"Hem begitu ya! Aku pikir tidak ada salahnya jika berteman dengannya, atau bahkan siapa saja. Apa Ratu Mayleen menyusuh kalian untuk menyampaikan sesuatu mengenai aku di larang berteman dengannya? Tidak ada kan?"

"Ya memang tidak ada, tapi sebaiknya kamu juga mengajak jarak dengannya!"

"Ya aku tahu, lagi pula dia yang memintaku untuk mengantar dia pulang. Tanya saja pada Bai!"

"Ya benar apa yang di ucapkan Tuan Akira, Rembulan yang memintanya"jawab Bai

"Ya baiklah tidak masalah, aku hanya ingin mengingatkanmu soal itu."

"Ya tidak masalah, terima kasih sudah mengingatkanku soal itu. aku permisi dulu, selamat pagi Kazame, Irranix!"ucap Akira segera mengakhiri perbincangan dan meninggalkan mereka berdua.

Irranix memperhatikan kepergian Akira, Kazame yang ada di dekatnya pun pergi meninggalkan Irranix menuju arah Kayora dan Yora pergi.

"Hey tunggu aku!"ucap Irranix yang tertinggal, ia pun segera menyusul Kazame. Kemudian mereka berjalan bersama.

Matahari mulai di ufuk fajar, semua makhluk di negeri ini mulai menyambut kedatangannya. Burung-burung berkicau merdu, membangunkan tidur nyenyak Kim. Kim terbangun dari mimpi indahnya, dan tidak mendapati Rembulan di kasur. Ia pun segera pergi keluar dan mencari Rembulan.

Ia bertanya pada penjaga dan pelayan, tapi tak seorang pun melihatnya. Ia pun segera menuju penginapan khusus perempuan, tetapi tidak mendapati Kayora dan Yora disana. Ia kembali mencari mereka, dan menuju penginapan khusus laki-laki. Ia juga tidak mendapati mereka di asana.

"Hah, apa mereka jalan-jalan pagi ini? Mengapa aku tidak di ajak?"ucap Kim pada dirinya sendiri.

Kim pun segera pergi mencari mereka semua di luar istana seorang diri. Ia menunggangi kuda agar lebih cepat menemukan mereka semua.

Sisi lain di negeri Rembulan, sebelum matahari di ufuk fajar.

Telah tiba di depan rumah, berjalan menuju halaman belakang rumah dan mengetok pintu.

"Nenek, kakek! Buka pintunya, ini Rembulan!"ucapku sambil mengetok pintu.

Tidak beberapa lama menunggu, pintu terbuka. Nenek membuka kan pintu untukku.

"Rembulan! Ayo masuk!"ajak nenek padaku.

Aku pun segera masuk dan duduk di kursi, ruang makan.

"Nenek, aku mendengar dari Won bahwa masalah telah selesai tetapi mereka juga memintaku kembali untuk menyelesaikan sesuatu. Maka dari itu aku pulang! Sekarang dimana Won?"

"Dia ada di kamarnya, naik saja ke atas. Dia masih tidur, kamu pagi sekali datangnya! Apa di jam begini ada bus yang datang?"

"Ya tentu saja Nek! Bus di negeri itu lebih cepat, mereka lebih mengutamakan penumpang loh"jawabku berbohong

"Hah, cucuk nenek sekarang suka berbohong ya?"

"Tidak Nek, aku hanya bercanda. Aku naik ke atas dulu ya, Nek!"ucapku segera pergi ke atas.

Setiba di atas, di depan kamarku. Aku segera mengetok pintu tiga kali, lalu membuka pintu. Seketika itu juga aku melihat Won yang masih tidur pulas di kasur. Dan kamar ini masih terlihat rapi.

"Huh, syukurlah kamarku masih rapi!"ucapku dengan legah, lalu meletakan tasku di dekat meja belajar. Mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan mulai mengisi daya baterai ponsel.

Setelah itu aku segera pergi ke kamar mandi, membuat tubuh segar lebih dulu sebelum mendengarkan penjelasan Won nanti.

Pukul 07.00 pagi hari, Won keluar kamarnya dengan pakaian rapi dan aroma wangi parfum menyelimuti tubuhnya. Aroma yang segar dan membuat seseorang merasa nyaman di dekatnya. Ia pun segera berjalan menuju ruang makan.

Diriny di buat kaget dengan kehadiran Rembulan, Won pun segera duduk di kursi.

"Rembulan, kapan kamu kembali?" tanya Won padaku

"Baru saja tadi pagi, sebelum kamu bangun"jawabku mulai minum teh yang ada di meja dekat denganku.

"Hem, apa aku juga di buatkan teh?"

"Buat saja sendiri! Nenek dan kakek sudah pergi ke kebun",

"Yah, ya baiklah aku akan buat sendiri"jawab Won segera berdiri dan menuju dapur. Ia membuat minuman teh hangat untuk dirinya sendiri, setelah itu ia kembali ke kursinya.

