Berjalan menuju sebuah pohon yang tak jauh dari gerbang desa. Disini sedikit gelap tetapi di belakangku penuh dengan keramaian desa yang menabjubkan dengan gadis yang menyebalkan pula.

Kuambil ponselku dalam saku, lalu mulai membuka aplikasi chat. Beberapa jejak chat masih terlihat bahkan chat grup aku dengan dua sahabatku. Hanya wajahku yang terlihat di bawah pohon ini, s.e.m.e.ntara badanku berada di kegelapan.

Aku ingin mengirimi dua sahabatku pesan, tetapi melihat jaringan yang tidak memadai aku tidak bisa lakukan itu. Jaringan menunjukan darurat, yang artinya tidak ada jaringan seluler disini.

"Astaga, di saat seperti ini tidak aja jaringan! Ini makin menyebalkan saja. Aku kan rindu dengan temanku, kenapa sih harus begini? Ah…apa aku gadis yang selalu tidak beruntung? Apa salahku?"geruntuku kesal.

Dalam kekesalan, aku mencoba membuat diriku tenang dengan mendengarkan musik dari ponselku. Bahkan sedikit kukeraskan volum suara musik.

"Biar aku yang pergi

Biar aku yang tersakiti

Biar aku yang berhenti

Berhenti mengharapkanmu

Oh Tuhan kuatkan aku

Menerima semua ini

Jika dia memang untukku

Kuharap kembalikan dia padaku…"

Hingga beberapa lagu terputar, lagu yang beralih suasana dari sedih hingga bahagai.

Hingga tidak sadar penjaga dan dua pria di gerbang desa juga ikut mendengarkan. Mereka bahkan menangis di saat lagu yang berputar bernada sedih.

"Aku, aku tidak tega! Kasihan sekali dia"

"Suaranya merdu sekali, dan membuatku terharu!"

"Kasihan sekali dia, dia ditinggal pergi oleh kekasihnya. Kenapa jahat sekali!"

"Aku mulai sekarang tidak akan menyakiti perasaan istriku, aku akan selalu setia! Kasihan dia"

"Ya Tuhan semoga gadis itu baik-baik saja!"harapnya

Penjaga dan dua pria itu mulai salah sangka, mereka salah paham. Mereka pikir yang bernyanyi itu adalah suara gadis itu yang sedang bersedih di tinggal oleh kekasihnya saat lagunya dinyanyikan oleh penyanyi perempuan.

Cahaya bulan menampakan dirinya setelah beberapa menit bersembunyi di balik awan. Bintang-bintang bersinar terang dengan kelap-kelip yang indah. Angin malam pun mulai terasa sejuk.

Aku masih di bawah pohon, belakang gerbang desa sambil mendengarkan musik. Hatiku kembali tenang dan kumatikan musik di ponsel. Kusimpan lagi ponselku dalam kantong baju yang ada di depan. Lalu berjalan memasuki desa, dan kembali melihat penjaga dengan dua pria.

Mereka memberikan senyuman hangat padaku, tapi justru itu membuatku bingung. Aku pun berlalu begitu saja dan berguman dalam hati "Aneh, ada apa dengan mereka? Ya ampun!."

Aku pun berjalan menuju keramaian desa, aku melihat beberapa pria menyiapkan kembang api.

"Uh, mungkin sebentar lagi jam sepuluh malam ya? Kok cepat sekali disini. Bukannya aku baru saja pergi? Atau sengaja di buat lebih cepat?"tanyaku pada diriku sendiri. Lalu aku kembali berjalan melihat-lihat penduduk desa ini.

Selayaknya seperti di acara festival ada yang menjual makanan, mainan anak, kain, bahkan bunga atau make-up sekali pun. Semua itu sangat menarik untuk di lihat.

Aku pun mampir ke pedagang bunga. Penjual bunga ini adalah seorang perempuan yang ramah. Ia selalu menyapa siapa saja yang datang ke tempatnya tanpa mengenal kalangan mana yang datang.

Sambil memberikan bunga pada pembeli, ia menyapaku yang melihat-lihat bunga yang dijualnya.

"Nona, bunga itu bagus sekali. Bunga yang pas untuk kekasih tercinta"ucapnya.

