Ya seperti sekolah lainnya, dimana masih ada saja murid yang suka menyontek bahkan meminta jawaban pada temannya. Won yang melihat tingkah teman sekelasnya tertawa kecil, namun ia tetap focus pada soal ulangan. Ia tahu ada beberapa orang yang melakukan kecurangan bahkan ada yang menggunakan ponselnya untuk membantunya mendapatkan jawaban.

Anehnya mereka yang mencontek tidaklah menggunakan cara lama, tetapi cara yang sedikit lebih modern yakni menggunakan jam tangan canggih, menghubungi seseorang yang dapat membantu, menggunakan drone untuk membaca contekan, bahkan saat guru lengah sebuah LCD kecil segera monyorot ke langit-langit menampilkan teks jawaban. Bahkan nampaknya teman-teman sangat kompak dalam menyontek hingga mereka bergiliran membuat guru pengawas untuk sibuk.

Aku dan Won menyimpan tawa kecil, namun tetap focus pada soal ulangan agar teman-teman tidak marah pada kami. Jika sampai ketahuan kami menertawakan mereka, mereka akan menganggap kami sombong akan kepintaran, atau mengucilkan kami. Padahal sebenarnya kami pun tidak sepintar yang dibayangkan oleh mereka, kami hanya percaya pada jawaban kami, yakni bahwa jawaban kami akan benar dan menghasilkan nilai yang memuaskan.

50 menit kemudian.

Bel sekolah kembali berbunyi, dan guru pengawas pun berucap "Anak-anak bel sudah berbunyi, waktunya kalian istirahat. Silahkan kumpulkan lembar jawaban ulangan kalian ke depan, dan pisahkan lembar jawaban dengan lembar soal ulangan."

Kami pun menjawab serentak, "Baik guru!"

Beberapa dari kami pun mulai maju ke depan untuk mengumpulkan lembar jawaban dan lembar soal ulangan. Aku pun segera mengumpulkan lembar jawaban dan lembar soal ulangan ke depan, setelah Won.

Namun saat melintas, aku kembali tersandung.

"Aawwww…"ucapku, kertas lembar jawaban dan lembar soal ulangan ditanganku terlepas dan jatuh ke lantai.

Won yang melihat itu segera mengumpulkan lembar jawaban dan lembar soal ulangan milikku. Aku pun segera bangun dan membersihkan diri dari debu. Won mendekatiku ia segera menyerahkan kertas lembar jawaban dan lembar soal ulangan milikku.

Won tersenyum manis padaku, ia melihat ke arah Dio Na sambil berucap "Rembulan, hati-hati kalau jalan. Disini banyak tunggul!"

Aku pun menjawab sambil tersenyum, "Terima kasih, Won"sambil mengambil kertas lembar jawaban dan lembar soal ulangan dari tangannya.

"Ya sama-sama"jawabnya yang kemudian kembali ke tempat duduknya.

Aku pun segera mengumpulkan kertas lembar jawaban dan lembar soal ulangan di meja guru. Guru hanya melihatku sesaat, lalu ia melihat ke arah Dio Na.

Setelah mengumpulkan, aku segera kembali ke mejaku. Saat berjalan melewati meja Dio Na, ia menatap tajam diriku penuh makna.

"Gadis sialan! Awas saja kamu merebut Won dariku! Aku akan membalasmu, aku tak akan membiarkanmu bahagia bersamanya"guman Dio Na dalam hati.

Begitu semuanya telah mengumpulkan kertas lembar jawaban dan lembar soal ulangan. Guru pun mulai memberi ucapan penutup sambil berdiri dan memegang semua kertasnya. Kami pun berdiri juga untuk memberi hormat padanya.

"Baiklah, kerja kalian bagus hari ini. Semoga nilai ulangan kalian memuaskan semuanya. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih atas kerjasamanya dan selamat siang",

Kami pun serentak menjawab, "Terima kasih kembali atas kerjasamanya, selamat siang guru!"

