"Aaaa….apa-apaan! Tidak boleh, tidak boleh. Kita bukan suami istri!"

"Ayolah, lagi pula hanya menemaniku tidur saja kok. Bukan ngapa-ngapain",

"Hah, biarkan aku pulang! Ayolah…"

Entah kenapa pria ini mulai memancarkan wajah sedihnya, dia sedang bersandiwara atau apa di depanku.

"Kamu, kenapa kamu menolakku? Kamu selalu saja membantahku? Apakah kamu tidak pernah memikirkan perasaanku? Tinggallah disini semalam saja"

"Tidak bisa, tidak bisa! Nanti ada yang lihat, mereka akan menilaiku jelek. Dan kita bukan suami istri",

"Tenang saja, tidak akan ada yang berani mengatakanmu jelek. Kamu cantik sekali malam ini, jadi temani saja aku. Hanya tidur saja, lihat tanganku? Aku sedang sakit!"mohonnya dengan manja.

"Lepaskan aku! Atau aku tidak akan pernah kembali lagi!"ancamku

Tetapi ancamanku sepertinya tidak berguna padanya. Tapi itu berhasil membuat dia melepaskanku. Aku segera pergi ketika dia melepaskanku, tetapi entah kenapa aku merasa dia sangat sedih begitu aku pergi. Aku merasa kasihan padanya.

Aku pun berhenti melangkah dan kembali, melihat dia memperhatikan perban luka dengan wajah sedih. Aku bahkan heran mengapa pria setampan dia dengan cepat bersedih, padahal aku hanya bercanda agar bebas darinya.

"Hey, kenapa kamu sedih? Apa aku melukai perasaanmu?"tanyaku memperhatikannya

Kim melihat ke arahku, dia tersenyum dan dia mengubah perasaan sedih itu dalam sekejab. Wajah cerah penuh kegembiraan dan bahagaia. Ia mendekatiku.

"Apa kamu kembali untukku?"

"Tidak, tapi tidak masalah kan jika aku kembali?"senyumku yang segera menarik tangannya pergi ke luar kamar ini dan menuju taman istana.

Aku membawanya ke taman istana, melepas tangannya begitu tiba disini. Berjalan menuju meja tengah dan duduk. Kim pun duduk berhadapan denganku. Disini aku bisa melihat bintang-bintang malam yang indah. Beranda taman tanpa dinding di sekitarnya. Tempat yang indah untuk beristirahat sejenak sebelum pergi tidur.

"Kim, aku tidak bisa tidur sekamar dengan anak laki-laki. Itu akan membuat reputasiku rusak. Tapi aku bisa menemanimu malam ini. Bagaimana latihanmu hari ini? ",

"Latihanku tidak buruk. Sepanjang hari ini, kamu kemana saja bersama Akira?"

Melihat Kim lalu mengalihkan pandangan, aku merasa curiga padanya. Mengapa ia ingin tahu kegiatanku. Kemana pun aku pergi bukan urusan dia.

"Apa aku pergi terlalu lama? Kamu menanyakan yang bukan urusanmu, itu sangat mencurigakan bagiku."

"Tidak, aku hanya khawatir saja padamu"

"Hah, khawatir. Seorang pangeran khawatir padaku? Yang benar saja! Menurutku tidak pantas sekali seorang pangeran khawatir pada gadis biasa. Aku bahkan di sebuat gadis bar-bar!"

"Siapa yang menjelekkanmu begitu? Katakan padaku siapa? Biar aku yang memberinya pelajaran!"

"Hey, kenapa kamu mulai kesal begitu? Aku membawamu kemari karna aku baru ingat harus membicarakan sesuatu padamu, ini serius!"

"Apa? Aku akan mendengarkanmu?", Kim memandangku dengan serius, menahan kepalanya dengan tangan kiri hingga hanya focus memperhatikanku.

"Pertama, ibumu itu sebenarnya mengerti ngak sih sama ucapanku pagi tadi?"

"Oh soal itu, tentu saja dia mengerti.",

"Apa ia tahu maksud yang aku ucapkan?"

"Ya tentu",

"Apa?"

Kim mulai berdiri dan berjalan mendekati pembatas beranda, ia melihat jauh bulan dan bintang, serta pemandangan indah taman berair ini.

