Jingmi.

Menghentikan mobil di pinggir jalan rumah Jingmi. Kami segera keluar dari mobil dan mendekati mobil itu.

Kedatangan kami pun disambut oleh kedua orang tua Jingmi yang telah kembali dari kota. Rumah ini yang dulunya sepi, kini di tinggali oleh beberapa orang. Mereka adalah keluarga dan kerabat jauh Jingmi.

Memasuki area rumah itu, teman-temanku lebih dulu masuk ke halaman rumah. Tetapi langkahku terhenti, aku tidak berani masuk ke area rumah ini. Aku melihat sesuatu yang aneh pada rumah ini. Seperti ada sesuatu yang bersembunyi di dalam rumah ini, sesuatu yang mengerikan.

Won, Dio Na dan Subtel menghampiri kedua orang tua Jingmi. Lalu berbicara pada mereka, mengenai kedatangan mereka kemari dengan alasan untuk mengenang teman mereka yakni Jingmi.

Hastin dan Razel berpaling, melihat diriku diam saja di dekat mobil. Mereka pun segera mendekatiku.

"Ada apa? Apa ada sesuatu yang membuatmu tidak mau ikut?"tanya Hastin

"Ya benar"jawabku singkat

"Apa? Aku bawa air suci, aku pikir ini akan melindungi kita!"

"Aku juga bawa loh Rembulan, jadi jangan takut!"sambung Razel

"Aku disini saja, kalian silahkan berbincang dengan orang tua Jingmi. Maaf aku seperti tidak sopan, tapi tidak sopan lagi jika aku menginjakkan kaki ke tanah mereka!"

"Hah, apa maksudmu? Baiklah, kami akan katakan bahwa kamu hanya merasa tidak nyaman saat ini"

"Ya terima kasih"

Lalu dua sahabatku segera menyusul Won, Dio Na dan Subtel yang sedang berbicara dengan kedua orang tua Jingmi. Orang tua Jingmi sangat terpukul atas kepergian anak mereka, mereka menyesal meninggalkan Jingmi seorang diri di rumah ini meski telah meranjak dewasa.

"Terima kasih sudah mau datang kemari. Saya sangat sedih atas kepergian Jingmi. Saya tidak tahu apa yang telah dia lakukan selama ini"ucap ibu Jingmi sedih.

"Jingmi adalah teman yang baik, jadi kami datang kemari untuknya. Kami ingin mengenangnya, kami merasa kehilangan dia. Kami turut berduka cita!"ucap Subtel mewakili teman-teman.

Ayah Jingmi melihat satu teman Subtel yang berdiri di dekat mobil pun bertanya, "Siapa anak perempuan di sana itu?" tanpa menunjuk anak perempuan yang di maksud.

Subtel pun melihat anak perempuan yang di dekat mobil itu, yang tidak lain adalah Rembulan.

"Dia adalah teman kami, namanya Rembulan"

"Dia hanya merasa tidak nyaman, jadi dia disana saja!"sambung Hastin

"Ya, ya tidak apa",

"Jadi begini om, tante. Kami mau melihat kamar Jingmi boleh kan?"

"Ya boleh aja, tapi kamarnya sudah di bereskan. Sekarang sudah di tinggali oleh kerabat Jingmi"

"Oh begitu, tidak apa kok. Saya masih ingat bagaimana kamar Jingmi dulu",

"Silahkan masuk! Masuk saja, jangan malu-malu!"

Teman-teman pun masuk ke rumah itu, dan menuju kamar Jingmi yang telah di renovasi menjadi kamar kerabat Jingmi.

Aku memperhatikan mereka dari kejauhan sejak tadi, melihat mereka yang telah berada di kamar Jingmi itu. Aku pun segera mengirim pesan pada Hastin, dan Razel dalam sebuah grup yang telah kami buat sejak lama.

"Jika kalian disana, jangan lama-lama ya!"

Hastin membalas, "Memang ada apa? Kami hanya melihat-lihat, kamar ini sudah di renovasi kok!",

Razel membalas, "Ya benar, ini sudah jadi kamar kerabat Jingmi"

"Nanti akan kujelaskan! Keluar saja lebih dulu.",

Hastin membalas, "Baiklah, kami tidak akan lama- lama disini."

Beberapa menit kemudian, mereka kembali.

Tanpa bertanya lagi, aku segera masuk ke mobil begitu juga dengan mereka. Kami pergi dari sini, tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami. Kami bagaikan orang bisu sekarang, entah apa yang telah terjadi pada teman-temanku ketika mereka memasuki rumah itu.

Mobil ini berhenti di tengah jalan, berhenti setelah jauh dari rumah Jingmi.

