S.e.m.e.ntara di ruang kepala sekolah,

Hastin dan Razel duduk bersampingan, s.e.m.e.ntara Dio Na duduk di tempat yang jauh dengan rambut yang super berantakan dan rasa sakit yang luar biasa.

Hastin dan Razel hanya tersenyum manis, rambut mereka tetap rapi dan baik-baik saja, hanya perlu dirapikan sedikit.

Sambil merapikan rambut, Hastin berucap pelan pada Razel "Kamu lihat, kita menang kan?"

Razel pun merapikan rambutnya dan menjawab "Ya benar, aku tidak peduli apa hukumannya. Yang jelas aku puas menjambak rambut Dio Na hari ini!"

Setelah kepala sekolah bicara dengan guru mengenai perkelahian ini, kepala sekolah pun kembali ke ruangannya. Ia duduk di kursi sambil memperhatikan 3 murid yang berkelahi ini.

"Baiklah, saya sudah bicara dengan guru kalian. Jadi, kami akan menghubungi orang tua kalian, termasuk orang tua Won, dan Rembulan.

Mereka bertiga tidak menjawab ucapan kepala sekolah, kepala sekolah pun mulai menghubung orang tua mereka, termasuk orang tua Won dan Rembulan untuk datang ke sekolah.

S.e.m.e.ntara aku dan Won yang di UKS, diminta segera ke ruangan kepala sekolah. Saat kami menuju ruangan kepala sekolah, ada banyak siswa-siswi melihat kami. Mereka memperhatikan dan membicarakan kami.

"Lihat Rembulan! Dia bawa sial lagi, kasihan Won dapat masalah gara-gara gadis itu"

"Dia memang gadis pembawa sial, lihat saja orang-orang didekatnya. Mereka kena dampak sialnya"

"Kasihan sekali, dia tampan tapi kenapa harus berteman dengan gadis aneh itu!"

"Kudengar Hastin dan Razel menjambak rambut Dio Na. Dio Na babak belur!

"Aneh sekali Hastin dan Razel membela Rembulan, apa ia ngak sadar bahwa Rembulan itu gadis aneh dan pembawa sial untuk sekolah kita ini"

"Ah mungkin saja, mereka berdua udah dicuci otaknya sama Rembulan. Jadi ngak bisa bedain yang mana baik, mana jahat!"

"Eh, ayo kita lihat. Siapa kali ini yang akan kena skorsing? Aku harap sih si gadis aneh itu, ya biar sekolah kita ngak kena sial kan!"

"Ya benar, aku harap gitu. Tapi kalau untuk Won, aku harap sih dia meminta maaf sama Dio Na"

"Loh kok gitu, bukannya Dio Na ya yang menampar Won?"

"Ya iya, tapi Itu juga salah Won. Kenapa ia harus ada disaat begitu? Mana ia melindungi gadis aneh itu lagi"kesalnya.

"Ah, aku malah berharap Dio Na dihukum karna ia sudah berani menampar cwok tampanku!"

"Huh, ya ngak apa sih kalau Dio Na yang dihukum. Lagian dia juga ngak guna tuh anaknya!"

"Bukannya dia sering cari perhatian tuh sama Won. Kalau dia yang di skorsing sih, aku senang. Kan bisa dekat dengan Won. Kalau Rembulan sih menurutku walau dia aneh, dia ngak pernah tuh cari perhatian sama Won"

"Iya kamu benar juga sih, Dio Na kan suka main licik sama kita"

"Iya aku ingat waktu dia jahil sama aku. Dia bilang aku jelek lah, dia aja yang sok cantik. Mendapatkan hati Won aja ngak bisa, hahahahah"tawanya penuh kebahagian.

Ruang kepala sekolah,

Kami duduk bersama di sofa dengan menjaga darak. Won menjaga jarak dengan Dio Na, ia nampak sangat marah pada Dio Na. Won memilih duduk di dekat Rembulan sambil mengompes pipinya bekas tamparan Dio Na.

