Cahaya matahari mulai berada di ufuk barat, burung-burung berkicau, langit yang bewarna senja, penduduk di sekitar istana pun mulai menyalakan lampu untuk menerangi rumah mereka.

Aku diantar pulang oleh Akira, ia mengantarkanku sampai penginapan tetapi aku memintanya hanya diantar sampai depan halaman penginapan.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang, sampai jumpa besok!"

"Ya, sampai jumpa"

Aku pun segera berlari menuju penginapan yang harus masuk ke dalam. S.e.m.e.ntara Akira pergi meninggalkan tempat ini.

Aku segera masuk ke penginapan, dimana dua sahabatku telah menunggu. Segera kuletakan bunga tulip di vans bunga, di meja ruang utama.

Kayora dan Yora sedang merias diri mereka kaget akan kedatangan Rembulan.

"Hey, kamu kemana saja? Kami mengkhawatirkanmu"ucap Kayora

"Iya, setelah kamu jatuh dan di selamatkan Akira. Kami khawatir padamu. Kamu kemana saja sih?"sambung Yora

Aku pun duduk lantai, sambil melihat bunga tulip yang bercahaya menerangi ruangan ini. Dua sahabatku yang melihat bunga tulip bercahaya segera mendekat. Mereka duduk di lantai bersamaku, dekat meja dan mengamati bunga ini.

"Kamu dari negeri sihir ya? Sama siapa?"

"Apa bersama Akira?"

"Ya benar, maaf aku membuat kalian khawatir. Aku diberi bunga ini oleh Akira, bagus kan?"

Dua sahabatku menganggukan kepala,

"Kudengar yang memetik ini bukan sembarang orang. Siapa yang memetiknya?"

"Pelayanan Akira"

"Pelayan? Sebenarnya siapa Akira? Mengapa ia punya bunga ini?"

Aku pun baru ingat dan hampir kecoplosan tentang Akira, akhirnya aku terpaksa berbohong pada dua sahabatku.

"Eh, maksudku teman Akira. Akira pun teman yang baik, dia mau berbagi bunga ini. Tapi Akira tidak mau memberitahu siapa temannya. Aku rasa temannya, adalah teman yang baik"

"Hem, jadi begitu. Aku mau tanya nih soal tadi pagi. Kamu menerima perjodohan itu kan?"

Aku pun mengusap wajahku dengan kedua tangan, lalu memandang dua sahabatku.

"Aku tidak mengerti, Ratu Mayleen tidak memahami ucapanku. Aku tidak ingin terlalu cepat, aku tidak bisa berpikir jernih. Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Aku masih punya perjalanan yang panjang begitu juga dengan Pangeran Kim. Kau tahu, aku pernah menonton drama tentang kerajaan. Seorang ratu tidak akan merestui hubungan pangeran mahkota dengan rakyat biasa. Itu seperti aku dan Kim"jelasku.

"Ah, tapi ini berbeda. Kamu adalah gadis yang sangat beruntung. Ratu Mayleen menjodohkanmu dengannya. Jadi terima saja. Soal hubungan kalian berlanjut atau tidak, itu soal nanti"jawab Yora

"Hem, baiklah aku akan mempikirkan soal ini. Aku pergi mandi dulu"ucapku segera berdiri.

"Oya, kami punya baju bagus untukmu. Tadi yang mulia datang bersama dayang-dayang dan pelayan. Mereka memberi kita pakaian bagus dan makanan",

Kayora berdiri, dia mengambil baju yang disimpannya. Baju yang bagus bewarna putih, celana merah dan ikat pingang merah. Aku pun segera mengambil pakaian itu, lalu pergi mandi.

Beberapa menit kemudian, aku telah selesai mandi dan merias diri. Lalu aku kembali ke ruang tamu utama. Dua sahabatku masih disana. Aku pun segera mendekati mereka.

Kayora dan Yora yang sedang asik membersihkan tongkat sihir melihat kedatangan Rembulan. Mereka takjub akan kecantikan Rembulan. Kayora dan Yora mulai teringat akan ucapan kakek putih soal gadis yang di tolongnya ini.

Gadis yang menampakan cahaya putih biru bagai rembulan malam, dia seperti Ratu Rembulan. Kecantikannya tiada tanding. Dia benar-benar murni bagai rembulan malam yang bersinar terang.

Kini gadis itu duduk tepat di hadapan mereka berdua. Kayora dan Yora pun menggunakan kekuatan mereka menghilangkan tongkat sihir di tangan. Tangan mereka memegang tongkat sihir, lalu menggerakan memutar dan mengarahkan ke depan. Dalam sekejab tongkat itu menghilang.

