Ibu Dio Na pun mengeluarkan pembelaanya untuk membebaskan Dio Na dari hukuman dan masalah, "Kepala sekolah, ini semua ulah Rembulan. Dio Na mengatakan pada saya bahwa Rembulan lah yang mulai mencari masalah dengannya. Rembulan tidak mau menjauhi Won. Putri saya sangat menyukai Won, dan tidak ingin ada orang lain yang dekat dengannya. Putri saya hanya meminta Rembulan untuk menjauh, tapi gadis aneh dan sialan itu tidak mau. Ya jadi putri saya emosian dan langsung menampar gadis aneh sialan itu!"

"Jadi mengapa masalah itu tak bisa dibicarakan dengan baik? Bukankah Rembulan berhak berteman dengan siapa saja, mengapa putri Anda membatasi hak seseorang? Memang siapa putri Anda?"ucap kepala sekolah mulai melem amplop yang berisi kertas tadi.

"Kepala sekolah, apakah kamu lupa? Kami adalah keluarga kaya raya di Desa Akurai ini. Kami memiliki banyak uang dan harta. Kami berkuasa disini"

"Ya saya tidak lupa, saya masih ingat siapa keluarga Anda. Tapi ini disekolah bukan di wilayah Anda, jadi putri Anda tidak berhak membatasi atau bahkan menampar seseorang seenaknya. Ini sekolah, memiliki peraturan dan etika yang harus dipatuhi. Sekarang putri Anda melanggar semuanya. Putri Anda bahkan kelewatan, ia tak hanya melakukan satu kesalahan dari ini"

Kemudian ibu Dio Na mengeluarkan amplop coklat dari dalam tasnnya, amplop yang berisi banyak uang. Ia segera meletakan uang itu di atas meja kepala sekolah. Dilihat dari luar amplop itu mengembang seperti isinya yang dipenuhi banyak uang. Lalu ibu Dio Na menyondorkan amplop itu ke depan kepala sekolah.

"Kepala sekolah, saya ingin Rembulan dikeluarkan dari sekolah ini untuk putri saya. Saya akan memberikan apapun untuk bapak!"

Dengan senyuman manis, kepala sekolah kembali mendorong amplop coklat itu kembali ke depan ibu Dio Na. lalu ia juga memberikan amplop putih.

"Maaf ini adalah ketentuan sekolah, saya hanya bisa memberikan amplop putih sebagai jalan dari masalah ini. Jika merasa keberatan silahkan mengadu kepada pemilik sekolah ini"

Dengan wajah kesal ibu Dio Na pun berucap "Apa maksudnya ini?"

"Amplop putih sebagai pemberitahuan bahwa saya mengeluarkan putri Anda dari sekolah ini, dan pemilik sekolah ini juga telah menyetujui hukuman ini. Maaf kami tidak bisa mendidik putri Anda dengan baik. Kami sudah mengupayakan segala cara untuk mengubah sifatnya tapi saya rasa itu tak akan bisa karna ini juga tergantung pada lingkungan keluarga"

"Baiklah tidak masalah saya akan menerima surat ini. Saya juga akan meminta pemilik sekolah ini mengubah hukuman ini dan memintanya untuk memecatmu!"ucap ibu Dio Na dengan nada kasar.

Dengan santainya, kepala sekolah menjawab "Silahkan, saya akan menunggu keputusan Jimmy Won untuk memecat saya"

Akhirnya dengan kekesalan ibu Dio Na dan Dio Na keluar dari ruangan kepala sekolah.

Di luar ibu Dio Na menatap tajam putrinya berucap "Ambil barangmu, dan pulang! Kita akan bicarakan ini di rumah!" lalu ia pergi meninggalkan Dio Na. Ia pulang ke rumah dengan kekesalan yang luar biasa.

Dio Na pun kesal, ia masuk ke ruang kelas tanpa sopan santun. Ia segera mengambil tas miliknya lalu pergi. Ia bahkan tak mengucapkan satu kata pun pada kami bahkan guru pengawas kesal dibuatnya.

Dio Na pergi, guru pengawas pun berucap dengan nada kesal "Anak-anak, muridku tercinta. Kalau masuk kelas itu ucapkan salam, jangan langsung masuk seperti tidak ada siapapun disini. Kalian sudah diajarkan bukan sejak sekolah menengah tentang sopan santun pada orang yang lebih tua?"

Kami pun menjawab serentak, "Ya sudah"

"Tolong bagaimana pun kalian, baik dalam masalah atau sedang bahagia. Tetap jalankan sopan santun itu. Bagaimana kalian mau maju dan menjadi orang sukses kalau kalian aja tidak pernah menghormati orang lain, mementingkan diri sendiri dan egois? Jadi terapkanlah sifat yang baik agar kalian menjadi orang yang sukses dan maju. Jangan seperti yang tadi, bikin naik pitam saja!"ucapnya.

Dio Na segera menuju mobilnya yang ada di area parkir. Ia segera masuk ke mobil dan pergi meninggalkan sekolah ini dengan kekesalan.

