Menaiki tangga bersama-sama dengan Won, Won pun mulai membuka pintu kamar. Senter ponsel yang ada ditangannya memberi penerangan ke seluruh ruangan ini. Aku pun bergegas mencari lilin. Aku menyimpan lilin dibawah kasur dan membawa lilin itu ke tengah kamar ini.

"Won, kamu punya korek?"

"Ada"

"Nyalakan lilin nih, aku akan menyalakan lampu darurat"ucapku. Aku pergi mendekati dinding dekat kasur, lalu menekan tubuh kupu-kupu. Hiasan dinding yang kupajang dengan membentuknya menjadi kupu-kupu besar yang terdiri dari kupu-kupu kecil yang bisa menyala ketika menekan tubuhnya.

Begitu menyala, ruangan ini pun terang.

"Wah, seperti siang saja disini. Terus lilin ini buat apa?"tanya Won menunjuk pada lilin yang telah dinyalakannya.

"Ya itu untuk dibawah. Lilin itu adalah lilin aroma terapi lavender jadi kupikir akan baik dinyalakan waktu seperti ini"

Aroma terapi lavender keluar dari lilin dan memenuhi ruangan ini.

Won menghirup aroma segar itu, "Iya ini sangat enak dan wangi. Nyamuk-nyamuk juga ngak akan mengganggu saat kita tidur".

"Ya benar, sudahlah. Aku mau tidur, biarkan saja lilinya di sana"ucapku segera membaringkan diri di kasur.

Won mematikan senter ponselnya sambil berucap "Kamu yakin tidur lebih awal? Apa nanti malam ngak terbangun?"

"Memang rencananya aku mau bangun lebih awal, nanti pagi sekitar jam 04.00 pagi aku akan belajar. Besok ulangan kan? Jadi aku harus belajar di pagi hari, katanya sih bangun pagi dan langsung belajar akan membuat kita lebih mengingat pelajaran. Kamu sendiri udah belajar belum?"

"Iya deh, aku akan belajar!"senyumnya sambil berjalan mendekati kasur dan berbaring di dekatku.

Aku pun mulai menyelimuti diriku, dan melihat langit-langit. Saat ini, aku tidur berdua sekamar dengannya. Lalu apakah kalian bertanya apakah aku memiliki detakan dalam jantungku untuknya? Tidak. Tidak ada sama sekali. Dimasa kecil, dia sering menginap ke rumahku, ketika ia liburan kemari. Ya seperti ini tepatnya, tapi dulu ia diantar oleh orang ayahnya.

Won melihat langit-langit, seraya berucap "Rembulan, kamu masih ingat ngak semasa kecil kita. Aku selalu berkunjung kemari, dan menginap di rumah ini. Ini seperti dulu, aku tidur denganmu"senyumnya mengingat masa kecil.

"Ya aku tahu, dan kamu suka jahil denganku"jawabku

"Maksudmu, apa? Aku tidak pernah jahil padamu!"

"Kamu pura-pura lupa ya? Apa aku perlu mengatakan yang sebenarnya? Semasa kecil, taman kanak-kanak siapa yang sengaja melempar sepatuku keluar rumah ini?"

Won tertawa kecil, "Hhahaha…iya aku ingat. Aku ingat kejadian itu"

"Tuh, masih belum ngaku juga?"

"Iya maaf, itu kan sudah sangat lama"

"Benar, karna itu lah kamu sering lupa bahkan lupa denganku. Lupa dengan satu janji kita"

"Apa?"tanya Won melihat ke arahku.

"Kamu bilang jikalau sudah tiba di kota, kamu akan mengirimiku surat dan sampai sekarang kamu tidak pernah mengirimiku surat kan?"

"Ah iya benar, aku tidak lupa soal itu"

"Lalu apa alasannya?"

