Apakah ini akhir dari perjalanan hidupku? Setelah lama aku dikucilkan, apakah ini akhir kisahnya? Aku sama sekali tidak pernah merasakan kebahagian dari siapapun. Aku hanya tersenyum manis menganggap semua ini tidak berakhir dengan cepat, aku tersenyum hanya untuk sahabatku yakni Hastin, Razel dan Won.

Apakah ini akhir dari kisah hidupku? Mengapa aku harus berakhir begini, jatuh dari atas gedung sekolah seperti arwah penasaran di gedung tua sekolah. Aku hanya ingin bertanya pada-Mu, Tuhan. Apa salahku hingga hidupku berakhir begini? Sejak kecil aku jauh dari kasih sayang orang tua, aku bahkan dijebak oleh temanku sendiri ( Dio Na ), dan aku selalu dikucilkan oleh teman-teman di sekolah. Sekarang saat kebahagian datang, semuanya hanya terjadi sebentar saja. Semuanya telah direnggut dariku.

Tetapi aku merasakan ada angin yang datang, angin yang berhembus. Tapi tunggu dulu, kucoba membuka mataku kembali. Itu bukanlah angin, melainkan seseorang yang telah menolong diriku. Dia sangat hebat, dia melompat untuk menolongku. Lalu membawaku ke tempat aman.

Seorang pria telah menolongku, ia mengendong depanku.

Aku pun melihatnya, wajahnya sangat tampan tetapi apakah ini kebetulan atau hanya mirip? Aku melihat wajahnya yang sangat mirip dengan Raja Akira. Aku pun meronta-ronta agar ia segera menurunkanku.

"Hey, tenang lah nanti kamu jatuh! Sssstttt…dia melihat ke arah kita"ucapnya segera menurunkanku.

Kami berdua pun segera bersembunyi di balik pohon dan tanaman bunga.

"Apakah dia pelakunya?"tanyanya

"Iya, aku takut. Dia pasti mengejarku sekarang"

"Ssstttt…setelah dia pergi, ikut denganku. Aku akan membawamu ke tempat yang aman!"

Aku pun melihat ke arah pria ini dan berpikir buruk tentangnya, "Apa jangan-jangan di penculik lagi!"gumanku takut yang kemudian berucap "Aku pulang saja, aku akan menghubungi temanku"

"Baiklah, aku akan menemanimu. Perkenalkan namaku Akira, namamu siapa?"

"Namaku Rembulan, terima kasih sudah menyelamatkanku"

"Ya tidak masalah, aku akan menemanimu menemui temanmu itu. Aku rasa temanmu yang jahat itu tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja"

"Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Melapor ke polisi atau berlindung pada orang yang bisa kamu percayai"

"Ya itu ide bagus, sayangnya aku tidak yakin pada diriku sendiri bahwa temanku akan percaya akan kejadian ini"

"Kenapa temanmu tak percaya? Kamu bukan orang yang jahat menurutku, ya aku bisa melihat penampilanmu yang biasa saja"

"Hah, sudah aman sekarang? Aku ingin pergi dari sini"

"Tentu"senyumnya

Kemudian kami berdua berjalan menuju tempat parkir.

Tempat parkir sekolah,

Hastin, dan Razel bertemu dengan Won dan Subtel.

Won menyapa Razel, ia menanyakan dimana Rembulan.

"Razel, kalian mau pulang? Dimana Rembulan?"tanya Won

Razel dan Hastin yang melihat Won disini kaget, mereka mulai berpikir sesuatu yang buruk telah terjadi pada Rembulan.

Razel menjawab, "Won, kamu disini sejak kapan? Bukannya kamu mau bertemu dengan Rembulan di lonteng ya?"

Won keheranan dan menjawab "Di lonteng apaan? Orang disini sejak tadi sama Subtel. Rembulan mana?"

Hastin pun menjawab dengan memberanikan diri di depan Subtel, Hastin melawan perasaan malu. "Rembulan pergi ke lonteng sekolah, tadi ada yang bilang seseorang ingin bertemu dengan Rembulan di atas. Itu bukan kamu?"

Won menggelengkan kepala, "Bukan"

Razel dan Hastin panik. Mereka pun meminta bantuan Subtel dan Won untuk menemani ke atas lonteng. Mereka takut terjadi sesuatu pada Rembulan.

"Won, aku mulai berprasangka buruk sama Rembulan. Sesuatu terjadi padanya, pasti seseorang telah mencoba melukainya"

"Iya, ini gawat sekali! Jika itu bukan kamu lalu siapa? Sebaiknya kalian ikut kami mencari Rembulan di lonteng sekarang!"