Setelah itu, guru mulai pergi meninggalkan ruangan ini. Teman-teman pun bersorak riang, mereka sangat senang ulangannya telah selesai pada sesi ini. Dio Na pun segera menghampiri Won. Ia kembali duduk di samping Won, ia mulai bicara padanya. S.e.m.e.ntara Won kesal sekali padanya, Won pun menggunakan kata sindiran halus setiap kali bicara pada Dio Na.

Aku tahu itu, namun aku hanya diam. Hanya teman lamanya yang memahami sindiran halus ini.

"Won, bagaimana tadi menurutmu? Apa kamu kesulitan mengerjakan soal ulangan?"tanya Dio Na

"Ya sangat sulit, bahkan aku tidak bisa memaafkan diriku pada kecelakaan yang baru saja disengaja. Itu sangat memalukan!"

"A-apa maksudmu?"

"Kecelakaan aku menjawab soal ulangan, huh…"membus napas panjang

"Oh, begitu. Aku bisa kok membantumu untuk memahami mata pelajaran yang lain"

"Ya, aku rasa tak perlu. Kupikir aku hanya perlu memahamimu, mungkin termasuk seperti apa dirimu itu. Apa mungkin seperti kacang?"

"Kacang?"tanya Dio Na yang tak mengerti apa maksudnya.

S.e.m.e.ntara aku yang mendengar ucapan Won menyimpan tawa kecil, dalam hatiku berucap " Kacang, huh…dasar Won! Seenaknya mengatakan kacang. Memang segitu sebalnya kah kamu sama dia?"

Won pun menjawab sambil menatap lama Dio Na tanpa berkedip, "Iya kacang, kamu tahu kan?"

Dio Na menganggukan kepala tanda ia tahu apa itu kacang, namun ia tak tahu maksud perkataan Won. "Apa? Apa maksudmu? Aku ingin tahu!"

Won pun mulai mengedipkan mata, ia mengubah pandangannya ke depan.

"Akan kujelaskan gadis kecil. Menurut Wikipedia, kacang adalah istilah non-botani yang biasa dipakai untuk menyebut biji dalam sejumlah tumbuhan polong-polongan. Namun tidak semua. Dalam percakapan sehari-hari, kacang dipakai juga untuk menyebut buah atau bahkan tumbuhan yang menghasilkannya. Di Jakarta, kata "Kacang" biasanya dimaksudkan untuk polong kacang tanah. Apa sekarang kamu mengerti?"

Dio Na menggelengkan kepala, "Tidak!"jawabnya

Won pun berguman dalam hati, "Ya lebih baik kamu ngak usah memahaminya. Bukankah kamu kacang itu?". Lalu Won berucap pada Dio Na, "Ah, sudahlah. Sulit sekali menjelaskannya padamu"

Dengan perasaan kecewa, Dio Na menjawab "Huh, ayolah jelaskan saja!"bujuknya

"Tapi aku rasa gadis sepertimu tidak perlu penjelasan itu. Kamu cukup manis ketika menjadi kacang dan sedikit perlu direbus kembali ( didik lagi, perbaiki sikap)"

"Apa kau secantik itu hingga kamu menganggapku tidak perlu penjelasan itu?"ucapnya dengan wajah yang sedang.

"Ya"jawab Won tersenyum manis.

Tanpa disangka, Won segera meninggalkan Dio Na yang baru saja diejeknya. Won pergi ke luar kelas dan menemui Subtel yang telah menunggu. Won pergi penuh dengan tawa berhak-hak dalam hatinya.

Begitu Won pergi, Dio Na melihat ke arahku dengan tatapan tajam.

Dengan lancangnya ia berucap, "Hey Rembulan! Kamu lihat kan Won memuji kecantikanku?"dengan bangga dan mendekati diriku.

Aku pun tersenyum dan menganggukan kepala, "Iya, aku dengar"jawabku.

"Kalau begitu mulai dari sekarang jauhi Won, karna Won itu hanya cocok untukku!"

"Menjauhinya? Aku tidak bisa!"

Dio Na kembali menatapku dengan tajam dan wajah merengut, ia pun mulai mengancam diriku "Jika kamu tidak menjauhinya, aku akan membuat pelajaran yang berharga untukmu dan akan kau ingat selamanya!"

