Sore hari yang cerah, matahari telah memancarkan cahaya warna warni di ufuk barat. Ia akan tenggelam dan di gantikan oleh bulan. Angin sejuk pun datang, dan burung berkicau ke barat seolah-olah memberi tanda lebih jelas bahwa sebentar lagi kegelapan akan datang menyelimuti desa ini. Di bawah cahaya jingga kuning, kami bertiga berjalan menuju rumah kakek putih.

Dalam perjalanan kami melihat orang-orang desa mulai menyalakan api obor untuk penerangan rumah mereka.

"Ya begini lah desa ini sekarang, ya setelah medusa tidak lagi menyerang dan dinyatakan desa ini aman. Pagar yang mengelilingi desa tidak lagi di gunakan, semuanya di robohkan. Kecuali menara penjaga"ucap Kayora sambil berjalan menuju rumah kakek putih.

"Ya, syukurlah desa ini sudah aman. Aku turut senang!"jawabku

"Ya semua ini berkat dirimu, andai saja kamu tidak datang maka kami tidak akan bisa menyelesaikan semua ini"ucap Yora

"Ah tidak, ini bukan karna aku tapi juga karna kalian. Kalian yang melindungi dan menyelamatkanku. Aku sangat berterima kasih pada kalian semua, karna kalian mau menerimaku disini"kataku sambil tersenyum.

"Rembulan, kamu yakin akan ikut ke akademi penyihir putih dengan kami?"ucap Yora meragukan.

Aku menganggukan kepala, "Ya memangnya kenapa? Apa ada masalah? Katakan saja! Aku tidak  keberatan jika tetap disini"

"Eh, bukan begitu. Boleh saja sih ikut, asal kamu bisa melewati pembatas dunia manusia dengan dunia sihir. Dan, tidak keberatan berteman dengan kami disana"senyumnya

"Ah tidak, tentu aku sangat senang berteman dengan kalian. Ya aku tahu jikalau Irranix bilang sihir kalian itu selalu gagal tapi aku percaya suatu saat nanti kalian akan jadi penyihir yang hebat tanpa tanding. Bukankah semua orang selalu melewati hal yang sama, kegagalan dan sukses"

"Benar, terima kasih telah percaya pada kami"jawab Kayora.

Tidak lama kemudian, kami telah tiba di rumah kakek putih. Kedatangan kami di sambut baik olehnya.

Dengan wajah senang kakek datang menghampiri kami, seketika melihat kami datang. Ia menyambut kedatangan kami dengan perasaan bahagia.

"Rembulan, kamu sudah datang? Ayo silahkan masuk ke dalam, Yora dan Kayora juga! Sebentar lagi akan gelap, jadi masuk saja. Putri kakek ada di dalam"ucapnya menyambut kedatangan kami.

Kami pun segera masuk ke rumah, kami duduk di ruang tamu beralas tikar. Tikar adalah anyaman dari bahan purun yakni tanaman yang tumbuh di rawa. Anyaman khas orang banjar.

Duduk sambil menunggu kakek masuk, kami disambut oleh Putri. Ia datang membawa minuman dan makanan kecil. Ia meletakannya di depan kami, dan dia duduk bersama kami di ruangan ini.

"Kak Rembulan, terima kasih sudah membuat desa ini aman dan juga kak Kayora dan Yora"ucapnya

"Ya tidak masalah, desa ini berkembang pesat"ucap Kayora

"Oya, tadi pagi kudengar Akira kemari ya? Mau apa dia kemari?"tanya Yora

"Iya dia kemari tadi pagi, dia hanya bertanya kapan kakak Rembulan kembali"

"Oh begitu, dia sudah kembali sekarang! Dia tidak macam-macam kan di desa ini?"ucap Yora mencurigai Akira

Putri tertawa kecil atas pertanyaan Yora padanya, "Hahah, kakak ada-ada saja. Mana mungkin Tuan Akira macam-macam pada desa ini. Dia membantu kami membangun desa ini, jadi dia tidak ada niat jahat"

"Tadi kamu bilang dia bertanya kapan aku kembali? Apa dia menitip pesan untukku?"

"Tidak ada, dia hanya menanyakan itu"

"Oh kupikir ia akan menitip pesan padamu"

Tidak lama kemudian, kekek putih datang dan bergabung bersama kami. Di luar matahari telah tenggelam, dan kegelapan datang. Namun keramaian masih terus terjadi bahkan penjaga desa telah berjaga lebih banyak dari sebelumnya.

"Maaf lama ya? Kakek senang kamu datang ke desa ini lagi, Rembulan"

"Tidak apa kek, saya sangat senang di terima disini. Semuanya telah berubah ya?"

"Ya benar, Rembulan. Ratu Mayleen pernah kemari dan membantu kami memperbaiki desa ini. Ya Tuan Akira dan Pangeran Kim juga ikut membantu, dan kalian juga"

"Tuan Akira, mengapa kalian memanggil-nya dengan sebutan "Tuan"?"tanyaku heran.

"Ya, itu karna Tuan Akira adalah pria yang berjasa para kerajaan. Ia tidak ingin diberi gelar ksatria kerajaan atau pahlawan oleh rakyat. Dia ingin menjadi dirinya sendiri, karna hati-nya yang mulia kami menyebutnya sebagi Tuan"

"Oh begitu, itu menarik sekali".

Kayora pun mengintip dari jendela, dan melihat suasana di luar. Matahari telah tenggelam di sebelah barat, dan di gantikan oleh bulan. Tetapi keramaian desa ini tidak sirna, ada penjaga yang berpatroli, ada keramaian lainnya di buat oleh warga desa setelah bertahun-tahun terkunci dalam pagar kayu yang tinggi di malam hari. Kini mereka bebas, dan menyambut kebebasan itu dengan kemeriahan.