S.e.m.e.ntara diriku duduk disamping dua sahabatku sambil mengompes pipiku yang merah. Dua sahabatku mencoba menghibur diriku sambil memberi senyuman sinis pada Dio Na. Senyuman yang meremehkannya, kadang Hastin pun menunjuk rambutnya. Memperlihatkan Dio Na bahwa rambut mereka baik-baik saja dan tidak rontok seperti rambut Dio Na.

"Rembulan, apa pipimu lumayan baikkan? Nampaknya masih merah, itu pasti sangat sakit!"ucap Razel.

Aku hanya tersenyum manis tanpa menjawab ucapan temanku.

"Tenang saja Rembulan, kami bertiga ada di pihakmu kok. Dia ngak bakalan bisa membalikan fakta lagi"sambung Hastin.

Tidak lama kemudian orang tua siswa-siswi yang dipanggil datang.

Pertama yang masuk adalah orang tua Dio Na, ia segera menghampiri putrinya. Ia melihat rambut putrinya berantakan. Ia melihat ke arah kami, dengan tatapan marah.

"Kepala sekolah, ini bagaimana bisa terjadi? Sebenarnya apa yang terjadi?"tanyanya

Yang kemudian orang tua Hastin, Razel dan perwakilan orang tuan Won, yakni orang kepercayaan ayahnya, dan terakhir adalah kakek. Orang kepercayaan ayah Won adalah seorang perempuan yang berpakaian biasa, ia hanya berpakaian layaknya pegawai kantor dengan gaji yang murah.

Ibu Dio Na terus menyalahkan Rembulan, dan dua temannya. Ia juga menyalahkan Won, yang membuat Won membuang mukanya sebisa mungkin. Bukan artinya Won merasa bersalah, ia mencueki ucapan ibu Dio Na yang tidak benar.

"Kepala sekolah, siapa gadis yang telah membuat anak saya seperti ini. Ini pasti salah mereka berempat kan? Memang anak rendahan itu selalu bersingkah sok kaya, mereka iri dengan kehidupan keluarga kami. Saya ingin pelakunya diberi hukuman yang berat"ucap ibu Dio Na dengan nada kasar.

"Ibu Dio Na, harap tenang dulu. Sebaiknya yang lain keluar, orang tua Hastin dan Razel tetap disini"

Kami semua keluar dari ruangan ini, kami menunggu di depan. Aku, kakek, Won dan orang kepercayaan ayahnya berbincang. S.e.m.e.ntara Dio Na dan ibunya menjauh. Mereka sangat menjaga jarak dengan kami, dan beranggapan bahwa kami tidak sederajat dengan mereka.

Orang kepercayaan ayah Won berucap "Kakek, terima kasih telah menunjukan saya jalan tadi. Saya senang bertemu dengan kakek, dan ternyata kakek juga yang telah menjaga Won disini"

"Dimana ayah?"tanya Won

"Maaf, dia tidak bisa datang. Tapi saya akan mengurus semua ini untukmu, bahkan dengan sangat baik"

"Huh, dia memang seperti itu"

"Tapi saya rasa kali ini tidak, dia tidak akan membiarkanmu begitu saja menjalani harimu sendirian. Dia mengirim saya untukmu. Won, bisa ceritakan apa yang terjadi sebenarnya?"

"Ya, tapi mengapa aku harus menceritakan semua ini padamu. Pada akhirnya juga aku akan diskorsing lagi seperti dulu"

Dia tersenyum pada Won, "Maaf atas tingkah ayahmu yang tidak membelamu saat itu. Tapi kali ini ayahmu memintaku membelamu. Ia berubah pikiran, dia pikir kamu akan menjadi anak yang baik suatu saat nanti bagi ayahmu dan perusahaan. Jadi dia ingin aku menyelesaikan semua ini untukmu"

"Benarkah itu?"