"Ibuku mengerti bahwa kamu perlu waktu, tetapi itu sebagai jawaban ya kan? Tidak usah malu, ibuku tidak pernah menjodohkan anaknya dengan sembarang orang. Aku yakin dia menjodohkanku denganmu karna sebuah alasan",

Mendengar ucapan pria itu, aku kaget bukan main. Aku merasa ucapanku memang tidak didengarkan dengan seksama. Jelas-jelas aku menolak perjodohan ini dengan ucapan halus.

"Hah, sebenarnya apa ucapanku tidak mudah dipahami ya? Sehingga begitu saja tidak mengerti yang aku maksud. Negeri ini, sepertinya harus mengatakan secara terang-terangan ya. Kim, aku harap kamu tidak menganggap aku sebagai musuh dan pengkhianat kelak. Aku datang karna sebuah alasan. Di jodohkan denganmu akan membuat masa depanku memudar. Aku juga ingin bersekolah. Apa kah ucapanku ini bisa kamu pahami?"

Entah apa atau kah karna ucapanku ini yang salah. Spontan saja Kim mendekatiku, ia memegang tanganku dengan mata berbinar-binar, seperti orang yang baru saja mendapat kebahagian.

"Aku akan menunggumu! Besok aku akan mengantarmu ke sekolah para putri. Setelah kita menikah, aku akan tetap mengijinkanmu bersekolah. Aku ingin punya anak darimu, kamu akan memberikanku banyak anak sebagai penerus dari kerajaan ini".

Ucapan Kim yang begitu menginginkan anak dariku, membuatku seperti tertusuk belati. Ucapannya memang begitu manis untuk di dengar tetapi bagiku itu sama sekali tidak manis, dan entah apa yang terjadi. Aku langsung jatuh pingsan tak sadarkan diri.

Pangeran Kim yang melihat Rembulan tiba-tiba pingsan pun mencoba mengerak-gerakan tubuhnya. Tetapi tidak ada respon sehingga ia sendiri yang mengendong depan Rembulan menuju kamarnya. Lalu meminta bantuan pelayan untuk memanggilkan tabib.

Pelayan-pelayan yang melihat Pangeran Kim begitu memperhatikan Rembulan, mereka mengadu kepala sang ratu diam-diam.

Tidak lama kemudian, tabib kerajaan pun datang dan langsung memeriksa kondisi Rembulan yang jatuh pingsan.

Memeriksa denyut nadi, dan mata. Lalu melaporkan keadaanya pada Pangeran Kim.

"Yang mulia, Pangeran Kim. Dia baik-baik saja, dia hanya kelelahan. Dia perlu istirahat, dan jika perlu dia harus mengkonsumsi vitamin. Ya dia harus mengkonsumsi buah-buahan agar tidak cepat lelah, dan jatuh pingsan seperti ini",

"Terima kasih, Tuan. Terima sudah bersedia datang kemari malam-malam. Ya saya akan merawatnya. Saya takut dia kenapa-napa, jadi saya panggil Tuan. Dengan begini perasaan saya legah",

"Ya, terima kasih kembali. Saya undur diri, Pangeran Kim",

"Ya silahkan. Penjaga tolong antar tuan ini kembali ke rumahnya!"pinta Pangeran Kim pada penjaga yang berjaga.

Kemudian tabib itu pergi meninggalkan kamar ini bersama penjaga yang di utus.

Beberapa dayang masih berjaga, Kim pun memberi perintah kepada dayang-dayang.

"Besok, tolong sediakan makanan yang enak untuk calon istri saya. Saya tidak ingin dia jatuh pingsan dan sakit. Sediakan dia makanan yang mengandung gizi yang baik. Jadi pergilah dari sini!"

"Baik, Pangeran Kim"jawab dayang itu serentak.

Dayang-dayang itu pergi dan menutup pintunya lagi. Lalu Pangeran kim berjalan mendekati pintu dan menguncinya. Ya kini hanya ada Kim dan Rembulan yang masih tidak sadarkan diri.

Kim mulai menarik kursi di ruang tamu mendekati tempat tidur. Dia mulai duduk dan di hadapannya adalah Rembulan. Ia memperhatikan gadis itu.

Tersenyum manis, dan memegang tangan gadis itu seraya berucap "Rembulan, aku mengerti maksudmu! Aku akan menunggumu hingga terbangun. Kita tidur berdua sekarang, dalam ruangan ini".

Kim pun mulai membaringkan kepalanya di kasur itu, s.e.m.e.ntara tubuhnya duduk di kursi dengan tangan yang tidak pernah lepas menggenggam tangan Rembulan.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like