"Jika kamu ingin aku menjauhinya, terus Won tinggal dimana? Dijalanan kah? Apakah itu yang kamu mau?"

Karna terus menentang Dio Na, Dio Na pun kesal hingga spontan ia menampar diriku tepat dipipi.

"Paaakkkkk"suara tamparan yang keras hingga berbunyi dan pipiku memerah, darah pun keluar dari mulutku.

Hastin dan Razel yang melihat itu segera mendekat. Mereka berdua segera mendorong wajah Dio Na hingga terjatuh.

"Hey, gadis sok cantik! Beraninya kamu menampar teman kami!"ucap Hastin dengan lantang.

"Rembulan, kamu… Dio Na sialan! Beraninya kamu menampar Rembulan! Kamu"ucap Razel yang melihat wajahku memerah dan darah keluar dari mulut. Razel pun tak hanya marah, dan mencacimaki Dio Na, tapi ia juga menyiram tubuh Dio Na dengan air.

S.e.m.e.ntara aku hanya diam membisu menahan rasa sakit dan air mataku pun tak dapat terbendung lagi. Aku segera menangis, tanpa bunyi hingga air mata berjatuhan ke pipi.

Dio Na tidak terima perlakukan Razel, ia pun membalas perbuatan Razel dengan cara menjambak rambutnya. Namun Razel memiliki rambut yang sedang dikepang, hingga tak terlalu merasakan sakit. Razel pun membalas jambakan Dio Na, rambut Dio Na terurai hingga ia lebih merasakan sakit yang luar biasa. Razel pun membuat rambut Dio Na rontok.

Dio Na yang melihat rambutnya rontok karna jambakan, ia membalasa sekuat-kuatnya jambakan Razel. Tapi Hastin tidak membiarkan hal itu terjadi, ia membantu Razel menjambak rambut Dio Na. rambut Hastin terikat satu hingga tidak terlalu merasakan sakit akibat dijambak.

Keributan pun terjadi hingga mengudang teman-teman untuk datang menonton, bukan untuk menceraiberai.

Won pun datang dan menceraiberai perkelahian itu. Tapi karna Dio Na tak menahan emosinya lagi, akhirnya ia menampar Won. Won terkena tamparan Dio Na di pipi. Won pun mulai merasakan sakit dipipinya. Ia melihat Rembulan menangis dengan pipi yang memerah.

Tidak lama kemudian, beberapa guru datang untuk menceraiberai perkelahian. Akhrinya kami semua pun dibawa ke ruang kepala sekolah.

Kecuali aku dan Won yang mendapat perawatan di UKS. Kami berdua mengompres pipi kami dengan es.

Won pun tersenyum manis dan berucap "Dia benar-benar gadis kacang yang menyebalkan!"

Aku pun menjawab, "Kamu masih saja mengatakan itu ketika seperti ini, huh…yang ada kamu yang menyebalkan. Mengapa kamu datang? Akibatnya kamu malah dapat tamparan dari dia kan?"

"Iya benar, tapi tidak apa. Kamu baik-baik saja? Itu sepertinya sangat sakit. Huh, dia harus diberi pelajaran yang setimpal"

"Sudahlah, pikirkan saja dirimu lebih dulu baru orang lain!"

"Kamu selalu saja begitu, ya baiklah aku akan memikirkan diriku untukmu!"senyumnya

S.e.m.e.ntara di ruang kepala sekolah,

Hastin dan Razel duduk bersampingan, s.e.m.e.ntara Dio Na duduk di tempat yang jauh dengan rambut yang super berantakan dan rasa sakit yang luar biasa.

Hastin dan Razel hanya tersenyum manis, rambut mereka tetap rapi dan baik-baik saja, hanya perlu dirapikan sedikit.

Sambil merapikan rambut, Hastin berucap pelan pada Razel "Kamu lihat, kita menang kan?"

Razel pun merapikan rambutnya dan menjawab "Ya benar, aku tidak peduli apa hukumannya. Yang jelas aku puas menjambak rambut Dio Na hari ini!"

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like