"Iya, ayahmu bahkan memintamu untuk tinggal disini sampai lulus"

"Ya baguslah kalau ayah mulai sadar"

Lalu Won pun mulai menceritakan kejadian awalnya, dan orang kepercayaan ayah Won mulai mendengarkan ucapan Won dengan seksama.

S.e.m.e.ntara itu, aku pun bicara dengan kakek, dengan perasan malu dan kecewa. Aku malu dan kecewa karna terus membuat kakek datang ke sekolah ini dan menjadi mengurus masalahku.

"Kakek, aku minta maaf karna sudah merepotkan kakek. Aku janji tidak akan membuat masalah lagi"ucapku menundukan kepala

"Sudahlah, tidak apa. Kata orang kepercayaan ayah Won, ayah Won juga ingin membantu kita menyelesaikan masalah ini. Ayah Won ingin kita menerima setiap bantuan yang diberikannya. Kakek dan nenek menerimanya. Kamu tahu kan sering kali kita tak bisa melakukan sesuatu, walau pun itu sudah benar dan selalu saja kalah. Bukankah kamu ingin sekali mengatakan kebenarannya, bukan membalikan fakta"

Aku pun segera melihat ke arah kakek, aku tersenyum dan menjawab "Iya Kek. Terima kasih"

Orang kepercayaan ayah Won pun mengajak kakek bicara, "Kakek, seperti yang saya katakan saya akan membantu kakek. Won juga telah menjelaskan masalahnya dari awal pada saya. Kakek tidak perlu khawatir lagi, setiap ada masalah saya akan datang sebagai perwakilan dari keluarga Won dan Rembulan."

"Terima kasih, katakan pada ayah Won bahwa saya sangat berterima kasih padanya"

"Akan saya sampaikan nanti jika bertemu dengannya."

Tidak lama kemudian, ibu Hasti dan Razel keluar dari ruangan kepala sekolah dengan senyuman manis. Lalu mereka mendekati kami. Tapi bersamaan dengan itu, Won dan orang kepercayaan ayahnya lah yang dipanggil. Mereka pun masuk ke ruangan kepala sekolah.

Sambil menunggu giliran, kami berbincang. Hastin dan Razel nampak sedang sekali bahkan ibu mereka. Mereka tersenyum-senyum.

"Rembulan, kamu tenang aja. Kamu kan ngak salah jadi ngak usah sedih. Aku ada dipihkamu kok"ucap Razel

"Iya Rembulan, kamu tenang aja. Kamu ngak akan kena hukuman kok"sambung ibu Razel

"Rembulan, terima kasih sudah mau berteman dengan Hastin. Sekarang ia sudah berani sama orang lain, dia ngak takut lagi. Tante malah senang kalau Hastin terus menjambak anak manja dan suka membalikan fakta"sindir ibu Hastin.

"Tuh kan, mamaku aja belain kamu. Jadi tenang aja, kamu ngak akan dikeluarkan dari sekolah atau pun di hukum. Aku dan Razel jadi saksi untukmu jadi dia ngak akan bisa membalikan fakta lagi"ucapnya

"Ya sudah, jangan sedih ya Rembulan. Saya dan ibu Hastin pergi dulu. Kalian baik-baik ya di sekolah. Kakek, saya pamit pergi dulu. Kakek mau pulang berengan kita ngak?"ucap ibu Razel

"Kakek, kakek pulang saja. Orang kepercayaan ayah Won akan mengurusnya, kakek tenang saja"ucapku

"Tapi apa kamu akan baik-baik saja?"

"Iya tenang saja, semuanya pasti beres!"

Setelah menyakinkan kakek, kakek pun pulang bersama ibu Hastin dan ibu Razel. S.e.m.e.ntara dua sahabatku bertahan disini.

S.e.m.e.ntara ibu Dio Na menyiapkan rencana untuk membuat Rembulan, gadis aneh dan pembawa sial itu di skorsing dari sekolah.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like