Pesta kembang api berlangsung, langit yang tenang kini menjadi warna-warni. Orang-orang beramai-ramai menyaksikan pesta kembang api itu bersama keluarga, sahabat bahkan kekasih tercinta.

Di alun-laun desa, Kim dan teman-temannya menyaksikan pesta kembang api disini. Tempat yang ramai akan pengunjung yang menyaksikan pesta kembang api.

Suara ledakan kembang api yang begitu nyaring membuat Kayora tidak bisa mendengar apa yang diucapkan Irranix. Maka Kayora dan Irranix berucap keras agar dapat mendengar suara mereka. Tetapi Yora nampak kesal disana.

Kim diam-diam memperhatikan tingkah ketiga sahabatnya itu dari jauh bahkan ketika Yora memukul kepala Kayora dan Irranix karna kesal. Saat itu lah, ia mendengar kabar yang membuat hatinya terasa berbunga-bunga dan seperti kebahagian yang besar telah datang.

Begitu mendengar Rembulan telah kembali, ada raut senyum di wajah pria yang dingin ini. Ia menyimpan perasaan senang di dekat teman-temannya.

Kazame mengajaknya untuk jalan-jalan meninggalkan alun-alun yang ramai ini, tetapi ia menolaknya. Kazame pun pergi bergabung bersama teman-teman yang lain lalu pergi meninggalkan alun-alun. Kini hanya ada Kim dan kakek Una.

"Kakek Una, terima kasih atas pesta penyambutan ini. Ini sangat meriah, saya akan jalan-jalan sebentar",

"Oh baiklah, hati-hati di jalan. Pangeran Kim!"

"Ya tentu Kek!"

Lalu Kim pergi meninggalkan alun-alun, dia memilih jalan yang berbeda dari jalan yang telah dilalui oleh teman-temannya. Ia berharap akan bertemu dengan Rembulan nanti sebelum bertemu dengan teman-teman.

Pesta kembang api berakhir, tetapi orang-orang masih bertahan di posisinya. Mereka memilih menikmati makanan yang mereka beli di tempat.

Kembang api tidak lagi terdengar suara ledatakannya, yang artinya pesta kembang api telah berakhir.

"Yah sudah usai, tapi ini sangat menyenangkan. Kita jalan-jalan lagi yuk di bawah?"ucapku lebih dulu pergi meninggalkan Akira.

"Ya baiklah, tidak masalah jika itu maumu!"jawab Akira yang kemudian menyusul Rembulan.

Sebelum keluar dari restoran itu, Akira meletakan sekantong uang di meja kasir tanpa bertanya berapa jumlah yang harus di bayar. Ia melihat Rembulan telah menunggu di depan restoran, ia pun segera menghampirinya.

"Ada apa? Tidak tahu jalan? Bukannya desa ini kecil"ucap Akira padaku

"Itu dulu, sekarang sudah besar hampir menjadi kota"jawabku

"Oh baiklah, kamu mau kemana?"

"Kita jalan-jalan lagi, kita belum ke alun-alun desa kan?"

"Ya belum"jawabnya dengan menyimpan perasaan kesal, ia tahu bahwa disana mungkin akan ada Kim.

Lalu kami pun berjalan meninggalkan restoran. Entah kenapa aku merasa Akira memperlambat langkahnya. Aku pun memegang tangannya dan menariknya untuk jalan lebih cepat.

"Ada apa? Kenapa tergesa-gesa?"

"Apa yang tergesa-gesa? Aku? Tidak, kamu jalannya lambat sekali bagai siput!"

Orang-orang di sekitar pun memperhatikan kami. Mereka membisikan tentang kami berdua dan aku mendengar itu.

"Lihat, itu Tuan Akira. Ia bersama siapa?"

"Cantik sekali gadis itu, ia pasti kekasih Tuan Akira"

"Lihat penampilan gadis itu, apakah dia cocok dengan Akira? Dia terlihat seperti gadis bar-bar!"

"Mungkin gadis itu type Akira sukai, ah semoga saja mereka akan segera menikah!"

"Ya ampun, aku tidak sudi jika Akira bersama gadis bar-bar itu!"

Aku berhenti menarik tangan Akira begitu melalui para perempuan yang membicarakan kami. Kulepaskan tangan Akira, dan aku mulai berjalan lebih dulu. Aku bahkan menundukan kepalaku ke bawah.

Akira melihat Rembulan sedih setelah mendengar perbincangan itu, ia mencoba mendekatinya. Ia mencoba menghiburnya lagi, Akira menyusul Rembulan hingga kembali berjalan bersamaan.

"Jangan hiraukan mereka! Lagi pula mereka hanya tidak tahu siapa kamu"

"Aku tidak peduli dengan mereka kok!"jawabku menyimpan luka di hati sambil memperlihatkan wajah dan senyum yang terpaksa.

"Apa itu namanya senyum?"ucap Akira mengetahui senyuman yang terpaksa.

"Hah, selalu saja aku dianggap gadis bar-bar bahkan orang yang ada di istana sekali pun. Apa salahnya penampilanku seperti ini? Aku kan bukan dari warga sini! Ini juga penampilan yang sopan"keluhku.

"Ah, sudahlah. Mau membeli sesuatu? Aku bisa membelikanmu, yang kamu mau!"