Subtel pun berucap, "Aku sungguh tidak percaya ini! Rekaman itu, tunjukan lagi Dio Na!"pintanya.

Dio Na pun mulai menunjukan frekuensi yang dia dapat, frekuensi suara meminta tolong seperti suara Jingmi.

"Tolong….tolong aku!"suara seram dari frekuensi yang membuat bulu keduk berdiri jika mendengarnya.

"Jadi, bagaimana menurutmu, Rembulan?"tanya Subtel meminta pendapat.

Aku hanya menatap ke depan, lalu tersenyum manis. S.e.m.e.ntara Hastin, Razel dan Dio Na yang duduk di bangku belakang bersamaku menatap ke arahku.

"Jangan minta pendapatku, aku sudah bilang kan! Jangan terlalu lama disana"

"Memang apa sih yang kamu lihat? Hingga kamu tidak berani masuk ke rumah itu?"tanya Won

"Sesuatu yang menyeramkan, memang berasal dari sana. Sejak melangkahkan kaki memasuki area rumah itu, sepertinya dia selalu mengikuti."

"Mengikuti siapa?"tanya Hastin penasaran

"Seseorang, dan suara itu meminta kita membantunya. Itu adalah Jingmi. Dia ketakutan!"

Teman-teman yang mendengarkan ucapanku itu, ketakutan setengah mati dan mereka juga penasaran apa yang telah terjadi pada sahabat mereka.

"Jadi benar dugaanku! Ada sesuatu yang tak beres padanya"ucap Won

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?",

"Entahlah, kita tidak menemukan petunjuk selanjutnya kan?"ucap Dio Na

"Hah, apa yang harus kita lakukan sekarang?"rengut Razel.

"Sebenarnya, aku… aku melihat sesuatu yang mengikuti keluarga itu"ucapku pelan

Seketika itu juga sorot mata merangah padaku,

"Apa?"ucap Hastin

"Ya katakan saja! Kami akan mendengarkannya"sambung Razel

Dengan wajah penasaran mereka semua menunggu jawaban dariku.

"Aku… aku melihat orang tua Jingmi. Di belakang mereka berdua ada yang mengikuti. Dan, sosok mengerikan. Tapi aku tidak mau, aku tidak mau merusak keadaan orang lain yang sedang bersedih. Lebih baik aku tidak mengatakan ini pada kalian"

"Berhentilah menutupi sesuatu dari kami! Kamu membuat kami ketakutan dan penasaran, semakin kamu menutupi dari kami, kami akan semakin nekat mencari tahu. Jingmi adalah teman kami, kami akan membantu menyelesaikan khasus ini dan mencari siapa pelakunya"ucap Won dengan nada tinggi, ia seperti membentakku tetapi tidak bermaksud begitu.

"Apa pun usaha kalian sia-sia, akan sia-sia!"ucapku dengan suara keras

"Kenapa kamu begitu? Kamu menyebalkan sekali Rembulan, kamu teman kami. Mengapa kamu mengatakan begitu pada kami?"kesal Hastin.

"Kalian ingin tahu pelakunya?",

"Ya tentu saja"

"Amati saja rumah itu, dan juga berhati-hatilah"ucapku memalingkan wajah ke jendela kaca mobil.

"Kamu sudah janji akan membantu kami. Tapi kenapa kamu bersikap begini?"ucap Won

"Jangan menanyakan itu padaku! Aku bukannya tidak mau membantu, tapi aku tidak bisa. Itu terlalu berrisiko!"

"Kau takut?" tanya Dio Na

"Ya, aku takut!"

"Hih, dasar penakut! Jika aku jadi dirimu, aku akan melakukan apapun untuk menyelesaikan semua ini"ucapnya.

Seketika itu juga aku langsung keluar dari mobil, dan berjalan ke arah jalan pulang.

Hastin dan Razel melihat ke arah Dio Na sebentar lalu segera menyusul Rembulan. S.e.m.e.ntara Won dalam mobilm bicara dengan Dio Na.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu tidak boleh mengatakan dia seperti itu! Jika kamu jadi dia, aku yakin kamu juga akan ketakutan!"ucap Won

"Heh, aku tidak akan begitu! Dia saja yang ketakutan berlebihan, dia memang penakut!"jawab Dio Na, dan dalam hatinya berucap "Kenapa sih kamu belain Rembulan? Seharusnya belain aku! Biarkan saja dia begitu, dia pergi kan lebih bagus!."

Tanpa sepatah kata lagi, Won segera keluar dari mobil dan menyusul Rembulan. Subtel yang melihat Won pergi, ia juga segera menyusul mereka yang pergi.

Kini hanya ada Dio Na dalam mobil sendirian, dengan pendiriannya yang keras kepala.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like