Siang hari yang cerah, hari ini keadaan di luar cerah hingga membuatku merasa panas. Tidak ada angin berhembus masuk melalui jendela. Suara tonggeret dari pepohonan pun terdengar jelas. Serangga ini mengeluarkan suara yang nyaring hingga membuatku merasa semakin gerah dibuatnya.

Aku pun segera keluar dari kamar menuju kamar mandi, lalu segera menguyur kepalaku dengan air.

"Byurrrrrr"suara air mengenai kepalaku, aku pun merasa sejuk adem lalu mengambil handuk dan menyelimuti kepalaku dengan handuk. Lalu berjalan menuju halaman rumah, dimana ada pohon besar yang rindang dan dibawahnya ada kursi dan meja.

Aku segera menuju kesana, dan duduk menikmati cuaca panas. Tapi dibawah pohon ini, cuaca panas tidak menyengat. Pohon ini melindungi diriku dan memberi kesejukan dengan angin yang sedikit sepoi-sepoi.

Suara tonggeret masih terdengar jelas, aku pun segera mengamati pohon di dekatku ini. Aku melihat dua ekor tonggeret sedang berbunyi kelas, mereka seperti saling bersahutan. Serangga ini dari ordo kepik sejati yang hanya muncul diakhir musim penghujan, dan dikelompokan dalam dua familia yakni tettigarctidae dan cicadidae. Di dunia ada sekitar 3000 spesies tonggeret, mereka terdapat di semua banua kecuali antartika. Ya, itu yang aku tahu berdasarkan ilmu yang aku ambil di internet. Aku suka memperhatikan hal kecil dan yang menarik untuk dipelajari.

Sisi lain, Won sedang di dapur membuat minuman sengar yakni minuman es jeruk peras. Ia juga telah membuat bakwan goreng. Setelah selesai membuat minuman, ia segera pergi ke lantai atas menemui Rembulan. Ia memanggil-manggil Rembulan dari lantai bawah hingga menuju lantai atas.

"Rembulan, Rembulan…"ucap Won

Begitu tiba di depan kamar, Won segera mengetok pintu.

"Tokk..took…tokkk"suara ketokan pintu, namun tidak ada jawaban dari dalam kamar. Won pun segera membuka pintu, ia melihat seisi kamar dan tidak menemukan Rembulan. Won mendekati jendela kamar, ia melihat halaman depan rumah dan juga Rembulan yang sedang berteduh di pohon.

Won pun segera turun ke bawah dan menghampiri Rembulan.

"Rembulan, kamu disini. Huh, aku mencarimu tau!"ucap Won disampingku.

Aku segera menoleh ke arahnya, "Ada apa?"

"Ikut aku bentar ya? Bantuin aku!"

"Bantu apa? Uh, enak-enaknya disini malah disuruh!"kesalku

"Ikut saja, nanti kita kemari lagi kok"

Aku pun menurut saja, aku segera mengikuti langkah Won yang pergi lebih dulu. Kami menuju dapur, dan aku melihat ada minuman segar dan cemilan yang membuatku sedikit bersemangat.

"Bawa bakwannya ya, sama sambalnya tuh!"pinta Won

"Siap!"jawabku sengera mengambil sepiring bakwan dan sambal, lalu membawanya ke depan. S.e.m.e.ntara Won membawa minuman es jeruk peras dan dua gelas cangkir ditangannya. Kami menuju halaman depan, dan duduk di bawah pohon.

Kuletakan makanan di atas meja, dan begitu juga dengan Won. Ia pun segera menuangkan minuman itu ke dalam dua gelas. Lalu kami duduk bersama, kami duduk berhadapan.

"Ayo makan! Aku masakan ini buat kamu loh"ucapnya sambil tersenyum

"Benarkah? Atau ada maunya?"jawabku memandanginya

"Tidak, kamu jangan melihatku begitu. Anggap saja ini tanda terima kasihku untuk malam itu"

"Oh baiklah, kamu ikut makan juga"

Aku dan dia segera makan, rasa bakwan buatan Won memang enak.

Won tersenyum, "Bagaimana rasanya, apa enak? Kalau menurutku sih enak!"

"Ya kali ini masakanmu enak, tidak terlalu asin dan tidah hambar juga"jawabku.

"Aku senang jika kamu menyukainya, sebentar lagi liburan kan?"

"Iya"

"Apa kamu sudah punya rencana untuk mengisi waktu saat liburan nanti?"

"Sudah, kamu sendiri bagaimana?"

"Aku, Subtel dan Jingmi akan pergi berlibur. Apa kamu mau ikut?"

"Kalian akan kemana?"

"Kami akan ke villa untuk bersenang-senang, dan kami tidak mengajak Dio Na kok"

"Ih, hanya bertiga kah? Pasti bukan villa biasa kan?"senyumku

Won tertawa kecil, "Kamu sudah tahu ya, ya kupikir kamu akan ikut dan kamu akan mengarahkan kami untuk vlog"

"Huh, tempat berhantu lagi. Aku ngak akan ikut!"

"Sudah kuduga kamu akan menolaknya"

Aku tertawa, "Hhahaha…kalau mau ke villa angker pergi saja, jangan mengajak aku!"

"Baiklah tidak masalah, kamu akan liburan kemana sih? Emang negeri Flower itu dimana?"tanya Won

"Ada deh!"

Tiba-tiba saat kami asik berbincang, kami kedatangan tamu tak di undang yakni para gadis desa yang melihat Won sedang duduk bersama Rembulan pun mendekat. Mereka mencoba mencari perhatian pada Won. Mereka bergabung, dan berupaya menjauhkanku dengan Won. Aku tahu itu, mereka mengeluarkan berbagai topic perbincangan bahkan sesuatu di membuat kesal dan geli tertawa pun.

