Hantu gadis kecil diam-diam memperhatikan Pangeran Kim bersama Rembulan. Ia tersenyum manis, lalu menari-nari menembus dinding kamar ini dan pergi.

Di bawah cahaya bulan yang bersinar dengan indah, dan bintang-bintang yang bertaburan, malam yang cerah tanpa awan mendung yang datang.

Hantu gadis kecil kembali berulah, dia menganggu penjaga dan orang-orang di sekitar istana. Dia mencoba mencari bantuan, tetapi tak seorang pun mengerti maksud hantu gadis kecil itu. Ia mengelilingi istana dan terus mencari seseorang yang dapat membantunya. Tetapi setiap orang yang dia temui, selalu saja lari ketakutan setelah mendengar suaranya bahkan sebelum hantu gadis kecil itu menampakan dirinya.

Ia pun kembali sedih, hatinya benar-benar sedih. Sampai sekarang ia belum juga menemukan seseorang yang dapat membantunya keluar dari masalah yang dihadapi. Tetapi ketika dalam kesedihannya, ia teringat akan kakak perempuan yang di tuntunya ke kamar Pangeran Kim. Ia merasa kakak perempuan itu dapat melihat dan mendengar dirinya. Ia pun menaruh harapannya pada kakak perempuan itu untuk membantunya keluar dari masalah.

Ia berhenti menangis, dan suara tangisan itu menghilang. Penjaga dan orang sekitar istana yang tadinya bulu kuduk mereka berdiri dan ketakutan, merasa suara tangisan gadis kecil menghilang mereka legah dan perasaan takut mereka juga ikut menghilang.

Hantu gadis kecil itu kembali menari-nari, dalam kesunyian.

"Aku akan menemuimu lagi, dan membuatmu lari ketakutan sampai kamu membantuku. Kakak cantik!"ucapnya sambil menari-nari dan menghilang.

Sebelum matahari bersinar di ufuk timur, aku terbangun dan melihat pria ini tertidur di dekatku. Ia memegang tanganku. Kepalaku terasa sedikit pusing, dan perlahan-lahan aku mengingat kejadian malam itu.

"Hah, Kim. Kim, ucapanmu membuatku kaget tau! Tapi maaf, sekarang aku harus pulang. Semoga saja masalahku cepat selesai, dan kembali disini. Aku akan merindukanmu, tapi aku juga akan membalas perbuatanmu yang membuatku sampai jatuh pingsan"ucapku tersenyum manis, lalu meletakan bantal di tangan Kim sebagai penganti tanganku.

Perlahan-lahan turun dari kasur, begitu berhasil aku segera pergi meninggalkan tempat ini menuju penginapan perempuan, di mana dua sahabatku tinggal disana. Berlari menuju penginapan khusus tamu perempuan, menuju penginapan Kayora dan Yora.

Setibanya, aku segera mengetok pintu dan memanggil- manggil sahabatku itu.

"Yora, Kayora! Bukain pintu dong. Cepat nih! Mau pagi, aku harus pulang. Kayora…."ucapku sambil mengetok pintu.

Beberapa menit menunggu dan masih tidak ada jawaban, bahkan mereka tidak membuka pintu untukku. Aku pun kembali memanggil mereka.

"Kayora! Cepetan, bukain pintu! Bangun woy! Bangun!"ucapku menambah keras suara.

 Seketika itu juga pintu segera terbuka, dan Kayora terlihat dengan wajah yang masih lelah.

"Hah, kamu! Masuk, sudah pagi kah? Jam berapa sekarang?"tanya Kayora sambil menguap karna masih mengantuk.

Aku tak menjawab dan segera masuk ke rumah, menuju kamar dan membereskan barang-barangku.

"Aku pulang duluan ya!  Ini sudah hampir mau fajar. Sampai jumpa!"ucapku memeluk Kayora lalu pergi.

Dengan keadaan setengah sadar, Kayora hanya menjawab "Hati-hati di jalan, dan cepat kembali ya!"

Aku segera pergi meninggalkan penginapan ini, dan menuju gerbang utama istana. S.e.m.e.ntara Kayora hanya memperhatikan gadis itu pergi begitu saja, lalu ia menutup pintu dan menguncinya lagi. Lalu kembali tidur.

