Istana Raja Akira,

Ruang makan besar Raja Akira. Aku telah selesai makan, dan perutku terasa kenyang. Tapi aku bingung mengapa Akira belum juga kembali. Ya seperti yang dikatakannya, lebih baik aku istirahat saja. Di ruangan ini ada tempat tidur, kupikir lebih baik beristirahat disana.

Berjalan mencari tempat tidur itu, tetapi aku tidak menemukannya di sini kecuali meja besar dengan banyak kursi tersusun rapi. Aku pun terus mencarinya di ruangan ini, tetapi tetap saja tidak ada. Ini mulai terasa menyebalkan bagiku.

Akhirnya aku memutuskan istirahat di tempat tadi saja, sambil menunggu Akira datang aku membuka ponselku. hari ini nampak sial bagiku, tadi ketika pesan masuk jaringan di ponselku penuh tapi sekarang jaringan darurat. Aku benar-benar tidak bisa menghubungi siapapun. Meletakan ponsel yang tak berguna tanpa jaringan seluler itu di atas meja, lalu membaringkan kepala di atas meja. Kemudian mulai memejamkan mata untuk tidur, semua sangat membosankan hingga tidur adalah jalan terbaik dari menunggu Akira datang.

S.e.m.e.ntara itu, di ruang kerja pribadi Raja Akira. Ia bersama para menteri untuk menyaksikan keajaiban dari sebuah ramalan yang telah lama diramalkan untuk Raja Akira.

Salah satu menteri kepercayaannya mengambil buku ramalan besar tentang Tuannya di rak buku. Buku ramalan itu tak bisa dibuka begitu saja kecuali dengan darah Tuannya sendiri. Buku berukir sayap iblis di tengahnya sebagai kunci penampung darah. Buku itu diletekan di atas meja. Lalu Tuan Akira mengambil pisau dan melukai tangannya. Darah segar segera keluar dari tangannya, ia mulai menetaskan darah itu ke buku ramalan.

Keajaiban pun terjadi, cahaya merah keluar dari buku dan buku perlahan-lahan membuka dengan sendirinya. Begitu buku membuka sepenuhnya, cahaya merah menghilang. Lalu Akira mulai membuka halaman yang tujunya.

Akira membuka halaman tentang gadis yang diramalkan akan menjadi selir pertamanya, seorang selir yang ditakdirkan untuk bersamanya selamanya. Tepat di halaman ramalan tentang selir yang akan bersamanya, dan yang telah di tunggu-tunggunya. Buku itu mengeluarkan bunga mawar bewarna putih seputih awan tanpa noda.

Akira pun mengeluarkan sapu tangan yang telah ternoda oleh darah Rembulan. Lalu ia menempelkan darah di sapu tangan itu pada bunga mawar di buku. Keajaiban terjadi, cahaya biru keluar dan menerangi tempat in. Cahayanya sangat terang hingga membuat mata yang melihatnya dapat menjadi buta. Untung saja mereka sudah bersiap siaga sehingga begitu cahaya itu keluar, mereka telah memejamkan mata.

Perlahan-lahan cahaya itu meredup, bunga mawar yang tadinya bewarna putih kini telah berubah menjadi biru. Spontan Akira menampakan rasa bahagianya. Para menteri pun turut senang dan bahagia. Bahkan para menteri ada yang sempat berpelukan karna sangat bahagia dan senangnya.

"Selamat ya Tuan, akhirnya Tuan menemukannya"ucap salah satu menteri yang disusul oleh menteri lainnya mengucapkan selamat.

Suara gaduh karna bahagia dan senang mulai memenuhi ruangan ini hingga jadi suara berisik. Akira pun berdeham untuk menghentikan kegaduhan itu. "Eheemmmm…"

Spontan mereka semua mulai diam, lalu Akira menutup kembali bukunya.

"Pergi, pergi, pergi. Kembali bekerja"ucap Akira sambil mengambil sapu tangan dan pergi meninggalkan tempat itu.

Salah satu menteri mengembalikan buku itu ke tempat semula, lalu mereka kembali bekerja.

Akira berjalan menuju ruang makan, dimana Rembulan berada dengan perasaan yang sangat gembira. Sekarang ia merasa penantiannya akan segera berakhir. Ramalannya benar-benar telah terjadi. Selir yang telah dinantikannya berratus-ratus tahun telah datang, ia sangat senang dan tidak sabar untuk bersamanya selamanya.

Tiba di ruangan makan raja, ia melihat Rembulan tertidur di meja. Ia pun mendekati gadis itu. Ia masih terlihat cantik walau tidur di posisi itu. Akira pun duduk di depannya dan mengamati gadis itu.

Sambil tersenyum manis, ia berucap "Rembulan, sebentar lagi kita akan bersama. Aku sangat senang kamu kembali dengan cepat. Aku benar-benar tidak sabar akan bersamamu, selirku. Aku janji akan melindungimu dan memanjakanmu. Apapun yang kamu minta, akan kulakukan."

