Aku pun duduk di sofa dekat nenek, lalu berucap "Dio Na memintaku menjauhi Won. Aku sudah bilang padanya bahwa aku tidak bisa. Tapi ia memaksaku, dan aku tetap bilang tidak bisa. Dia berpikir bahwa aku menentangnya, sebenarnya tidak. Aku tak bisa menjauhi Won karna ia sahabat kecilku dan tinggal serumah denganku. Lalu dia menampar wajahku, Hastin dan Razel yang melihat segera datang dan mencegah Dio Na menamparku lagi. Razel dan Hastin menjambak rambuat Dio Na. Lalu Won datang menceraiberai, tapi ia malah mendapat tamparan Dio Na. Lalu guru-guru datang, mereka menceraiberai kami. Membawa kami ke ruang kepala sekolah, kecuali aku dan Won. Kami mengobati luka di ruang kesehatan siswa."

Ketika itu Won telah tiba di rumah, ia hendak masuk tetapi ia mendengar penjelasan Rembulan mengenai kejadian di sekolah yang dilakukan oleh Dio Na. Won pun menghentikan langkahnya dan mendengarkan perbincangan itu dari luar.

"Ya, apa yang telah kamu lakukan benar. Dio Na tidak seharusnya memaksakan keinginanya untuk meminta dirimu menjauh dari Won. Tapi nenek dengar Yashi datang ya? Apa yang terjadi? Apa yang dikatakan kepala sekolah padamu?"

"Tidak ada Nek! Yashi yang meminta saya kembali ke kelas bersama yang lain. Dia bilang semua baik-baik saja dan tidak ada masalah yang di perlu dibicarakan lagi, semuanya sudah beres"

"Oh bagus lah jika begitu, kamu tidak di hukum. Yashi sudah menepati janjinya pada kita"

"Ya Nek, Yashi mengurus semuanya."

"Lalu dimana Yashi sekarang?"

"Entahlah, mungkin dia kembali bekerja"

"Lalu Won?"

"Belum pulang, dia masih di sekolah"

"Ya sudah masuk kamar sana, ganti pakaian. Kakek dan nenek akan pergi ke kebun, kamu jaga rumah ya?"

"Iya"

Kemudian aku segera pergi ke kamar. S.e.m.e.ntara kakek dan nenek mulai bersiap untuk pergi ke kebun. Saat itu Won mulai masuk ke rumah dan menuju kamar Rembulan.

Malam hari kemudian.

Di bawah cahaya bulan yang terang, bintang-bintang bertaburan di langit. Malam ini tidak ada tanda hujan akan turun.

Di rumah tiga gadis. Rumah besar bercat biru muda berlantai dua. Dalam kamar salah satu dari ketiga gadis, mereka sedang berkumpul dengan wajah yang suram.

"Ah, sial sekali! Aku terjatuh dari tangga, pantatku sakit!"

"Aku terpeleset karna lantai licin, sialnya aku terpeleset 10 kali dalam sehari. Ah….sangat sakit. Lutut dan sibuku terluka"

"Ya, aku juga sial hari ini. Aku kena tipu, aku mau beli ponsel baru secara online. Saat aku transfer, penjualnya malah kabur membawa uangku. Memang sih uangnya tidak seberapa dan masih punya banyak uang. Tapi ini rasanya beda banget, uangku lenyap seketika"

"Memang uang yang kamu transfer berapa?"

"Tidak banyak hanya lima ratus ribu rupiah"

"Huh, lain kali hati-hati kalau mau beli barang secara online. Pastikan kamu beli di toko atau marchet terkenal, jangan yang abal-abal"

"Iya aku coroboh banget hari ini, biasanya aku beli ponsel baru di brand terkenal tapi karna penjualnya bilang harganya termurah  dan juga terjamin kualitasnya jadi aku beli"

"Hah, ya nampaknya kita sial banget ya hari ini! Kita bertiga kenapa bisa begini sih?"

"Apa jangan-jangan ini karna karma? Ya kalian masih ingatkan yang diucapkan Won?"

"Iya masih, ah tapi tidak mungkin. Ini bukan karma"

"Lalu apa namanya? Sial!"

"Ini mungkin hanya kebetulan, lihat saja besok. Kita pasti lebih beruntung!"senyumnya.

"Ya aku harap juga berharap begitu. Besok harus jauh lebih bari dari pada sekarang!"

"Tapi bagaimana jika kita terus sial? Bagaimana jika besok lebih parah?"

"Hah, kamu! Kamu bisa tidak sih berharap lebih baik untuk besok. Jangan bilang ini karma!"

"Ya mau gimana lagi, aku sudah lelah terpeleset 10 kali dalam sehari. Lutut dan sikuku terluka. Kamu lihat ini, aku memperban lutut dan sikuku. Apa ini belum cukup? Aku ngak ma uterus terjadi kesialan ini!"

"Baiklah, jika terus terulang maka kita harus meminta maaf dan mengakui kesalahan kita pada keluarga Rembulan dan Won"

"Tapi aku malu tau! Jika saya aku tahu makanan itu adalah masakannya, aku juga ngak bakal menghinanya!"

