Won dan Subtel terlihat berjalan bersama menuju area parkir, kemudian mereka masuk ke mobil dan meninggalkan sekolah.

Tidak lama setelah kepergian mereka, Hastin dan Razel terlihat. Mereka menuju area parkir sekolah dan pergi meninggalkan tempat ini. Mereka berdua menuju rumah Rembulan dan berharap nenek tidak mengusir mereka.

Rumah Rembulan,

Hastin dan Razel telah tiba di rumah Rembulan. Mereka segera mendekati pintu depan rumah lalu mengetoknya.

"Permisi, nenek!"panggil Razel

"Nenek, ini Hastin dan Razel"sambung Hastin.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Nenek keluar dari rumah.

"Ada apa? Saya kan sudah bilang Rembulan tidak bisa bertemu dengan kalian"

"Nenek, ayolah Nek! Ijinkan kami bertemu dengan Rembulan"mohon Razel

"Nenek, sekali saja ijinkan kami bertemu dengannya"sambung Hastin.

Nenek tersenyum lalu ia membuka pintu agak lebar, seraya berucap "Silahkan masuk!."

Hastin dan Razel pun masuk ke rumah, kemudian mereka di persilahkan duduk.

Nenek pun duduk tak jauh dari mereka.

"Rembulan-nya boleh kan Nek bertemu dengan kita?"tanya Razel

Nenek tersenyum, "Ya tentu saja mengapa saya tidak membolehkan kalian bertemu dengan Rembulan. Tapi Rembulan tidak ada di rumah. Apakah kalin diberitahu oleh guru kelas bahwa Rembulan tangannya terluka?"

"Ya benar, Nek"

"Sebenarnya itu hanya akal-akalan, Rembulan telah pergi ke Desa Flower dan dia baik-baik saja"

"Jadi Rembulan tidak terluka dan pergi liburan lebih dulu. Dia tidak ikut ulangan hari ini"ucap Hastin

"Ya, sebenarnya Rembulan tidak bisa ikut karna ada masalah di sekolah. Ia harus pergi karna masalah itu. Apakah kalian berteman dengan Jingmi?"

"Tidak, kami tidak berteman dengan preman sekolah",

"Baiklah, nenek akan memberitahu kalian soal yang dihadapi Rembulan sekarang. Rembulan terpaksa pergi karna Jingmi ingin membunuhnya. Sebaiknya ketika kalian pergi dari sini, berhati-hatilah dengan Jingmi"

Hastin dan Razel kaget mendengar penjelasan dari nenek.

"Apa? Jingmi ingin membunuh Rembulan! Tapi karna apa? Rembulan salah apa?"

"Rembulan cerita pada saya bahwa Jingmi melakukan itu karna masalah waktu itu, Ya Dio Na. Nenek dan kakek sengaja memintanya pergi ke Desa Flower agar dia aman disana. Sekarang kami harus menyelesaikan masalah ini."

"Syukurlah jikalau Rembulan aman sekarang"ucap Hastin legah.

"Ya tapi sekarang Jingmi pasti menunggu kehadiran Rembulan, saya takut jika ia kembali dan Jingmi masih marah padanya. Saya takut kehilangannya",

"Tapi kenapa tidak meminta bantuan polisi saja?"tanya Razel

"Itu tidak mungkin, Jingmi masih sekolah. Kasihan dia, dia bahkan jauh dari keluarganya",

"Ya benar sih, tapi ini keterlaluan. Ini mengenai nyawa bukan hal sempele"

"Ya, benar. Kalian akan liburan kemana nanti? Sampai tanggal berapa?"

"Kami akan ke kota menemui paman dan pergi berlibura bersama. Liburannya kudengar sampai akhir bulan, tepatnya satu bulan atau 30 hari"

"Baguslah kalau kalian pergi ke kota, nenek harap kalian aman disana",

"Ya Nek, tapi kenapa jadi begini? Kenapa Jingmi melakukan itu? Karna ia dendam kah kalau Dio Na di keluarkan dari sekolah? Itu juga karna gadis itu cari masalah dan bukan salah Rembulan"

"Ya mungkin Jingmi merasa hanya Dio Na yang peduli dengannya, sekarang Won bertugas mengubah sifat Jingmi itu. Ya setidaknya dengan cara pelan-pelan membenarkan sifat Jingmi",

"Hah, ya kami mengerti. Terima kasih Nek sudah mau bicara dengan kami. Kami sangat mengkhawatirkan Rembulan",

"Sekarang kami legah jika Rembulan ternyata baik-baik saja"

"Ya, karna begitu baiklah. Kami pamit pergi, terima kasih",

"Terima kasih, Nek"

"Ya sama-sama"

Lalu Hastin dan Razel pergi.