Aku pun hanya tersenyum manis, dan menjawab "Maaf, aku hanya melihat-lihat saja. Boleh kan? Aku tidak punya uang"

"Ah tidak apa, silahkan saja! Semua orang juga begitu lalu mereka datang kembali dan membeli bunga. Malam ini malam yang sangat special, ada kembang api yang meriah dan juga Pangeran Kim dan Tuan Akira akan datang kemari. Saya sangat senang, desa ini akhirnya terbebas dari makhluk jahat dan saya bisa berdagang disini"ucapnya sambil tersenyum.

"Ya saya juga senang. Terima kasih sudah mengijinkan saya melihat-lihat bunga yang indah ini"ucapku kemudian pergi meninggalkannya menuju tempat lain.

Seorang pria datang ke tempat itu setelah Rembulan meninggalkannya, ia membeli bunga yang dilihat oleh Rembulan tadi. Lalu dia pergi.

Bosan, sedih dan terpisah dengan dua temanku membuatku lebih memilih duduk di bangku kosong. Bangku yang sengaja di sediakan untuk pengunjung desa malam ini. Aku duduk tepat di bawah pohon dengan bangku panjang. Melihat-lihat orang-orang berlalu-lilang.

"Hah, sekarang aku tidak tahu harus bagaimana? Semoga saja mereka baik-baik saja disana, dan Jingmi tidak akan menyakiti teman-temanku"ucapku pelan sambil menyadarkan badan ke bangku.

Siapa sangka di saat aku sendirian, dan bersedih, seorang pria datang. Ya Akira datang menghampiriku, dia memberikan bunga padaku. Aku pun mengambilnya, lalu dia duduk disampingku.

"Terima kasih sudah menyelamatkan desa ini"ucapnya

"Aku sama sekali tidak melakukan apapun pada desa ini, mengapa kamu mengatakan itu padaku? Bunga ini untuk apa?"

"Apa kamu tidak pernah diberi bunga oleh seorang pria?"senyumnya

Aku pun tersenyum dan melihat bunga mawar yang ada di tangan ini, "Tidak, baiklah. Aku akan menerimanya akan kuanggap sebagai persahabatan kita"

Akira mengerutkan alisnya, lalu ia tersenyum manis "Ya, tidak masalah. Aku juga membelikanmu cincin, sini tanganmu? Biar aku yang mengenakan cincin ini dijarimu!"

Aku pun cepat menyerahkan tanganku sebelah kiri, dan dia mulai memasangkan cincin dengan batu bulan yang indah di jari manisku setelah itu aku memperhatikan tangan kiriku yang menurutku ini sangat bagus.

"Terima kasih, ini bukannya cincin dengan batu bulan yang langka itu ya?"tanyaku memperhatikan cincin di tanganku lalu melihat ke arahnya.

"Ya benar, sebagai persahabatan kita. Aku ingin kamu memakai cincin ini, aku juga memakainya"

"Ya baiklah, terima kasih",

"Tidak masalah, kamu menyukainya kan? Kamu terlihat sangat cocok mengenakan cincin itu"

"Benarkah? Terima kasih. Aku menyukai cincin ini kok. Aku tidak menyangka akan mendapatkan cincin ini"senyumku

"Ya sebenarnya aku sudah lama membeli cincin ini, aku ingin memberikannya padamu tapi kamu sudah pulang. Jadi aku pikir saat kamu kembali, aku akan memberikan ini padamu"

"Terima kasih telah menungguku kembali, aku tidak menyangka ini akan terjadi"

"Ya aku juga, aku senang kamu menyukai ini. Dimana Kayora dan Yora?"

"Entahlah, aku meninggalkan mereka"

"Kenapa? Kamu kesal pada mereka?"

"Tidak, aku kesal pada gadis-gadis tadi. Mereka mengucilkan temanku, dan bilang penampilanku aneh. Apa benar begitu?"

"Tidak kok, kamu cantik dengan penampilanmu. Ya mungkin mereka tidak pernah melihat penampilanmu sebelumnya jadi mereka anggap aneh"

"Jadi begitu, aku kesal sekali tadi. Eh, kamu kemari! Apakah kamu bersama pangeran Kim?"

"Ya tapi kami berpisah, kamu kangen dia ya?"

"Tidak bukan begitu, hah…sudahlah ngak perlu di bahas!"ucapku kesal

Melihat Rembulan kesal padanya, Akira tersenyum manis dan mengelur kepala gadis itu seraya berucap "Tidak perlu kesal kan? Kamu manis sekali saat marah!"