"Di luar sudah gelap, desa ini semakin ramai saja"tutur Kayora

"Ya benar, tapi kakek juga harus menambah keamanan desa ini. Ada saja penjahat yang masuk ke desa kita"

"Penjahat?"

"Ya, seperti pencuri dan pencopet. Jadi kakek menambah keamanannya, dan Ratu Mayleen juga membantu kakek dengan memberi sedikit prajuritnya untuk keamanan desa kita"

"Wah Ratu Mayleen memang yang terbaik!"puji Yora

"Selama aku pergi, apa lagi yang berubah?"

"Tidak ada, hanya itu dan selalu saja sihir kami selalu gagal"

"Aku tidak menayakan sihirmu, memang kalian seperti itu sejak awal!"

Dengan nada emosi, dan kesal mereka berdua menjawab serentak "Apa!!!"

Semuanya tertawa kecil melihat tingkah dua sahabatku yang tidak mau menerima kenyataan diri mereka.

"Kakek, aku meminta ijin untuk tinggal disini boleh? Aku juga akan ikut dengan teman-teman"ucapku

"Ya tentu saja boleh, kakek sangat senang kamu mampir kemari. Rembulan akan tinggal di rumah Kayora kah? Kakek dan penduduk desa membangun penginapan untuk pengunjung. Kamu boleh menginap secara gratis, jadi silahkan pilih mau rumah yang mana?"

"Ah tidak, terima kasih. Saya lebih suka tinggal bersama dengan teman-teman"

Habis berbincang-bincang dengan kakek, kami berjalan-jalan menikmati indahnya desa ini. Lampu-lampu yang indah menghiasi tiap jalan yang kami lewati. Keramaian dengan pertunjukan atraksi seni bela diri, trik sulap, dan sebuah pengumuman yang patut kami dengarkan.

"Warga Desa Flower yang terhormat, malam ini akan ada pertunjukan kembang api. Jadi persiapkan lah diri kalian, kembang api akan diadakan jam sepuluh malam. Jadi ajaklah keluarga untuk bersama-sama menyaksikan pertunjukan kembang api malam ini. Terima kasih"ucap seorang pria.

Lalu kami kembali melanjutkan perjalanan, melihat atraksi seni bela diri yang memungkau. Seorang pria dan wanita melakukan atraksi seni bela diri secara bergantian. Mereka melakukan pertunjukan yang luar biasa, dan membuatku kagum. Namun tiba-tiba saja aku mendengar beberapa gadis membicarakan tentang Pangeran Kim dan Akira. Perbincangan itu membuatku sedikit terkejut.

"Kudengar Pangeran Kim akan kemari, wah aku tidak sabar untuk melihatnya malam ini. Dia benar-benar tampan, dan luar biasa!"

"Ya, dia sangat tampan!"

"Tuan Akira juga kemari, mereka berdua memang luar biasa!"

"Ya, kudengar mereka memiliki seni bela diri sama seperti orang ini. Tapi aku yakin Pangeran Kim dan Akira pasti lebih hebat!"

"Bagaimana nanti jika bertanya saja pada mereka, apakah mereka mau menunjukan seni bela diri mereka? Aku ingin melihatnya"

"Ya aku setuju, ini pasti menarik untuk dilihat!"

"Tapi kau lihat itu, dua gadis penyihir yang berteman dengan pangeran. Kudengar mereka selalu gagal dalam sihir, dan kudengar mereka yang telah menyelamatkan Ratu Mayleen dalam serangan. Apa kalian percaya? Aku sih ngak!"

"Ya benar, yang ada dua gadis itu malah mempersulit pangeran! Mereka sangat tidak layak berteman dengan pangeran",

"Bahkan mereka bukan orang kaya, lihat saja penampilannya seperti orang kampungan. Penampilannya aneh sekali!"ucapnya mengatakan hal aneh itu menunjuk kepadaku.

Aku yang mendengar ucapan para gadis dibuat kesal, aku pun pergi meninggalkan pertunjukan tanpa di ketahui oleh dua sahabatku. Berguman dalam hati, "Menyebalkan! Memang gadis tidak tahu berterima kasih, memang dua sahabatku itu tidak pandai dalam sihir tetapi bukan berarti mereka tidak layak berteman dengan siapapun. Mereka memiliki cara berpenampilan sendiri termasuk aku! Aku tidak aneh, penampilanku ini biasa saja. Aku kan hanya pakai celana kain dan baju blos. Apa anehnya? Ini kan pakaian sopan."

Aku terus berjalan melewati keramaian, menuju pintu gerbang desa. Ada beberapa penjaga disini, dan dua pria yang meneriakan acara kembang api. Salah satu pria itu memegang lampion merah.

Mereka yang melihat seorang gadis berjalan sendiri dengan pakaian aneh pun menyapa.

"Nona, Nona mau kemana? Ini sudah gelap. Nona akan pulang kah?"

"Tidak, aku hanya akan keluar sekarang"jawabku

"Nona, jam sepuluh malam nanti akan ada kembang api. Maukah nona melihatnya?"

"Saya rasa nona orang baru disini, mari kita menunggu pertunjukan kembang api di mulai. Ketua desa pasti sangat senang jika nona melihat pertunjukannya"

"Ah tidak usah, saya tidak akan melihat pertunjukan itu. Saya tidak yakin akan orang-orang disini. Sama sekali tidak menghormati orang lain"ucapku dengan nada sedih, lalu pergi ke balik gerbang desa.

Penjaga dan dua pria itu tidak mau banyak bicara lagi, mereka telah melihat ekspresi gadis itu dan jawabannya. Mereka tahu ia sedang dalam masalah, dan lebih baik membiarkannya sendirian.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like