"Kamu cantik sekali, kamu cocok dengan baju itu"puji Yora

"Ya benar, aku ingat akan ucapan kakek bahwa tubuhmu bercahaya bagaikan rembulan malam. Kecantikanmu sama seperti yang dimiliki oleh Ratu Rembulan"sambung Kayora.

"Terima kasih, oya malam ini aku akan keluar sebentar boleh kan?"

"Tentu saja, siapa yang akan melarangmu? Disini aman jadi jangan khawatir. Lagi pula kalau soal medusa, dia tidak akan menyerangmu lagi. Kecuali dia bisa melarikan diri dari penjara sihir"

"Oh baiklah, terima kasih sudah mengijinkanku. Aku titip barang-barangku ya? Semuanya sudah kuletakan dalam tas jadi mohon diawasi. Aku takut ada yang hilang satu"

"Ya tenanglah Rembulan, tidak ada maling disini"

Setelah mendapat ijin dari dua temanku, aku pun segera keluar. Berjalan-jalan menuju taman istana. Kebetulan sekali cahaya bulan malam ini bersinar terang, sehingga dapat menerangi jalanku.

Bulan bersinar di langit bersama bintang, membuatku merasa tenang dan damai. Keindahannya membuatku tenang, aku benar-benar merasa di rumah saat bulan bercahaya terang.

S.e.m.e.ntara itu, Kayora dan Yora berada di penginapan tamu. Mereka saling tatap satu sama lain. Lalu membicarakan sesuatu.

"Menurutmu apa dia benar-benar menerima Kim?"tanya Kayora

Yora pun menjawab sambil memperhatikan bunga tulip yang bercahaya, "Ya tentu saja, mungkin. Tapi aku tidak tahu apakah dia mencintai Kim atau tidak",

"Bagaimana jika ia sama seperti Yobi. Yobi hanya mengincar tahta dan harta"

"Itu tidak mungkin, dia terlihat polos kan jadi dia tak mungkin jadi cwek matre"

"Huh, dia belum melihat harta melimpah jadi dia tak terlihat matre!"

"Hem, bagaimana kalau kita mengajak Rembulan membaca ramalannya? Siapa tahu kita menemukan jawaban untuk jodohnya. Ya setidaknya kita tahu soal dia memilih harta atau cinta"

"Hem, boleh-boleh"senyumnya yang kemudian menyerang sahabatnya dengan sihir.

Yora yang mendapat serangan dari Kayora pun segera menghindar. Ia pun membalas serangan itu dengan sihir. Ya mereka saling menyerang malam ini namun tidak saling membunuh. Mereka hanya berlatih, melatih memampuan mereka dengan sihir tapi menyerang dengan aturan yakni tidak boleh memecahkan barang apapun di ruang utama ini. Jika salah satu barang pecah maka orang yang memecahkan barang itu dianggap kalah.

Cahaya merah dan putih beradu, cahaya sihir yang dapat melukai siapa saja bahkan dapat memotong rambut mereka jika terkena.

Memandang bulan di tepi kolam membuatku merasa tenang, aku bahkan ingin tidur disini tetapi tiba-tiba saja aku mendapat lemparan batu kecil mengenai badanku.

"Awww….sakit!"ucapku melihat batu kerikil jatuh di dekatku setelah mengenai badanku. Aku pun segera menolah ke belakang dan melihat gadis kecil tersenyum manis.

Aku pun segera menghampirinya, gadis kecil yang berdiri di bawah pohon dengan mahkota kecil, dan bergaun layaknya seorang putri.

"Hey, gadis kecil! Kenapa kamu melempariku batu kecil? Ini sakit!"ucapku

Dia tersenyum manis, "Kakak, cepat lah datang ke kamar Kim. Dia terluka"

Aku pun kaget dengan ucapannya tapi aku tidak percaya padanya setelah dia melemparkan batu padaku.

"Hah, dia terluka. Itu tidak mungkin"

Gadis kecil itu tersenyum manis, "Kakak, apa kakak baru saja bicara padaku?"

"Ya tentu saja, memang siapa lagi? Kamu yang melempariku batu kerikil. Ini sakit! Dan berhentilah tersenyum, kamu membuatku kesal!"

Entah kenapa gadis ini bersemangat, dia tersenyum dan kegiarangan.

Aku dibuatnya bingung, "Astaga, ada apa denganmu? Mengapa seperti itu. Sekarang aku mau tanya, Kim beneran terluka atau ngak sih?"

"Ya beneran lah kak, sini ikuti aku! Aku akan menunjukan kamar kakak Kim dimana"jawabnya yang kemudian lebih dulu berjalan.