"Astaga, kamu tampan tapi mulai menyebalkan"jawabku

Ia berhenti mengelus kepalaku, ia pun melihat ke depan seraya berucap "Mau jalan-jalan bersamaku?"

"Tentu"

Lalu kami jalan-jalan bersama melihat-lihat desa ini. Bersama pria ini, beberapa kali orang-orang menyapanya. Ia hanya tersenyum manis dan melambaikan tangan. Lalu kami melanjutkan perjalanan.

"Akira, kamu punya tempat yang bagus tidak? Aku ingin melihat kembang api"

"Tentu, ada sebuah restoran yang menyediakan tempat terbaik disini. Pemiliknya bilang, dia selalu menyediakan satu tempat untukku"jawabnya yang kemudian memegang erat tangan kananku dan membawaku ke tempat itu.

Kami berhenti di sebuah restoran megah. Di lantai pertama, aku melihat banyak orang berkunjung menikmati hidangan yang dijual disini.

Dari kejauhan pemilik restoran melihat Tuan Akira datang, ia pun segera mendekati dan  menyapa kami.

"Tuan Akira, mari saya tunjukan ruangannya!"ucapnya yang bergegas menuju lantai atas, menuju ruangan special.

Kami diarahkan pada ruangan berpintu, pintu pun di buka oleh pelayan yang berjaga. Cahaya kemeriahan desa terlihat begitu pintu dibuka.

Kami berada di lantai kedua restoran ini yang hanya diperuntukan oleh kalangan kaya dan bangsawan saja.

Lalu pemilik restoran ini berucap "Tuan Akira, mau pesan apa?"

"Sajikan saja hidangan yang special malam ini"ucapnya singkat

"Baik Tuan Akira, saya permisi"

Pemilik restoran itu pergi tanpa banyak bicara, kemudian pintu pun di tutup lagi.

Aku segera berjalan mendekati beranda dari lantai atas ini, pemandangan indah desa ini segera terlihat dari sini.

"Ini indah sekali, tempat ini juga bagus"ucapku

"Ya benar, mau duduk dan menunggu kembang api?"

Aku tersenyum manis dan segera mendekati meja. Aku dan Akira segera duduk di lantai beralas bantal yang empuk. Meja persegi terbuat dari kayu jati dengan ukiran yang indah, alas meja dengan kain sutra merah, dan bunga mawar yang segar telah ada di depanku.

Meja ini telah di tata sedemikian rupa agar kami berdua dapat melihat kembang api bersama-sama tanpa harus mengubah posisi tempat duduk kami. Akira duduk berhadapan denganku.

Tidak ada kipas disini, sebagai penyejuk udara angin dari alam lah penyejuknya. Kain-kain merah yang mengantung tertiup angin menambah suasana keindahan tempat ini.

"Tempat yang bagus kan?"tanyanya padaku

"Ya benar, kamu orang yang sangat berpengaruh ya disini. Sebenarnya kamu ini siapa? Saat bertemu denganmu. Aku takut, tapi disini aku malah penasaran. Apa kamu sebenarnya adalah orang jahat?"ucapku

Akira pun tertawa, "Hahahaa….apa yang kamu tanyakan? Apa tampangku seperti orang jahat?"

Aku menggelengkan kepala, "Tidak, tapi aku akan mengatakan ya"

"Nona cantik, kamu ingin aku menciumu ya? Jangan katakan itu pada siapapun sebagai persahabatan kita! Hanya kamu yang dapat melihat itu",

Aku tersenyum manis, "Menciumku? Bagaimana bisa kita terhalang oleh meja!. Baiklah aku tidak akan menanyakan ini lagi padamu",

"Kudengar Kayora dan Yora akan ke akademi penyihir putih. Apa kamu akan ikut?"

"Ya tentu, tapi mereka bilang aku harus melewati batas dunia. Jika aku bisa, aku akan bersama mereka",

"Bagaimana jika tidak bisa?"

"Aku akan sendiri disini"ucapku sambil menundukan kepala dengan perasaan sedih.

"Mengapa kamu tidak bersamaku saja? Aku bisa menjagamu atau kamu masuk sekolah seni bela diri untuk perempuan. Aku bisa menjembut dan mengantarmu kesana",

"Apa disana aman dari gangguan?"

"Tentu saja, jangan khawatir soal itu"

"Baiklah, aku setuju"

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like