Sambil mengemudikan mobil, ia berucap "Ih, kenapa jadi gini sih? Mana aku ngak sengaja lagi menampar Won. Won pasti sangat marah padaku. Tapi kenapa sih ibu ngak bisa menyogok kepala sekolah aja untuk mengeluarkan gadis aneh sialan itu. Gara-gara dia, aku jadi dikeluarkan dari sekolah. Lihat saja nanti, aku akan memberi pelajaran yang akan kamu ingat selamanya!."

Saat emosi Dio Na meningkat, ia tidak sadar bahwa dirinya telah melaju dengan kecepatan tinggi. Orang-orang di luar yang melihat mobil Dio Na melaju dengan tinggi dengan cepat menghindar, mereka memperhatikan mobil itu.

"Itu mobil Dio Na kan? Mengapa ia mengebut di jalanan?"

"Ah, biasalah dia kan orang kaya. Jadi apapun yang dia mau bahkan merusak mobil itu tidak masalah, ia bisa mengantinya dengan mobil yang baru kan?"

"Benar, dia orang kaya! Tapi itu adalah orang tuanya"senyumnya sambil tertawa kecil

Tidak lama kemudian Dio Na telah tiba di rumahnya yang besar dan luas, pagar tinggi mengelilingi rumah itu dan beberapa asisten rumah dimilikinya. Penjaga rumah segera membuka pagar untuk Dio Na, lalu Dio Na masuk dan segera memparkirkan mobilnya di garasi mobil. Dio Na pun segera keluar dari mobil dan berjalan masuk ke rumah besarnya.

Begitu ia masuk ke dalam rumah, kehadirannya telah di tunggu oleh ibunya di ruang tamu. Ibunya sedang duduk di sofa dan melihat Dio Na datang, ia berucap "Dio Na duduk! Ibu ingin bicara denganmu, sekarang!"

Dio Na pun segera duduk berhadapan dengan ibunya. Dio Na melihat ibunya dengan wajah cuek.

"Ada apa sih Bu? Bukannya masalahnya sudah selesai ya?"

"Hah, kamu ini. Ibu c.u.man mau tanya sama kamu, kapan kamu akan berubah sih? Selalu saja bikin masalah. Ibu capek mengurusmu, bisakah kamu menjadi anak yang baik?"

Dengan cueknya ia menjawab "Ibu, kenapa ibu memintaku? Aku tidak membuat masalah, anak itu yang membuat masalah denganku lebih dulu!"

"Tapi caramu salah, kamu menyamakan tingkahmu di rumah dengan sekolah. Sekolah itu memiliki peraturan sendiri, berbeda dengan di rumah sayang! Kamu seharusnya bisa menyesuaikan diri di sekolah bukan memaksakan keinginanmu pada orang lain. Ibu malu, ibu sangat malu Dio Na!"

"Ibu, kenapa ibu menceramahiku? Aku ini anak ibu. Kenapa ibu tidak melakukan sesuatu agar aku bisa kembali ke sekolah itu dan gadis aneh itu dikeluarkan dari sana?"ucapnya dengan nada tinggi. Ia memarahi balik ibunya.

"Dio Na, ibu tak akan bisa melawan kepala sekolahmu. Ia sudah bilangkan bahwa keputusan ini adalah dari Jimmy Won"

"Hah, ibu. Ayahkan pengusaha terkenal di desa ini, kenapa tidak ayah saja yang bicara dengan Jimmy Won itu? Ayah pasti bisa mengatasi ini"

"Terserah lah, minta saja sama ayahmu. Ibu sudah lelah mengurusmu. Ini semua salahmu sendiri, lakukan sendiri dan terima sendiri akibatnya!"ucap ibunya pergi meninggalkan Dio Na menuju kamarnya.

Dio Na pun kesal, ia segera pergi ke kamarnya. Ia melempar tasnya ke kasur, dan berucap meniru ucapan ibunya.

"Ini semua salahmu sendiri, lakukan sendiri dan terima sendiri akibatnya! Ibu ngak berguna! AKu ini putrimu jadi lakukan apa saja untukku"kesalnya. Ia pun membaringkan tubuhnya di kasur, melepas lelah dan perasaan kesal.

Highs School 7,

Bel kembali berbunyi, kami pun segera mengumpulkan lembar jawaban dan lembar soal ulangan. Setelah itu kami segera mengemas barang kami, memberi hormat pada guru. Lalu guru pergi keluar dan kami mulai keluar.

Berjalan menuju area parkir dengan menundukan kepala ke bawah, aku malu saat melintasi teman-teman karna wajahku yang membekas tamparan.

Di area parkir, menuju sepeda. Begitu tiba, segera kuletakan tasku dalam keranjang. Aku pun mengucap mataku dengan tangan. Aku sedih mengapa hidupku seperti ini. Ada banyak hal yang kulalui tetapi ini terburuk dalam hidupku.

"Apa aku harus menjauhinya? Dia kan temanku? Kenapa?"gumanku dalam hati mencoba memahami apa yang salah dalam hidupku.

