Aku segera turun dari tubuhnya, dan dia mulai memanggil naganya. Dengan kekuatan yang dia miliki dan keterkaitan dirinya dengan naga. Akira hanya perlu memanggil naganya dengan menggeluarkan cahaya kecil dari tangannya, cahaya sihir yang dapat terbang ke angkasa. Cahaya pemanggil naga.

Tidak lama kemudian, angin kencang datang. Ia menghancurkan demaian pepohonan, dedaunan pun berjatuhan. Perlahan-lahan anginnya semakin kencang, dan terlihatlah naga besar telah menuju kemari. Ia merendahkan dirinya dan turun di hadapan Akira. Naga itu menundukan kepalanya di hadapan Akira, Tuannya. Naga bewarna coklat hitam, dengan permata besar di kepalanya, bersayap dan ekor panjang. Ia memiliki wajah yang garang hingga membuatku bersembunyi di belakang Akira begitu menatapnya.

Akira tersenyum manis, melihat tingkah Rembulan yang bersembunyi di belakangnya.

"Hem, tadi katanya tidak takut sekarang bersembunyi!"ucap Akira

"Ya maaf, dia terlihat garang sekali!"jawabku

"Sudahlah, jangan bersembunyi. Dia tidak akan melukaimu. Aku disini bersamamu jadi jangan takut"

Akira menyayinkanku untuk tidak takut, aku pun segera memperlihatkan diriku pada naga itu. Ia masih terlihat garang, tetapi juga tampan.

"Ini adalah naga jantan, jadi dia memang seperti itu. Dia naga tertampan di semua naga. Ia pemimpin naga. Mau menyentuhnya?"

"Tidak, nanti dia mengigit tanganku"

"Dia tidak akan lakukan itu, aku disini"

"Tapi aku takut!"

"Sini tanganmu, aku akan membantumu bagaimana memahami naga. Dia tidak akan menyakitimu jika kamu tidak menyakitinya"

Aku pun menyerahkan tanganku pada Akira, lalu ia memegang tanganku dan mendekatkanku dengan naga itu.

Kulitnya yang kasar dan seperti kulit buaya, hanya saja kulitnya lebih tebal. Aku pun tidak takut setelah Akira membantuku.

"Ya benar, dia menakutkan seperti yang kutakutkan."

"Tentu saja, ayo kita pergi. Aku akan naik dan setelah itu kamu. Aku akan membantumu naik nanti"

Aku pun menganggukan kepala. Lalu Akira naik ke punggung naga, setelah itu ia mengulurkan tangannya padaku. Lalu aku mengapai tangannya, dan ia mulai menarikku hingga aku dapat naik ke punggung naga.

"Berpegang padaku erat-erat!"ucap Akira

Aku pun berpegang di bajunya, tetapi Akira malah menarik tanganku hingga aku memeluk erat dirinya.

"Nah seperti itu! Nanti kamu terjatuh jika tak berpegang"ucapnya.

Lalu Akira mulai menarik tali yang terikat pada kepala naga. Ia mulai memberi perintah naga untuk terbang. Naga pun mulai membuka sayapnya lebar-lebar lalu mengepakannya hingga terbang ke angkasa.

Kini kami telah terbang, dan aku dapat melihat pemandangan indah dari ketinggian ini. Sambil mengendalikan naga, Akira berucap "Jangan lepaskan tanganmu padaku saat terbang, nanti kamu terjatuh."

"Iya aku mengerti, pemandangan dari sini indah banget ya! Aku baru pertama kali terbang dengan naga. Ini pengalaman yang seru"

"Benarkah? Memang di negerimu seperti apa? Apa tidak ada yang seperti ini?"

"Ada, terbang dengan aman dan juga dapat melihat pemandangan indah. Hanya saja aku harus mengeluarkan biaya untuk terbang. Kami menyebutnya pesawat."

"Pesawat?"

"Ya, pesawat itu terbuat dari besi baja dan mesin-mesin, di kendalikan oleh pilot. Penumpangnya banyak sekali, mereka ada kelas pertama, menengah dan kelas ekonomi. Terbang dengan pesawat itu harus bayar. Tidak seperti ini, tidak ada yang terbang dengan naga, sihir atau sayap di negeriku",

"Hem, sepertinya negerimu menarik juga. Apa nanti aku boleh kesana?"