Tanpa rasa curiga, aku pun mengikutinya dari belakang. Langkah kami terhenti di depan kamar seseorang. Dengan pintu yang tertutup rapat.

Gadis kecil ini menunjuk ke arah kamar itu seraya berucap "Kakak, kakak Kim ada di dalam. Tangannya terluka, tolong obati lukanya. Aku mohon? Tolong ya kakak, aku tidak mau di kenapa-napa!"

"Ya baiklah"jawabku.

Dengan perasaan setengah percaya dan tidak, aku mengetok pintu hingga tiga kali dan menunggu pemilik kamar ini membuka pintu.

Tetapi setelah menunggu beberapa menit, tidak ada jawaban. Gadis kecil ini malah memintaku masuk.

"Masuk saja Kak, tidak ada yang perlu ditakutkan!"ucapnya sambil mendorong diriku masuk.

Pintu terbuka, gadis ini masih saja mendorongku hingga masuk ke dalam. Seketika itu juga aku melihat Kim terbaring di kasurnya dengan tangan yang terluka.

Aku kaget dan panik, aku pun segera mendekati Kim. Menggerak-gerakan tubuhnya sambil memanggil-manggil namanya.

"Kim, Kim bangun!"

Seketika itu juga Kim terbangun, ia segera duduk dan melihat Rembulan ada di kamarnya.

"Astaga, Rembulan! Kamu disini, sedang apa?"tanyanya.

"Aku kemari untuk mengobati lukamu, sebentar ya aku carikan sesuatu untuk mengobati lukamu"jawabku bergegas pergi.

Tetapi Kim malah menarik tanganku, ia berucap "Tidak bisakah kamu tinggal disini sebentar? Menemaiku!"

"Aku hanya ingin mengambil perban dan air untuk mengobati lukamu, aku akan kembali secepat mungkin dan mengobatimu. Jadi jangan khawatir, aku pasti akan menemaimu"jawabku sambil tersenyum.

Tangan pria ini pun mulai melepaskan tanganku, lalu aku bergegas pergi mengambil perban dan air untuk mengobati lukanya.

Tak beberapa lama kemudian, aku kembali dengan membawa perban dan air. Kuletakan baskom berisi air dan perban di meja dekat tempat tidurnya.

"Sini tanganmu, biar aku obati"ucapku dengan lembut.

Kim pun mengulurkan tangannya yang terluka padaku, aku mulai membersihkan luka dengan air agar tidak infeksi dan memperban lukanya.

"Sudah selesai, sekarang semoga cepat sembuh. Oya tadi ada gadis kecil bersamaku, dia dimana ya? Aku tidak melihatnya"

Dengan keheranan Kim menjawab, "Gadis kecil? Gadis kecil yang mana? Tadi kamu kemari hanya sendirian. Maka dari itu aku tidak membiarkanmu pergi. Sekarang temani aku semalaman disini ya?"senyumnya.

"Astaga, aku serius! Dimana gedis kecil itu? Kamu mengusirnya?"

"Tidak, sejak awal tadi kamu datang kemari sendirian. Aku pikir kamu akan menemaniku malam ini"senyumnya menaburkan pesonanya padaku.

"Aku serius, atau…astaga, jangan-jangan ini…ya ampun, pantas saja ia sangat bahagia begitu aku bisa bicara dengannya. Kim, aku permisi dulu ya? Aku harus kembali ke penginapan"ucapku.

Tetapi Kim yang berada di depanku tidak membiarkan aku pergi begitu saja, dia menahanku. Ia memegang tanganku dengan satu tangan.

"Tadi kamu bilang, kamu pasti akan menemaniku. Sekarang temani aku tidur semalam saja",

"Aaaa….apa-apaan! Tidak boleh, tidak boleh. Kita bukan suami istri!"

"Ayolah, lagi pula hanya menemaniku tidur saja kok. Bukan ngapa-ngapain",

"Hah, biarkan aku pulang! Ayolah…"

Entah kenapa pria ini mulai memancarkan wajah sedihnya, dia sedang bersandiwara atau apa di depanku.

"Kamu, kenapa kamu menolakku? Kamu selalu saja membantahku? Apakah kamu tidak pernah memikirkan perasaanku? Tinggallah disini semalam saja"

"Tidak bisa, tidak bisa! Nanti ada yang lihat, mereka akan menilaiku jelek. Dan kita bukan suami istri",

"Tenang saja, tidak akan ada yang berani mengatakanmu jelek. Kamu cantik sekali malam ini, jadi temani saja aku. Hanya tidur saja, lihat tanganku? Aku sedang sakit!"mohonnya dengan manja.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like