"Ya jika saja, tapi nasi sudah jadi bubur"

"Apa boleh buat, kali ini kita harus menahan malu dan membiarkan kuping kita panas"

Sisi lain, di rumah Dio Na

Ayahnya baru saja pulang kerja, Dio Na telah menunggunya di ruang tamu. Ayahnya pun melepas lelah setelah seharian bekerja mengurus usahanya dengan duduk di sofa. Tapi ia melihat putri kesayangannya berwajah sedih. Dirinya pun mulai berpikir bahwa Dio Na dalam masalah. Ia pun mulai bicara dengan Dio Na.

"Dio Na, ada masalah apa lagi? Mengapa wajahmu kusam begitu?"

"Ayah. Ayah, aku dapat masalah di sekolah!"renggeknya

"Masalah apa? Ayah akan bantu menyelesaikannya untukmu"

"Kepala sekolah mengeluarkanku dari sekolah!"

Ayah Dio Na kaget, "A-apa? Memang masalah yang kamu buat apa? Hingga kepala sekolah berani sekali mengeluarkanmu dari sekolah!"

"Aku hanya meminta gadis aneh sialan itu menjauhi Won, tapi ia tidak mau"

"Lalu?"

"Aku menamparnya, tapi dua sahabatnya datang dan menjambak rambutku. Lihat rambutku, Yah! Rambutku hancur karna perbuatan dua gadis itu. Lalu Won datang, tapi aku tidak sengaja menamparnya, Yah!"

"Dio Na, seharusnya kamu menahan emosimu. Kalau Won saja kamu tampar, ia pasti sudah tidak mau dekat denganmu!"

"Ayah. Ayolah Yah, bantu aku!"

"Ayah bantu kamu, bantu apa?"

"Ayah harus membuat gadis aneh sialan itu menjauh dari Won, lalu meminta kepala sekolah mencabut hukumannya dan menghukum gadis aneh sialan itu. Ya setidaknya dia yang dikeluarkan dari sekolah"

"Aduh, Dio Na. Kamu ini cantik tetapi kamu tidak harus memaksakan kehendakmu pada orang lain. Menurut ayah tentu saja Rembulan atau yang kamu sebut gadis aneh sialan itu tidak mau menjauhi Won. Mereka kan tinggal serumah"

Dio Na kaget, ia baru mengetahui bahwa gadis aneh sialan itu tinggal serumah dengan Won. Sekarang pastilah ia akan di jauhi Won, Won pasti menolak permintaan maafnya.

"Ayah, mengapa ayah baru bilang? Jika begini, aku pasti tidak akan meminta gadis aneh sialan itu untuk menjauhinya"

"Ayah pikir kamu tidak satu sekolah dengannya, jadi tidak masalah. Ayah tahu karna Won pernah bermasalah dengan tiga gadis di desa kita"

"Tiga gadis dari keluarga setengah kaya itu kan? Keluarga kita lebih kaya dari pada tiga gadis itu. Masalah apa yang dihadapi Won?"

"Sepertinya karna Won menghina masakan tiga gadis itu seperti kumpuran kerbau ya maksudnya adalah seperti tempat berendam kerbau yang dipenuhi lumpur. Lalu tiga gadis tidak terima hingga mengadu pada ayahnya. Ayah dan keluarga tiga gadis datang untuk menyerang. Meminta Won minta maaf tapi Won membela dirinya bahwa tiga gadis lebih dulu menghina makananya. Won juga mngutuk tiga gadis itu, nasib mereka akan selalu sial. Kesialan itu akan hilang jika mereka sudah meminta maaf padanya dan keluarga Rembulan"

"Lalu bagaimana akhirnya?"

"Ya keluarga tiga gadis pulang setelah ketua desa menceraiberaikan mereka. Ya sepertinya tiga gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa setelah Won mengatakan bahwa mereka lebih dulu menghina makanannya"

"Hah, rasakan itu tiga gadis centil! Ayah, sekarang ayah harus menghubungi Jimmy Won dan memintanya untuk mencabut hukumanku. Aku ingin sekolah disana dan terus bertemu dengan Won"

"Itu tidak mungkin, ayah tidak bisa lakukan itu"

"Ayo lah Yah, lakukan saja. Ayah kan belum mencobanya. Aku rela kok meminta maaf dan berdamai dengan Rembulan, asal bisa bertemu dengan Won"

"Itu juga tidak akan mengubah apapun, lebih baik kamu ke kota saja dan bersekolah disana. Ada banyak pria yang lebih tampan darinya, Dio Na"

"Tapi tidak ada yang lebih baik dari Won, Yah"

"Baiklah akan ayah coba"

Dio Na pun senang dan berucap "Terima kasih ayah, aku sayang ayah. Aku ke kamar dulu" penuh dengan kegembiraan. Dio Na pun pergi masuk ke kamarnya.

"Ya, ayah juga sayang Dio Na"jawab ayahnya, ia pun segera mengambil ponselnya di saku dan mulai menghubungi Jimmy Won.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like