Aku bertemu dengan Akira di depan pintu gerbang, ia sedang bersama seseorang di luar sini. Entah kebetulan atau pertemuan ini sesuai janji. Orang yang bicara pada Akira segera pergi, dan Akira mendekatiku.

Berjalan menuju jalan pulang, dan Akira di sampingku.

"Mau kemana? Pulang kah? Matahari belum terlihat, apa kamu terburu-buru untuk pulang?"tanya Akira

"Ya benar, semakin cepat aku pulang akan semakin baik. Aku akan segera kemari lagi setelah menyelesaikan masalah. Teman-temanku perlu bantuanku, Akira. Apakah kamu bisa mengantarku pulang? Ya setidaknya kamu harus punya kuda, agar mempercepat perjalanan kita",

"Tentu saja, aku akan mengambil kuda. Jalan saja lebih dulu, aku akan menyusulmu. Jangan berhenti di jalan, terus jalan saja!"ucapnya segera pergi meninggalkanku sendirian. Ia pergi ke arah yang berbeda denganku.

Berjalan di kegalapan. Perasaan takutku pun datang saat jalan sendirian, aku takut menginjak ular di jalan gelap ini. Aku pun mengeluarkan senter dari dalam tas, dan jalanku pun segera terang.

"Hah, untung saja aku membawa senter! Jika tidak, aku akan ketakutan di jalan gelap. Hah, pokoknya aku harus pulang dan tiba di rumah sebelum dia bangun pagi! Aku harus pulang"ucapku pada diri sendiri.

Terdengar suara langkah kaki kuda yang semakin mendekat, ya dia mulai perlahan berjalan di dekatku. Akira datang dengan menungangi kuda putihnya. Kuda yang indah.

Aku segera berhenti berjalan, dan melihat Akira turun dari kudanya.

"Apa aku lama sekali perginya?"tanyanya

Aku pun segera melepas tasku, dan berucap "Apa kita akan pergi dengan satu kuda ini?"

"Ya benar, ada apa? Apa ada masalah? Jangan khawatir kuda ini kuat kok!"

Kuda yang ada di samping Akira bergembus dengan suaranya, ia memperlihatkan kegagahan dirinya padaku agar aku percaya bahwa tidak masalah jika berdua menunganginya.

"Pakai tas ini! Aku tidak mungkin memakainya selama perjalanan kita"

Akira pun segera memakai tasku, lalu dia segera membantuku naik ke pungung kuda, dan setelah itu Akira naik. Aku berpegang pada tali, dan Akira yang mengendalikan kuda ini. Perjalanan kami pun di mulai. Ia akan mengantarku pulang.

Perjalanan menuju pohon ruang waktu, aku dan dia berbincang. Aku mengubah posisi dudukku mengarah padanya, agar aku bisa memperhatikan dia saat perjalanan pulang ini. Aku bisa melihat sosok dia yang sebenarnya, tetapi aku ragu apakah mungkin iblis berteman dengan manusia sepertiku? Ya dia memang tidak seperti iblis lainnya, tetapi tetap saja dia bukan manusia. Dia pria berambut putih dengan tanduk di kepalanya sebagai identitas asli bahwa orang ini dari dunia yang berbeda.

Aku pun berpegang erat di tubuhnya, aku tidak peduli dia marah padaku atau tidak. Memeluknya di sepanjang perjalanan akan lebih baik di banding jatuh ke tanah. Aku bahkan bisa merasakan detak jantungnya. Tubuhnya yang kekar dan hangat.

"Apa kamu akan kembali?"tanya Akira lagi.

"Hah, kenapa? Kenapa harus menanyakan hal yang sama padaku? Aku kan sudah bilang akan secepatnya kembali kemari apa kamu tidak percaya denganku?"ucapku mengelus-elus bahu lebar pria ini.

"Aku hanya tidak percaya saja, tapi kamu serius kan dengan ucapanmu itu?"

"Hah, apakah aku ini terlihat seperti pembohong bagimu? Aku tentu saja serius, setelah selesai masalahnya. Aku pasti akan kembali",

"Kamu ini sebenarnya siapa? Mengapa begitu dekat dengan manusia?"

"Aku hanya melakukan yang menurutku harus kulakukan, bahkan jika itu termasuk dekat dengan manusia",

"Aneh sekali! Aku belum mendengar bahwa ada iblis yang mendekati manusia. Maksudku baik dengan manusia.",

"Hah, ya dalam dunia manusia iblis adalah makhluk jahat tapi tidak semua iblis jahat. Kami hanya terlahir berbeda dengan manusia. Kami bukan setan!"