Won minum teh hangat buatannya sendiri, lalu memulai perbincangan antara kami berdua.

"Hah, Rembulan. Aku sanagt perlu bantuanmu sekarang ini. Aku tahu temanku, Jingmi menyakitimu. Tapi semuanya sudah berakhiri. Jingmi tewas mengenaskan di rumahnya. Aku yakin ini di lakukan bukan sembarang orang. Aku merasa ada sesuatu yang janggal. Aku pun mengenal Jingmi, Jingmi tak pernah terlibat dalam masalah apa pun dengan orang lain"jelasnya.

"Lalu kamu ingin aku bagaimana?"

"Aku ingin kamu membantuku menyelesaikan permasalahan ini, aku tahu kamu tidak akan suka. Tapi aku mohon padamu, bantu lah kami! Kami merasa ada yang aneh dengan semua ini. Dengan sikap Jingmi yang menyakitimu, itu seperti bukan dirinya"

"Aku tidak tahu dia atau bukan yang kelas dia menyakitiku, mencoba membunuhku dan membela Dio Na",

"Rembulan, maukah kamu membantuku? Aku dan teman-teman berencana untuk memecahkan masalah aneh ini. Aku, Subtel, Dio Na, Hastin dan Razel. Kami akan menyelidiki pembunuhan ini!"

"Dio Na juga ikut?"

"Ya, dia ikut. Aku tahu kamu tidak menyukainya karna sifatnya yang buruk padamu. Tapi dia sudah meminta maaf padaku dan teman-teman. Hanya padamu saja yang belum, karna kamu pergi. Dia sudah berubah, aku yakin itu. Dia berjanji tidak akan egois, dan tidak akan mengulangi sikapnya itu",

"Benarkah? Apa kamu membaca pikirannya bahwa dia telah berubah?"

Won terdiam sejenak, lalu menjawab "Tidak, tapi aku percaya padanya"

"Ya baiklah, aku akan membantumu tetapi aku lakukan ini karna dua sahabatku, dan bukan karna Dio Na atau pun temanmu itu, Jingmi"

"Ya aku mengerti. Jadi kapan kita mulai?"

"Lebih awal, akan lebih baik sebelum matahari tenggelam. Aku takut jika malam datang, semuanya akan menjadi kacau"jawabku segera pergi ke kamar dan bersiap-siap.

Sambil bersiap-siap, Won menghubungi teman-teman untuk segera datang kemari. Teman-teman pun bersiap-siap lalu berangkat kemari.

Aku dan Won menunggu kedatangan teman-teman di depan rumah.

Beberapa menit kemudian, Subtel datang lebih dulu. Lalu Dio Na, dan kini kami menunggu dua sahabatku. Sambil menunggu kami berbincang-bincang. Dio Na mendekati Won, dan seperti melupakanku. Melupakan sesuatu yang harus di lakukannya, tetapi dia menganggap masalah itu tidak ada dan tak perlu minta maaf.

"Won, apa hari ini kita akan menyelidiki kejadian ini sampai malam? Aku sudah menyiapkan segala peralatan loh!"ucapnya mendekati Won dan melupakan diriku.

Aku tidak peduli dengan Dio Na yang mendekati Won, aku pun memilih masuk ke dalam rumah untuk menenangkan diri di banding harus melihat wajahnya itu. Aku ingat apa yang telah dia lakukan padaku, hingga aku di jauhi oleh teman-teman. Aku tidak lah dendam, aku hanya merasa tidak suka padanya dan aku sama sekali tidak cemburu dengannya mendekati Won.

Karna aku merasa lebih beruntung darinya, aku merasa lebih banyak memiliki waktu bersama Won di banding Dio Na. Jadi mengapa tidak membiarkan mereka dekat?, mengenal satu sama lain selagi Won bersekolah disini.

Duduk di sofa seorang diri dan menatap kekosongan di depan. Lalu sambil menunggu dua sahabatku datang, aku pun bermain game di ponsel. Tetapi meski jauh dari Won dan Dio Na, entah kenapa aku disini mendengar percakapan mereka. Aku malah jadi berfokus pada mereka berdua bukannya pada game yang sedang aku mainkan ini.

Bunyi permainan game, "Kling….kling…kling…"lalu terhenti.

Suara perbincangan Won dan Dio Na di luar.

"Won, kamu serius akan menyelidiki kejadian ini?"

"Ya tentu saja, kenapa tidak! Bagaimana pun Jingmi adalah temanku"

"Tapi kalau meminta bantuan Rembulan, apa dia bisa memastikan kita selamat? Dia saja tidak bisa melindungi dirinya dari serangan makhluk tak kasat mata!"

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like