Secara bersamaan, rumah Jingmi.

Won dan Subtel telah tiba di rumah Jingmi.

Won mengetok pintu rumah itu hingga tiga kali dan menunggu jawaban dari dalam. Beberapa menit menunggu, tidak ada jawaban dari dalam. Won kembali mengetok pintu rumah itu.

"Tok…tok….tok…"

Tidak ada jawaban setelah menunggu beberapa menit.

Subtel pun menghubungi Jingmi dengan ponselnya, tetapi operator menyatakan diluar jangkauan. Perasaan khawatir pun mulai menyelimuti mereka berdua.

Kebetulan saat itu ada tetangga Jingmi melintas, Won pun segera bertanya pada orang itu.

"Maaf permisi, apakah kalian melihat Jingmi pagi ini?"tanya Won

"Tidak, bukankah dia sekolah pagi ini"

"Dia tidak ada di sekolah, kami mencoba menghubunginya tapi telpon tak diangkat. Kami mengetok pintu rumahnya, tak ada jawaban"jelas Subtel

"Hem, biasanya anak itu terlihat pagi ini. Dia sering menyapa tapi pagi tadi aku memang tidak melihatnya"jawab tetangga Jingmi yang lain.

"Jika begitu mengapa tak memeriksa rumahnya saja, hari ini dia memang tak terlihat kecuali ada masalah padanya"

Kemudian mereka memutuskan untuk memeriksa rumah Jingmi. Mereka mengetok pintu secara bergantian bahkan ada yang memeriksa halaman belakang rumah.

Masih tak ada jawaban dari dalam rumah. Hingga membuat beberapa orang yang melintas penasaran dengan tingkah mereka bahkan ketua desa pun datang.

"Ada apa ini?"tanya Ketua desa

"Ah, maaf ketua desa. Maaf kami sudah membuat sedikit keributan. Kami ingin bertemu dengan Jingmi, tapi tidak ada jawaban dari dalam rumah bahkan telponnya selalu sibuk. Dia juga tidak masuk ke sekolah hari ini"jawab Subtel

"Lalu kami memutuskan memeriksa rumahnya dengan bantuan tetangga Jingmi juga"sambung Won.

"Oh begitu, iya memang hari ini saya pun belum melihatnya. Saya pikir dia sekolah, tapi dia juga tidak ke sekolah ya hari ini. Ah, baiklah kita periksa saja sama-sama rumahnya"

Kemudian mereka semua melajutkan memeriksa rumah Jingmi, hingga ketua desa memutuskan untuk mendobrak pintu rumah bersama warga.

"Praakkkkk…."suara pintu jatuh dengan keras mengenai lantai. Pintu depan rumah Jingmi telah di robohkan.

Angin dari dalam rumah pun keluar dari  membawa aroma tak sedap.

"Bau apa ini? Busuk!"ucap yang lain.

Mereka yang mencium aroma busuk dari dalam rumah segera menutup hidung dengan kain baju. Won dan Subtel melangkah mundur ke luar rumah. Mereka mengambi dan mengenakan masker lalu kembali ke dalam.

Bersama-sama mereka menuju aroma tak sedap itu, yang menuju kamar Jingmi yang terkunci dari dalam.

Warga membuka pintu, namun tidak bisa karna terkunci dari dalam.

"Pak, ini terkunci dari dalam. Apa kita harus menobraknya lagi?"

"Ya tentu saja, ayo cepat!"perintah ketua desa

Warga dan tetangga Jingmi pun mendobrak pintu kamar Jiingmi.

"Praakkkkk…."suara pintu jatuh dengan keras mengenai lantai. Aroma tak sedap kembali tercium, kali ini aromanya menyengat sekali. Mereka pun di kagetkan dengan penemuan mayat di ranjang. Mayat tanpa busana tergeletak dengan aroma tak sedap seperti telah berhari-hari, tubuhnya penuh darah dan hal yang mengerikan adalah mayat itu telah kehilangan jantung dan hatinya.

Mereka semua kaget. Ketua desa pun segera menghubungi polisi. Mayat itu tak lain adalah Jingmi. Won dan Subtel yang melihat itu syok. Mereka tak menyangka Jingmi akan pergi dengan cepat dalam kondisi yang mengerikan.

Kabar kematian Jingmi cepat terdengar ke telinga teman-teman bahkan nenek dan kakek. Mereka semua segera menuju rumah Jingmi untuk melihat langsung. Polisi pun datang dan segera melakukan tugasnya. Ambulan juga telah tiba, mereka membawa mayat Jingmi ke rumah sakit untuk di otopsi.