"Ya boleh saja"

Tidak lama kemudian, aku dan Akira tiba di istananya. Naga ini segera terbang merendah, lalu tiba di tanah. Aku dan Akira pun segera turun. Kemudian naga itu terbang lagi ke langit.

"Ayo kita ke taman! Tapi apa kamu mau minum? Tadi kita kan sudah berjalan jauh, kamu haus tidak?"

"Ya aku mau minum, apa aku boleh mendapatkan makanan juga?"

"Tentu saja, mari ikut aku!"

Aku dan dia berjalan masuk ke istana. Kedatangan kami disambut oleh menteri dan pelayan. Akira pun memerintahkan pelayannya menyiapkan minuman dan makanan. Ia juga tak lupa menyapa menteri yang menghampirinya itu. Ia membisikan sesuatu padanya.

"Tolong siapkan sesuatu, aku ingin tahu apakah yang di ramalkan itu adalah gadis ini"bisiknya

"Baik Tuan, akan saya siapkan"jawabnya pelan.

Entah apa Akira menarik tanganku, membawaku pergi masuk. Ia membawaku ke ruang makan.

Ruang makan sang raja sangatlah luas, ada meja dan kursi di tengah ruangan itu. Aku dan dia pun duduk di ruang tengah, ruang makan. Di meja ada ada kendi berisi air dan gelas. Aku pun segera menuangkan minuman, satu untukku dan satu untuk Akira.

Aku mengambil gelas minumku, lalu mengangkatnya seraya berucap "Ayo minum!".

Akira yang melihat Rembulan minum lebih dulu hanya tersenyum manis, ia tahu Rembulan sedang kehausan hingga lupa siapa pemilik rumah ini. Seharusnya yang mengajak minum itu adalah dirinya bukan Rembulan. Bahkan gadis itu berulang kali mengisi kelasnya, lalu minum lagi hingga kendi berisi air itu habis.

Rasa hausku pun hilang setelah menghabiskan satu kendi air. Aku pun baru ingat bahwa ini rumahnya, mengapa aku lancang sekali minum di rumahnya tanpa seijinnya. Aku pun segera meminta maaf padanya.

"Akira, aku…aku sungguh minta maaf, aku tidak bermaksud mengecekanmu. Aku sangat haus jadi lupa padamu",

Akira tersenyum, dan menjawab "Ya tidak apa, ini juga salahku. Seharusnya tidak membiarkanmu kehausan, aku ini teman macam apa memperlakukanmu dengan buruk!"

"Tidak, ini salahku. Kamu tidak salah",

"Ya sudahlah jangan menyalahkan dirimu, sekarang kita makan saja. Sebentar lagi makananya akan datang, makan saja sepuasnya lalu setelah kenyang kita istirahat sebentar dan aku akan mengantarkanmu ke taman setelah itu",

"Oh baiklah, jika maumu begitu tentu aku akan makan"ucapku dengan semangat.

Tak lama kemudian, pelayan datang membawakan minuman dan makanan untuk kami. Mereka menyajikan makanan dan minuman di atas meja ini, lalu pergi meninggalkan kami.

"Ayo makan, jangan malu-malu!"ajak Akira

Aku pun segera mengambil sumpit di dekatku, tetapi seketika itu juga entah kenapa jari tanganku langsung terluka dan mengeluarkan darah.

"Aaawwww…"ucapku spontan langsung meletakan kembali sumpit di meja.

Akira yang melihat darah keluar dari jari tanganku, ia segera mengambil kain, mendekatiku dan menyeka darahnya.

"Astaga, kamu baik-baik saja? "ucapnya sambil menyeka darah yang keluar.

"Ya aku tidak sengaja menyentuh bagian tajamnya, tapi aneh mengapa sumpit itu dibuat tajam? Sepertinya tidak",

Akira berhenti menyeka darah, ia pun memperlihakan jariku yang terbalut kain. "Nah, sekarang jarimu baik-baik saja. Lanjutkan makannya! Aku akan pergi sebentar, pakai sumpitku saja"ucapnya sambil mengambilkan sumpitnya dan meletakannya di hadapanku. Ia juga mengambil sumpit di mejaku tadi.

"Makan saja sepuasnya, jangan menungguku! Aku akan pergi sebentar, istirahat saja dulu. Di ruangan ini ada tempat tidur kok, nanti aku akan kembali"ucapnya lagi yang kemudian pergi dengan membawa sumpit itu juga.