Aku merasa ada seseorang mengamati diriku, aku pun terbangun dan kaget melihat Akira ada di depanku.

"Aaa…."teriakku, "Astaga, aku kaget! Maaf…"ucapku lagi yang kemudian mengusap wajahku.

Akira tersenyum manis, "Tidak apa, maaf aku menganggu tidurmu"

"Ya tidak apa, aku menunggumu. Kamu sudah makan? Ah, maaf makannya kuhabiskan",

"Aku sudah makan, tadi aku janji kan untuk membawamu ke taman. Ayo kita pergi?"

"Ya tentu saja"jawabku dengan semangat, aku pun mulai menyiapkan diri, mengambil ponselku dan menyimpannya dalam saku. Lalu pergi bersama Akira menuju taman bunga istana.

Berjalan bersama Akira, menuju taman bunga istana.

"Rembulan, nanti jika kamu perlu sesuatu katakan saja padaku. Aku akan membantumu"ucapnya

"Ah tidak perlu nanti merepotkanmu"

"Tidak apa, tidak merepotkan kok",

"Em, baiklah"

Taman bunga istana telah berada di depan mata kami, aku pun takjub melihatnya. Ada banyak bunga yang indah disini. Semuanya telah mekar, berroma wangi dan bewarna-warni.

Aku pun segera menuju tanaman bunga-bunga, melihat semuanya dari dekat.

"Akira, kemari! Lihat ini, bunganya indah sekali"ucapku melihat ke arahnya yang masih di tepi taman.

Akira pun berjalan mendekat, ia juga melihat-lihat bunga dari dekat.

"Ya benar, bunga mawar memang selalu indah. Mau melihat bunga tulip yang kukatakan tadi?"

"Ya, dimana?"tanyaku

Akira berjalan lebih dulu membawaku ke tengah taman yang luas ini, di tengah taman ini bunga tulis bulan itu tumbuh dengan subur. Semuanya telah berbunga.

Aku pun kembali dibuat takjub melihatnya, semuanya benar-benar indah dan bewarna biru langit.

"Ini, bunga tulip itu"tunjuk Akira pada bunga tulip biru yang indah.

Aku pun segera mendekatinya, dan mengamati bunga tulip ini.

"Indah sekali, aku baru pertama kali melihat bunga seperti ini",

Akira pun merendahkan tubuhnya, ia memperhatikan bunga ini "Jika begitu, jika kamu ingin membawa pulang bunga ini boleh saja. Nanti aku akan meminta pelayan untuk memetiknya untukmu."

"Ya jika di bolehkan tentu saja aku mau"

"Baiklah, kita tunggu di sana saja. Nanti pelayanan akan datang membawakan bunga untukmu"

"Em…"jawabku sambil menganggukan kepala.

Akira pun berjalan lebih dulu, dan aku mengikutinya dari belakang. Dia membawaku ke tempat pinggir taman bunga. Aku dan dia duduk di kursi dengan meja sebagai penghalang kami berdua. Dari sini kami dapat melihat taman bunga yang indah.

Seorang pelayan pun datang, ia menghadap Akira. Dia memberi hormat.

"Hormat pada yang mulia!"ucapnya merendahkan tubuhnya di depan Akira.

"Tolong petikan bunga tulip untuk Rembulan, dia akan membawa pulang bunga itu"perintahnya.

"Baik yang mulia, hamba undur diri"

Pelayan itu pergi melaksanakan perintahnya, lalu aku dan Akira bicara sambil melihat pemandangan indah dari sini.

"Kamu menyukai jalan-jalan kita kan?"tanyanya.

"Ya, aku suka. Terbang dengan naga, bunga tulip yang indah, dan juga makanan yang enak. Terima kasih, hari ini menyenangkan sekali"

"Aku senang kamu menyukai semua ini, aku bisa melakukan apapun yang kamu mau."

"Aku berterima kasih sekali atas kebaikanmu, nanti kamu antar aku pulang kan?"

"Ya tentu saja"

"Huh syukurlah, aku legah kalau kamu mengantarku pulang."

Tidak lama kemudian pelayan datang membawa bunga tulip, ia menyerahkan bunganya pada Akira lalu pergi. Kemudian Akira menyerahkan bunga tulip kepadaku.

Aku mengambil bunga tulip dari tangan Akira, bunga yang telah dirangkai cantik.

"Bunga ini bercahaya di malam hari kan? Apa cahaya dapat menerangi kamarku?"tanyaku

"Ya tentu saja, tapi hanya bertahan hingga bunganya layu. Nanti jika kamu ingin belajar sihir, aku bisa mengajarimu atau kamu bisa masuk ke akademi penyihir putih bersama Kayora dan Yora",

"Hah, sebenarnya aku ingin tapi bukannya belajar sihir itu perlu waktu yang lama ya agar menguasi elemen. Aku bahkan tidak tahu, aku di elemen apa"

"Jangan khawatir, nanti kita cari tahu bersama-sama"

"Ya baiklah".

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like