"Hah, tidak. Aku mendadak tidak berselera dengan semua ini. Terima kasih sudah menemaniku malam ini"

"Ya tidak masalah"

Orang-orang berlalu-lilang, yang pada akhirnya mempertemukanku dengan Kim. Dia tepat berada di depanku sekarang.

Entah apa yang terjadi padanya, ia mulai menujukan wajah kesal padaku.

"Kalian kemana saja? Akira juga! Bukannya kita harus di alun-alun ya? Ini pesta kembang api sudah selesai dan kamu masih disini. Ini penyambutan kita, mengapa tidak ada di alun-alun?"kesalnya.

Tapi dengan santainya Akira menjawab, "Ya benar, tapi bukannya sudah selesai ya? Jadi ngak perlu dipermasalahkan. Kamu sendiri sedang apa disini?"

"Aku mencarimu!"ucapnya tepat didekat wajah Akira.

"Oh begitu, tenang lah aku bukan anak kecil yang bisa menghilang begitu saja"

"Tapi ini acara kita!"

Spontan Akira mendekatiku, ia segera menarik tanganku, membawaku pergi.

"Jangan hiraukan! Bukan masalah kok"ucapnya sambil tersenyum.

Aku pun sempat menoleh ke belakang, melihat Kim yang masih kesal. Ia pun menyusul kami berdua. Ia berada di belakang segera beralih ke sampingku.

Ia meletakan kedua tangannya di kepala, lalu berjalan selangkah lebih cepat dariku hingga aku dapat melihatnya.

"Ini masalah besar! Bisa-bisa Ratu Mayleen marah loh!"ucapnya

"Hah, masa sih?"jawab Akira tidak percaya, s.e.m.e.ntara aku menyimpan raut wajah ketakutan setelah mendengar nama itu.

"Ya tentu saja, dia bisa menghukummu bahkan gadis yang menyusahkan ini!"

Aku hanya diam, lalu berjalan sedikit lebih pelan.

"Apa maksudmu? Dia tidak menyusahkan!"bela Akira

"Benarkah? Lalu kamu sebut apa ini? Kamu yang mengajaknya? Begitu!"

"Ya memang benar!"jawab Akira.

Akira dan Kim berdebat, hingga mereka saling tatap dalam keramaian itu.

"Aku yang mengajaknya! Jadi bukan salah dia!"ucap Akira menoleh ke arah Rembulan.

Namun Rembulan sudah tidak ada, Rembulan telah pergi entah kemana.

"Dia lari kemana? Bukannya sama kita ya?"tanya Kim

"Ini semua salahmu, dia jadi kesal lagi!"bentaknya

"Oya ya? Dia memang menyusahkan!"

Mereka kembali berdebat hingga memutuskan berpisah. Mengambil arah jalan yang berbeda. Tetapi dengan perasaan khawatir yang sama yakni dimana Rembulan sekarang?.

"Ah sial, mengapa gadis itu tidak mengerti ucapanku? Apa aku salah? Aku kan hanya ingin berdua dengannya"guman Kim dalam hati.

"Sial, ini gara-gara Kim! Andai dia ngak bilang begitu, Rembulan pasti sudah disini. Hah, kenapa semua orang membencinya?"ucap Akira sambil mencari Rembulan.

Orang-orang yang berlalu-lilang memperselit pencarian mereka, terlalu banyak orang di jalanan hingga melintas saja terasa susah sekali bahkan mencari Rembulan di keramaian ini bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami.

Menundukan kepala, dan berjalan pelan. Begitu mereka berdebat lagi, aku segera pergi berlari menuju arah gerbang desa. Hatiku benar-benar kesal bercambur perasaan sedih.

Menahan air mata untuk tidak jatuh, berjalan sambil menundukan kepala.

"Seenaknya saja mengatakan aku seperti itu! Dasar pria yang tak punya perikemanusian. Memang dia ngak menyusahkan apa? Dia juga menyusahkan! Dia….dia menyebalkan sekali!".

Suara panggilan dari seseorang namun tidak begitu terdengar hingga hanya seperti angin lalu saja.

Seseorang segera menepuk pundakku, dan membuatku berhenti berjalan sesaat. Lalu menoleh ke belakang. Aku melihat Kayora dan Yora.

Melihat ke arah dua sahabatku, "Ada apa?"tanyaku.

"Kamu kenapa? Kami panggil-panggil tidak jawab. Kamu baik-baik saja kan?"tanya Yora

"Ya, aku baik-baik saja. Aku hanya ingin keluar sebentar"

"Ya ampun, hanya karna ini kamu tidak menghiraukan panggilan kami. Kamu menangis ya?"ucap Kayora memperhatikan mata Rembulan yang sedit memerah.

"Ada apa? Apa seseorang baru saja melukaimu?"sambung Yora.

"Tidak kok, aku hanya lelah saja jadi mataku merah. Kalian dari mana?"

"Kami di atas, di menara penjaga. Kita pulang yuk?"

"Ya baiklah"

Akhirnya aku pulang bersama dua sahabatku. Aku sungguh tak peduli pada siapapun sekarang bahkan dengan Akira yang menemukanku setelah dua sahabatku lalu disusul oleh Kim. Aku sungguh tidak mau melihat wajahnya sekarang. Dia benar-benar menyebalkan.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like