"Ah ya benar, lebih tepatnya di kenal dengan demon kan?"

"Hampir",

"Tapi aku menyukaimu! Kamu memang berbeda dengan yang lain"ucapku

Apa itu pujian atau pernyataan sebuah perasaan suka? Ucapan itu baru saja membuat hatinya berbunga-bunga. Dia sangat bahagia, dan bahkan gadis ini memeluknya sepanjang perjalanan pulang. Benar-benar di luar dugaan.

Tiba di pohon ruang waktu, Akira segera turun dari kuda dan juga diriku. Ia mengikat tali kuda di pohon, agar kudanya tidak melarikan diri. Akira segera memberikan tasku yang ada padanya.

"Ini, hati-hati di jalan ya"ucapnya sambil memberikan tas milikku padaku.

"Ya tentu saja, kamu juga. Jaga dirimu baik-baik"jawabku mengenakan tas, dan berjalan mendekati pohon ruang waktu.

Akira mengikutiku, tepat di hadapan kami adalah ruang waktu yang mampu memisahkan kami untuk sesaat dan bahkan untuk selamanya.

"Akira, aku permisi pulang dulu. Sampai jumpa!"ucapku segera memasuki pohon ruang dan waktu.

Akira melihat gadis itu melintasi pohon ruang waktu, dan dia menghilang dalam sekejab. Akira tersenyum manis, "Bagaimana aku menjelaskannya padamu kelak? Tapi aku menantimu disini. Apa kah kamu baru saja mengatakan, bahwa kamu menyukaiku tadi? Apakah ini sungguhan atau hanya mimpi?"ucapnya memandang dua pohon yang daun tuanya mulai berjatuhan berserakan di tanah.

Tiba-tiba seseorang berucap dari belakang Akira, "Tuan Akira, mari kita pergi! Dia sudah kembali ke negerinya"ucap seorang pria berjubah. Ia adalah seekor kuda yang bersama Akira dan Rembulan tadi. Dia adalah orang kepercayaan Akira yang menjelma menjadi kuda atas dasar perintah Akira. Karna Akira tidak dapat menemukan kuda di pagi buta ini. Jalan satu-satunya untuk memenuhi permintaan gadis itu adalah mengubah pria ini menjadi kuda, maka terpenuhilah permintaan itu.

"Siapa yang  memintamu kembali menjadi manusia?"ucap Akira melihat ke belakang.

"Ya tidak ada, apa salahnya? Dia juga sudah pergi kan? Tuan Akira, sepertinya Tuan menyukainya ya? Dan dia sepertinya juga menyukai Tuan!"

"Hah, kamu ini. Walau dia mengatakan itu padaku belum tentu ucapannya benar"jawab Akira segera pergi meninggalkan tempat ini berjalan kaki.

Bai Bayan, orang kepercayaan Akira segera menyusul Tuannya.

"Tuan tak perlu malu mengatakan pada saya bahwa Tuan memang menyukainya. Nanti saya akan membantu Tuan mendapatkannya"

"Apa kamu bilang? Aku sungguh tidak mengerti"bantahnya sambil mempercepat langkah.

"Oh benarkah begitu? Tuan tidak lihatkah bagaimana dia mendekati Tuan?"

"Hah, mungkin saja dia hanya ingin berteman",

"Hem, jika saya jadi Tuan. Saya tidak akan mengalah hanya karna gadis itu di tunangkan dengan Pangeran Kim! Tuan adalah seorang raja, mengapa harus kalah dengan seorang pangeran yang belum memiliki tahta kekuasaan di istana?"

"Berisik sekali! Mau aku ubah lagi jadi kuda? Tapi lebih baik kamu jadi kodok saja"

"Ah Tuan maafkan saya, saya hanya mengatakan apa yang saya rasakan. Gadis itu benar-benar berbeda, dia saja meragukan diriku apalagi Tuanku"senyumnya menahan tawa.

"Sialan!"ucap Akira segera menggunakan kekuatannya dan menghilang.

Kini di hutan ini hanya ada Bai seorang, beberapa pasang mata merah pun segera memperhatikan gerak-gerik Bai yang membuat dirinya ketakutan. Bai pun segera menggunakan kekuatannya untuk menghilang dan menyusul kepergian tuannya.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like