"Aku tidak tahu alamat rumahmu, ayah dan ibuku selalu sibuk. Hingga ketika aku dikeluarkan dari internasional school barulah mereka memberitahu alamat rumahmu. Mereka bilang sekolah disana lebih baik dan Rembulan akan menjagaku. Jadi aku setuju karna kamu yang akan menjagaku sesuai ucapan ayah"senyumnya

"Ah yang benar saja, aku menjagamu? Gimana caranya? Kamu aja bawel dan keras kepala, gimana aku bisa menjagamu?"

"Mungkin dengan caramu sendiri, kamu selalu menjagaku dengan caramu sendiri seperti memberi nasehat padaku"

"Itu bukan menjagamu tau, aku c.u.man tidak mau kamu terluka nanti yang ada ayah dan ibumu marah padaku"

"Benarkah? Tapi aku tak pernah lihat kamu dimarahi oleh mereka!"

"Memang belum, tapi aku ini anak perempuan. Yang pasti kalau sesuatu terjadi padamu itu juga salahku. Sekarang kamu malah mau liburan ke villa sama teman-teman. Huh…aku bakal kena marah kalau kamu ngak ijin sama ayah dan ibumu"

"Tenang saja, aku akan kasih tau ke mereka kok. Jadi kamu ngak perlu mengkhawatirkan aku"

"Ya baiklah, itu bagus jadi liburanku tak perlu memikirkanmu yang bawel dan keras kepala ini"

Won merenggutkan wajahnya, "Apa saat liburan nanti kamu tidak merindukanmu?"

"Entahlah, mungkin ya dengan sifatmu itu"jawabku sambil memandang ke arah lain, menjauhi Won.

Won tersenyum manis, ia berharap masih ada kesempatan untuk mendapatkan cinta gadis ini. Won pun memandang ke arah lain.

Sisi lain, kamar nenek dan kakek.

Nenek duduk lantai sambil membuka surat dari ayah dan ibu Won, begitu pun kakek. Mereka membaca dua surat itu bergantian.

Nenek membaca surat dari ibu Won,

"Nenekku tercinta, ini saya ibu Won. Bagaimana kabarmu dan kakek? Saya menitipkan Won pada kalian. Ya saya harap dia menjadi anak yang baik. Kami sangat sibuk hingga tidak bisa mengurus putra pertama kami ini. Tapi aku dan suamiku ingin mengatakan sesuatu yang baik. Tapi harap untuk dibicarakan bersama Rembulan. Kami berdua setuju dan sepakat untuk menjodohkan Won dengan Rembulan. Apakah nenek dan kakek bersedia?"

Lalu kakek membaca surat dari ayah Won.

"Kakek, kuucapkan terima kasih banyak telah merawas putra kami sejak kecil. Kami sangat sibuk bekerja hingga tak bisa mengurusnya. Tapi kami percaya pada kalian bahwa kalian akan membawa perubahan yang baik untuk keluarga kami. Kami sekarang memiliki perusahaan yang besar di kota sehingga sulit sekali mengawasi putra kami ini. Ia keras kepala, dan selalu membantah pada kami. Tapi kami yakin ia tidak akan membantah jika kakek dan nenek yang menasehatinya. Seperti yang dikatakan oleh istriku bahwa kami setuju dan sepakat untuk menjodohkan Won dengan Rembulan. Ya meski kami tahu, kami tidak mengetahui orang tua gadis itu. Tapi kami percaya orang tua gadis itu pasti orang baik dan terhormat. Kami ingin membicarakan hal ini dengan kakek dan nenek, tapi kami belum bisa datang kesana. Saya mohon agar kakek dan nenek membicarakan hal ini pada Rembulan lebih dulu. Saya sangat berharap pada kekek dan nenek untuk menyetujui ini. Saya akan pulang jika ada waktu. Terima kasih telah menjaga putra saya setulus hati. Saya dan istri saya merindukan kalian, ayah Won".

Nenek pun segera melipat surat dari ibu Won lalu memasukannya ke dalam amplop lagi, dan meletakannya ke dalam kotak.