Polisi memberi garis lintasnya di rumah itu, lalu meminta keterangan kepala desa untuk menjadi saksi. Semua orang yang datang membicarakan akhir nasih anak itu.

"Kasihan Jingmi, ia sudah di tinggal oleh ayah ibunya ke kota. Sekarang ia harus bernasib tragis begini"

"Astaga, apa yang telah terjadi padanya? Orang tuanya akan sangat sedih sekarang"

"Katanya dia tewas karna jantung dan hatinya di ambil. Menurutmu siapa yang melakukan hal sadis itu?"

"Entahlah, polisi aja belum menjelaskan apa yang terjadi. Mungkin mereka tak akan menemukan jantung dan hati itu"

"Menjijikan sekali! Penuh darah, lebih baik aku pulang saja"

"Aku turut berduka cita, kasihan dia"

Perlahan-lahan orang-orang mulai kembali ke rumah masing-masing, sambari di jalan membicarakan tentang kematian anak itu. Polisi pun pergi setelah melakukan tugasnya.

Won dan Subtel pergi meninggalkan rumah itu. Tetapi ketika hendak pergi, Dio Na datang dan menanyakan kejadian itu pada mereka.

"Won, tunggu!"ucap Dio Na

Won dan Subtel telah membuka pintu mobil, langkah mereka terhenti ketika mendengar gadis itu memanggil Won.

Dio Na berlari ke arah Won, dengan teregah-egah Dio Na berucap "Apa yang terjadi? Aku kemari mendengar Jingmi meninggal. Katanya seseorang telah membunuhnya"

"Ya benar, sudah ya aku pergi dulu"jawab Won langsung masuk ke mobil, begitu juga dengan Subtel.

Dio Na hanya bisa terdiam mendengar Won mengakhiri perbincangannya. Mobil yang tumpangi Won pergi meninggalkan tempat itu.

 Kini hanya Dio Na sendirian, seketika itu juga angin berhembus membawa aura dingin menusuk ke kulitnya. Dio Na merinding seketika itu, ia pun langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan takut yang menyelimuti.

Hening, sepi dan angin berhembus masuk ke rumah Jingmi yang terbuka. Angin yang dingin menjatuhkan dedaunan tua dari pohon. Tepat di jendela kamar Jingmi. Perlahan-lahan tirai jendela itu terbuka seperti seseorang telah menariknya dari dalam rumah. Kini jendela itu dapat memperlihatkan kegelapan dari kamar itu. Perlahan-lahan dari luar rumah memperlihatkan sosok seorang pria yang tersenyum manis dari jendela kamar Jingmi. Yang perlahan-lahan sosok itu menghilang.

Di balik kematian Jingmi yang menggegerkan warga itu, ada kejadian aneh yang menimpanya. Orang-orang menganggap kematiannya dalam motif pembunuhan yang dilakukan oleh manusia. Tetapi sebenarnya tidak, ada yang janggal dari kematiannya tanpa disadari oleh semua orang.

Won telah tiba di rumah, ia bergegas menuju ruang makan. Ia mengambil air minum dan meminumnya. Kini rasa syok dan sedihnya sedikit membaik. Ia pun duduk di kursi, sambil menatap meja dengan gelas yang berisi air di tangannya.

Nenek dan kakek pun datang, dan melihat Won sedikit syok dengan perasaan sedih. Nenek dan kakek duduk di kursi.

Mereka memperhatikan Won sejenak lalu nenek berucap "Sabar ya Won, semoga saja pelakunya segara di tangkap"

Won masih menundukan kepalanya, melihat ke meja dan gelas di tangannya.

"Sebenarnya ini aneh menurut kakek, jantung dan hati. Seseorang membunuhnya? Hanya karna ingin mengambil jantung dan hati. Polisi bilang tidak ada barang yang hilang, pelakunya hanya membunuhnya lalu mengambil jantung dan hati. Andai saja Rembulan ada, mungkin ia bisa membantu kita"

Won melihat ke arah kakek dan tersenyum, "Ya andai saja ia tak pergi. Sekarang Rembulan boleh pulang kan? Dia bisa membantu kita menyelesaikan kejadian aneh ini!"

"Ya benar, telpon dia! Tapi mungkin besok dia akan kembali, jika sekarang dia diminta pulang. Mungkin itu tidak bisa"

"Baiklah, aku akan menghubunginya. Terima kasih Kek!"jawab Won dengan semangat yang kemudian pergi menuju kamar Rembulan.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like