Jari tanganku yang terluka masih teringat di kepalaku, walaupun rasa sakit dan darahnya sudah tidak ada. Aku pun mulai memegang sumpit dengan hati-hati. Tapi kali ini sumpit itu tidak melukai tanganku. Aku pun mulai makan dengan semangat. Makanan ini memang benar-benar enak dan ini adalah makanan pertama kalinya yang pernah kucicipi di negeri ini.

Arena pelatihan sihir.

Pertandingan Kayora melawan Wiku. Master Gioji telah menyatakan Kayora yang memenangkan pertandingan. Lalu berikutnya adalah pertandingan Kayora melawan elemen api. Pertandingan yang sengit, dengan hasil akhir seimbang.

Beberapa menit kemudian, latihan pun berakhir. Tanah kembali ke semula, dan semua orang mulai membubarkan diri. Kayora dan Yora segera pergi meninggalkan arena itu, mereka segera mencari Rembulan yang terjatuh.

Sambil berjalan, Kayora berucap "Apa Rembulan baik-baik saja?"

"Sudahlah jangan khawatir, dia bilang kan tadi baik-baik saja"jawab Yora

"Tapi sekarang dia dimana? Aku takut dia terluka, dia kan manusia biasa"

"Huh, kamu! Tapi dia tadi di tolong sama Akira kan?"

Kayora menganggukan kepala.

"Nah jadi ngak usah khawatir, dia pasti baik-baik saja"

"Tapi sekarang dia dimana?"

"Entahlah"

Perjalanan mereka terhenti ketika bertemu dengan teman-teman yang lain.

Kim dan teman-teman telah selesai latihan bela diri. Mereka bertemu dengan Kayora dan Yora, tetapi mereka tidak melihat Rembulan.

"Dimana Rembulan?"tanya Irranix

"Entah lah , kami tidak tahu!"jawab Yora

"Loh bukannya sama kalian!"

"Ya tadi, tapi…."

"Tapi apa?"tanya Kim

"Tapi kamu jangan marah padanya ya? Janji?"

Dengan terpaksa Kim berjanji untuk tidak marah hanya untuk tahu apa yang telah terjadi.

"Ya janji"jawab Kim

"Dia tadi nonton pertandingan, aku tidak sengaja menyerangnya dan dia terjatuh….."jelas Kayora belum selesai.

Kim yang mendengar penjelasan Kayora marah, "Apa!"wajahnya mulai kesal. Tapi tidak jadi marah karna sudah janji, "Ya teruskan!"ucapnya.

"Lalu Akira datang menolongnya, sekarang kami tidak tahu dia dimana. Apa kalian melihat Akira tadi?"jelas Kayora.

Mendengar penjelasan Kayora, Kim legah karna Rembulan selamat. Tetapi ia menyimpan kesal dan perasaan cemburu pada Akira yang membawa Rembulan pergi.

"Tidak, kami tidak melihatnya. Ia tidak latihan tadi"jawab Kazame.

"Mungkin dia bersama Rembulan sekarang"duga Yora.

Dugaan Yora semakin membuat Kim cemburu, Kim pun pergi meninggalkan mereka kembali ke istana.

"Ada apa dengannya? Ia marah kah padaku?"tanya Kayora

"Tidak, dia tidak marah kok. Ya sudah ayo kita kembali, nanti Rembulan juga akan datang"ajak Kazame.

Kemudian mereka semua kembali ke istana, menuju kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.

Kamar Pangeran Kim,

Ia datang dengan wajah kesal dan perasaan cemburu. Ia meletakan pedangnya di atas meja, lalu mendekati tiang rumah dan memukulnya dengan keras hingga tangannya terluka.

"Kenapa! Kenapa kamu pergi dengannya tanpa seijinku? Apa kamu tidak mencintaiku? Aku ini adalah calon suamimu! Kamu seharusnya meminta ijin padaku lebih dulu. Apa kamu tidak mengerti perasaanku, Rembulan!"ucapnya sambil memukul tiang rumah.

Darah segera keluar dari tangannya, tapi ia terus memukul tanpa rasa sakit hingga dia lelah. Ia pun pergi ke tempat tidur dan beristirahat. Ia tidak bisa membuat dirinya tenang sekarang, ia terus memikirkan Rembulan.

"Rembulan, kamu dimana? Kembali, aku mohon! Kenapa kamu tidak mengerti perasaanku? Aku menunggumu selama ini"gumannya dalam hati. Ia terus saja memikirkan gadis itu hingga tertidur dengan tangan yang terluka.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like