"Kek, ini bagaimana? Apakah kakek setuju? Saya tidak bisa menjawabnya kecuali Rembulan setuju maka saya juga"ucap nenek

"Ya, saya juga begitu. Ini perjodohan, yang berujung ke sebuah pernikahan. Ini tidak main-main jadi kita serahkan saja keputusan ini pada Rembulan"jawab kakek.

"Ya benar, tapi kapan? Apa kita harus menunggu waktu yang tepat?"

"Ya seperti itu, saya setuju jika Rembulan setuju begitu juga denganmu. Jadi kita tunggu saja Rembulan lulus sekolah baru mengatakan yang sebenarnya bahwa mereka telah dijodohkan. Ya setidaknya agar membuat Won memiliki kesempatan untuk mencintai gadis lain"

"Tapi bagaimana jika ia tak bisa melupakan gadis lain itu?"

"Maka ia harus melupakannya"

"Ya, saya harap kelak Rembulan tak terluka karna ini"doa nenek.

Kamar Rembulan,

Entah kenapa malam ini aku tidak bisa tidur, sulit sekali untuk tidur padahal hanya memejamkan mata saja tetapi ini sangat sulit.

Tiba-tiba hujan pun turun dan menguyur desa ini, hujan yang disertai angin yang lebat. Hingga membuat jendela kamar tutup buka, dan membuat tirai basah. Aku pun segera berjalan menutup jendela. Tapi aku justru melihat pemandangan malam desa ini yang gelap. Tidak ada lampu penerangan saat ini, semuanya gelap. Hanya rumah warga yang terang, dan hujan lebat ini membuatku teringat pada negeri Flower.

"Hah, kapan aku akan kesana. Kasihan sekali Ratu Mayleen, semoga saja dia baik-baik saja disana. Dan semoga, teman-teman menjaga Ratu Mayleen dengan baik"gumanku dalam hati lalu menutup jendela dan menguncinya.

Kemudian aku kembali ke kasur, dan membaringkan tubuh serta berselimut. Memandang langit-langit, lalu memejamkan mata. Berdoa dan berharap, "Tuhan, semoga besok adalah hari yang cerah. Semoga besok adalah hari terbaik untukku. Semoga teman-temanku disana baik-baik saja, semoga mereka selalu dalam perlindunganmu. Amin."

Lalu aku pun tidur, tidur yang nyenyak. Dan semua mimpi pun mulai menghampiriku. Dalam mimpi itu, aku bertemu dengan gadis kecil. Ia berambut panjang dan wajahnya imut serta cantik. Ia tersenyum padaku, dan mendekati diriku. Ia mulai mengandeng tanganku, dan membawaku berlari ke depan. Entah kemana, kami berlari. Namun semuanya gelap disini, sangat gelap. Hingga sebuah cahaya datang menerangi kami, kami berhenti berlari tepat di depan seorang pria, Kim. Gadis itu tersenyum manis, dan mulai menggenggam tangan Kim. Ia menyatukan tanganku dengan tangan pria itu sambil tersenyum dan berucap.

"Bla….bla..blaa..blaaaa…."ucapannya terdengar samar-samar hingga membuatku sulit mengingat apa yang diucapkannya.

Kim pun tersenyum padaku, namun tiba-tiba semuanya berubah jadi kacau. Sesuatu yang tidak enak dan ganjil terjadi padaku. Aku pun terbangun dari mimpi dan melihat Won memeluk erat diriku. Ia sangat dekat bahkan aku mulai merasa kesal, aku tidak sengaja menyetuh sesuatu. Ia membuatku tak bisa bergerak sekarang. Semuanya membuatku kesal, dan geram. Aku ingin sekali menghajar pria ini sekarang karna ia mimpiku bertemu dengan Kim, dibuatnya jadi kacau.

Kucoba mengeserkan tubuh pria ini dari tubuhku, ya aku harus mengeluarkan tenaga ekstra hanya untuk menyingkirkannya.

"Sialan! Seharusnya aku ngak ngijinin kamu tidur disini!"gumanku kesal.

Setelah berhasil menyingkirkannya, aku pun kembali tidur. Tidur yang nyenyak.