Won dan Subtel pun ikut, mereka bersama sama menuju gedung sekolah. Tetapi langkah mereka terhenti ketika melihat Rembulan datang dengan seorang pria. Seorang pria bermantel putih, berambut putih dan tampan. Membuat setiap gadis yang melihatnya terpana pesona ketampanan.

Aku melihat dua sahabatku ingin masuk ke gedung sekolah, namun terhenti ketika melihat diriku datang.

Hastin, "Rembulan, kamu baik-baik saja? Kamu mencarimu"

Razel, "Iya, kami khawatir padamu. Siapa pria yang bersamamu itu?"

Aku pun menjawab, "Namanya Akira, kita pulang saja ya sekarang? Aku takut!"

Dua sahabatku segera menghampiriku hingga membuat Akira harus sedikit menjauh.

Razel berucap pelan padaku, "Apa yang terjadi padamu? Apa pria ini yang telah menyakitimu?"

Aku pun menjawab pelan, "Bukan, sebaiknya kita pulang saja. Aku sangat takut"

"Ya baiklah"

Won hanya diam dan menatap Akira, Won sangat tidak suka dengan kehadiran pria ini.

Hastin pun berucap dengan nada keras, "Ya baiklah, kita pulang!"

Sebelum pulang, aku berucap pada Akira.

"Akira, terima kasih atas pertolongannya. Semoga kita bertemu lagi, terima kasih"

"Sama-sama, hati-hati di jalan ya?"senyumnya

"Ya, tentu"

Lalu kami semua pulang, namun Akira masih bertahan beberapa saat melihat keadaan lalu setelah merasa aman ia pun pergi meninggalkan tempat ini.

S.e.m.e.ntara itu di lonteng, Jingmi telah melihat Rembulan selamat. Ia menatap tajam ke bawah.

"Sial, dia selamat. Baiklah jika kamu berani membuka mulut atas kejadian ini. Aku akan langsung menghabisimu!"ucapnya.

Rumah Rembulan.

Won belum pulang, ia memang pulang bersama Rembulan dan teman-teman dengan menumpangi mobil Subtel. Tetapi mereka berpisah di jalan berbelok, Won dan Subtel pergi entah kemana.

Setiba di rumah aku segera menuju kamar dengan sedikit ketakutan, nenek yang melihat cucunya datang tidak seperti biasanya menyapa. Ia pun mulai curiga bahwa ada sesuatu yang telah terjadi. Saat melihat Rembulan naik ke lantai atas, nenek melihat tubuh Rembulan yang sedikit gemetaran. Rembulan ketakutan. Nenek pun bicara pada kakek.

"Kek, lihat Rembulan. Ia datang gemetaran, sebaiknya kita ke kamarnya sekarang"ucap nenek

"Ya, kakek juga melihatnya. Apa mungkin ia di kucilkan lagi di sekolah? Dia mendapat masalah besar lagi"jawab kakeK.

Nenek dan kakek pun segera menuju lantai atas kamar Rembulan. Nenek ingin mengetok pintu tetapi tidak sengaja nenek malah membuka pintu. Ia melihat Rembulan sedang duduk di sudut ruangan. Wajahnya tertutupi tubuhnya, ia menundukan kepalanya ke bawah hingga tak bisa dilihat. Rambut panjang itu memenuhi tubuhnya.

Nenek dan kakek pun segera mendekati Rembulan, nenek mencoba membuatnya untuk melihat nenek dan kakek.

"Rembulan, ini nenek dan kakek. Ada apa? Ceritalah sama nenek dan kakek. Kami akan membantumu"

Mendengar suara nenek, aku cepat melihat ke arahnya dan langsung memeluk erat.

Dalam pelukan nenek bertanya, "Ada apa? Mengapa takut? Tidak akan ada orang yang akan melukaimu. Nenek dan kakek akan menjagamu". Nenek melepaskan pelukan dan melihat diriku menangis dan wajah yang penuh air mata.

Nenek pun menyeka air mata yang jatuh ke pipiku, nenek tersenyum padaku. Ia mencoba menyakinkan padaku bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan di dunia ini.

"Rembulan, cucu nenek. Apa yang membuatmu takut? Tidak ada yang perlu di takutkan Rembulan, semua baik-baik saja. Sekarang cerita kan lah apa yang terjadi padamu?"

Kakek pun berucap "Kakek akan mengusahakan yang terbaik untukmu jadi ceritakan lah, nanti kakek akan membantumu"

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like