Tiba-tiba seseorang datang dan menepuk pundakku, aku pun menoleh ke arahnya dan ternyata dia adalah Razel.

Razel tersenyum manis padaku, seraya berucap "Jangan sedih, ini bukan salahmu. Ayo kita pulang, ibuku pasti sudah menunggu di rumah."

Aku membalas senyumannya, dan menjawab "Ya, mari kita pulang!"

Aku pun pulang bersama dua sahabatku dengan sepeda seperti biasa. Dua sahabatku membuat hari ini seolah-olah seperti tiada ada apa-apa yang terjadi, bukan pula berarti mereka melupakan kejadian ini begitu saja tetapi aku tahu mereka hanya tidak ingin aku bersedih dan menyalahkan diri sendiri.

Dari kejauhan Won telah memperhatikan Rembulan, ia telah berada di dalam mobil Subtel. Dan, Subtel telah berada di sampingnya. Subtel duduk di kursi pengemudi.

"Ada apa? Mengapa kamu terus memperhatikannya?"tanya Subtel

"Kasihan dia, mengapa kejadian ini harus menimpanya? Apa salah dia? Dio Na memang sudah keterlaluan!"

"Hah, Dio Na itu memang anak manja. Dalam hal apapun jika keinginannya tidak dipenuhi ia akan melakukan segala cara untuk menyingkirkan orang yang dianggapnya menghalangi keinginanya"

"Jadi begitu sifatnya ya? Kupikir dia gadis yang baik"

"Ya semua orang awalnya juga berpikir begitu, tapi setelah mengenalnya nampaknya ucapan itu berlawanan. Jadi Dio Na dihukum apa? Apa ia diskorsing?"

"Tidak, aku juga tidak tahu!"jawab Won berbohong.

"Ya nanti kita juga tahu ia akan mendapatkan hukuman apa dari kepala sekolah. Ya sudah mari kita pulang?"

"Ya, tapi dimana Jingmi?"

"Entahlah, aku tidak melihatnya sejak tadi. Mungkin dia sibuk, jangan khawatir Jingmi akan bergabung bersama kita nanti"ucap Subtel yang mulai mengemudikan mobil.

Subtel dan Won mulai pergi meninggalkan sekolah.

Aku telah tiba di rumah, berjalan menundukan kepala ke bawah. Aku mendengar kakek dan nenek bicara di ruang tamu, mempercepat langkahku ke lantai atas. Tapi nenek mencegat diriku yang membuatku gugup.

"Rembulan, kamu sudah datang? Kemarilah, nenek mau lihat wajahmu"

Aku pun mendekati nenek dan memperlihatkan wajahku. Awalnya aku takut nenek marah tapi nenek hanya tersenyum manis.

"Ini akan sembuh nanti, jangan khawatir. Mana Won? Nenek dengar ia juga kena tampar. Apa lukanya sudah diobati?"

"Sudah Nek, aku dan Won mengompres lukanya dengan air dingin di ruang kesehatan siswa"

"Bagus, tidak apa. Nenek tidak akan marah. Ini juga bukan salahmu, tapi bolehkah nenek tahu apa masalahnya hingga kamu seperti ini?"

Aku pun duduk di sofa dekat nenek, lalu berucap "Dio Na memintaku menjauhi Won. Aku sudah bilang padanya bahwa aku tidak bisa. Tapi ia memaksaku, dan aku tetap bilang tidak bisa. Dia berpikir bahwa aku menentangnya, sebenarnya tidak. Aku tak bisa menjauhi Won karna ia sahabat kecilku dan tinggal serumah denganku. Lalu dia menampar wajahku, Hastin dan Razel yang melihat segera datang dan mencegah Dio Na menamparku lagi. Razel dan Hastin menjambak rambuat Dio Na. Lalu Won datang menceraiberai, tapi ia malah mendapat tamparan Dio Na. Lalu guru-guru datang, mereka menceraiberai kami. Membawa kami ke ruang kepala sekolah, kecuali aku dan Won. Kami mengobati luka di ruang kesehatan siswa."

Ketika itu Won telah tiba di rumah, ia hendak masuk tetapi ia mendengar penjelasan Rembulan mengenai kejadian di sekolah yang dilakukan oleh Dio Na. Won pun menghentikan langkahnya dan mendengarkan perbincangan itu dari luar.

"Ya, apa yang telah kamu lakukan benar. Dio Na tidak seharusnya memaksakan keinginanya untuk meminta dirimu menjauh dari Won. Tapi nenek dengar Yashi datang ya? Apa yang terjadi? Apa yang dikatakan kepala sekolah padamu?"

"Tidak ada Nek! Yashi yang meminta saya kembali ke kelas bersama yang lain. Dia bilang semua baik-baik saja dan tidak ada masalah yang di perlu dibicarakan lagi, semuanya sudah beres"

"Oh bagus lah jika begitu, kamu tidak di hukum. Yashi sudah menepati janjinya pada kita"

"Ya Nek, Yashi mengurus semuanya."

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like