Won sedang tidur dengan nyenyak, hingga ia lupa bahwa dirinya sedang tidur dengan Rembulan bukan tidur di kamarnya sendirian. Hingga ia tidak sengaja memeluk erat Rembulan yang disangkanya adalah bantal guling. Ia pun tak sengaja menekan-nekan sesuatu yang empuk, bahkan ia mencium guling itu.

Perlahan-lahan Won mulai tersadar bahwa ia sedang di rumah Rembulan, dan tidur di kamarnya. Ia pun segera membuka mata, dan dirinya dibuat kaget oleh tingkahnya sendiri. Wajahnya mulai memerah. Ia menyentuh tubuh Rembulan, sesuatu yang empuk dan mencium pipi gadis itu. Won pun segera menjauhkan dirinya dari Rembulan. Ia segera mengambil bantal dan selimut dalam lemari. Lalu ia tidur di lantai, wajahnya masih memerah dan ingatannya masih jelas pada apa yang telah ia lakukan tadi.

"Ah sial, kenapa aku berbuat yang tidak-tidak? Huh, besok aku harus membuat sekat di kamar ini. Ini gawat jika Rembulan tahu"guman Won yang kemudian kembali tidur.

Dalam mimpi Won, Won terbangun dari mimpi dan masih memeluk erat Rembulan. Ia kaget, dan wajahnya memerah. Seketika itu Rembulan terbangun dan melihat dirinya. Rembulan tersenyum manis, dan langsung mencium pipinya.

Rembulan pun berucap "Kamu kenapa lama sekali? Aku menunggumu untuk melakukan ini"senyumnya

Won tersenyum manis, dan Rembulan mencium bibir Won dengan sangat mesra. Kecupan yang manis. Rembulan yang awalnya terbaring pun bangun, ia mengubah posisinya yakni berada di atas tubuh Won. Lalu menjutkan ciuman yang mesra dan bergairah. Saat berkecupan, Won merasakan kehangatan tubuh Rembulan dan sesuatu yang empuk itu.

Won pun mengubah posisinya, kini Rembulan yang berada di bawah. Won ingin sekali melihat tubuh Rembulan. Karna dalam dunia mimpi, keinginan itu bisa tercapai begitu saja. Won melihat Rembulan tanpa mengenakan pakaian, ia pun segera melayani gadis ini penuh dengan hasrat. Bahkan tak segan Won melakukan remasan pada tubuh dan berhubungan intim dengan gadis ini. Tetapi seketika itu, hal buruk terjadi. Mimpi yang indah mendadak berubah menjadi mimpi buruk, yakni Rembulan berubah menjadi hantu yang mengerikan. Sebagaimana yang dikatakan Rembulan dalam video call dengan dirinya. Hantu perempuan berambut panjang, berbaju putih, penuh dengan darah di tubuhnya, mata merah lembam, dan kuku yang panjang. Ia memberi senyuman manis yang mengerikan pada Won. Seketika itu Won terbangun dari mimpi, ia setengah ketakutan dan melihat seorang perempuan telah berada di meja belajar.

Won masih takut, namun ia mencoba menghela napas panjang agar membuatnya tenang. Won pun melihat sela-sela jendela, terlihat di luar masih gelap dan lampu listrik sudah menyala. Bahkan lilin tak jauh darinya sudah habis, dan telah diletakan didekat dinding. Won pun yakin jikalau perempuan yang sedang belajar itu adalah Rembulan yang asli. Karna ia tak mau terpengaruh oleh mimpi, ia segera mencubit tangannya hingga terasa sakit.

"Aaaaawwwwww, sakit!"guman Won.

Karna Won spontan berucap keras, perempuan yang sedang belajar itu pun mendengar ucapannya dan segera menoleh ke arah Won. Won pun kaget setelah melihat wajah perempuan itu. Wajahnya putih pucat bagai vampire, dan dia memang seperti vampire. Hingga membuat Won setengah ketakutan. Won tak bisa berbuat apa-apa selain kembali tidur dan berharap ini hanya mimpi buruk.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like