"Won, kebetulan nih aku sedang buat kue yang anek. Cobain kue buatanku ya?"ucapnya

Dengan senang hati Won bersedia, ia menjawab "Iya, aku mau!"

Spontan dua gadis lainnya cepat menyingkirkan makanan yang ada di meja kami. Salah satu gadis pun memintaku untuk menyingkir dari hadapan Won, karna ia mau duduk di hadapannya.

"Hey, Rembulan. Sana, kamu pergi! Aku yang berhak duduk disini"

Tanpa menjawab aku segera menjauh, dan sekarang dua gadis itu duduk di hadapan Won ditambah dengan satu teman centilnya.

Ia mulai meletakan kue buatannya di atas meja dekat dengan Won, Won pun mulai mencicipinya.

Aku pun memakan bakwan buatan Won dan minum es jeruk peras. Tapi entah kenapa tiga gadis itu mulai menyindir diriku tapi sindirannya salah.

"Won bagaimana rasanya? Enak kan?"

"Yang pasti lebih enak dari pada buatan gadis itu kan?"sindirnya

Won yang mencicipi kue itu menatap tajam pada gadis yang baru saja menghina masakannya. Spontan kue yang enak itu langsung dimuntahkannya disamping dirinya di hadapan ketiga gadis desa centil itu.

Won pun segera mengambil minuman yang ada di meja Rembulan, ia segera meminumnya, dan kembali duduk. Ketiga gadis itu sontak kaget, ia tak percaya Won tidak menyukai kue buatan mereka.

 Aku yang melihat itu tertawa geli, aku pun langsung membawa kabur bakwan dan minuman es jeruk peras ke dalam rumah. Aku segera menuju kamar, kuletakan sepiring bakwan dan minuman es jeruk peras di atas meja. Lalu aku duduk di kursi dan mulai menikmati bakwan buatan Won dan juga es jeruk peras yang manis ini.

Halaman rumah,

Won segera duduk kembali ke kursi, seraya berucap "Jadi menurutmu makanan tadi itu ngak enak ya?"

Dengan sombong dan percaya diri, salah satu dari mereka menjawab "Ya tentu saja, bukankah itu buatan Rembulan? Tentu saja sudah pasti tidak enak!"

Won pun mulai kesal, ia pun sengaja memacing ikan lele sialan ( tiga gadis yang ada didepannya).

"Aku akan memberitahumu bagaimana rasa kue ini, rasa kue ini seperti kumparan kerbau yang berendam"ucap Won segera meninggalkan tiga gadis itu.

Tiga gadis itu syok seketika, mereka tidak percaya Won akan mengatakan itu. Mereka pun kesal, lalu pergi dan tak lupa membawa kue buatan mereka bertiga.

Di sepanjang jalan menuju rumah mereka, mereka mencicipi kue itu dan tak percaya akan ucapan Won.

"Em, enak kok!"

"Masa sih kue buatan kita kek kumparan kerbau?"

"Won, itu memang pria menyebalkan!"

"Dia mempermainkan kita seenaknya, emang dia siapa? Meski dia tampan ngak berhak merendahkan kita begitu!"

"Kita akan adukan sifatnya itu pada ayah!"

"Ya, lihat saja nanti. Dia akan menerima akibatnya!"

Won segera masuk ke rumah, ia berjalan menuju kamar Rembulan. Ia melihat Rembulan sedang makan bakwan buatannya. Won pun mendekati kasur dan duduk manis.

Dengan wajah kesal yang masih ada, Won berucap "Mereka semua sudah gila ya? Seenaknya saja mengatakan masakanku ngak enak!"

Aku pun tertawa kecil, "Hahahhaha….mereka hanya ngak tau kalau bakwan ini buatanmu!"senyumku

"Ya, dan itu sangat menyebalkan! Tapi aku berhasil membalas perbuatan mereka"

"Memang apa yang kamu lakukan tadi?"

"Kubilang kalau kue buatan mereka itu kek kumparan kerbau…hahahaa….padahal kue buatan mereka enak! Eh mereka malah menghina masakanku"

"Kumparan kerbau, maksudmu hampir sama seperti kue comberan?"

"Ya tepat sekali, apa hinaan itu sudah membuatnya terluka parah?"

"Ya, itu menusuk sekali!"gumanku.

Malam hari yang indah, angin sepoi-sepoi. Baru saja matahari tenggelam di ufuk barat. Bulan saja baru memunculkan dirinya bersama bintang.

Kami juga baru selesai makan malam bersama, dan beristirahat di ruang tamu.

Won sibuk dengan ponselnya, kakek dan nenek sibuk menonton berita di televisi. S.e.m.e.ntara diriku sedang membaca buku di dekat nenek, duduk di lantai.

"Won, nanti liburan kamu kemana? Kamu pulang ke kota?"tanya nenek

Won berhenti memainkan ponselnya, dan meletakan ponselnya di meja seraya berucap "Tidak Nek! Saya akan pergi liburan bersama teman-teman ke villa"

"Oh begitu, baguslah kalau sudah punya rencana"

Tiba-tiba saja, kami kedatangan tamu. Di luar terdengar keributan yang terus menyebut-nyebut Won.

"Won, keluar kamu!"

"Won, cepat keluar!"

Sontak kami kaget, dan langsung keluar dari rumah. Seketika membuka pintu, kami langsung dikagetkan oleh kehadiran tiga gadis siang tadi dan keluarganya yang marah-marah.

Won yang melihat itu diam saja, s.e.m.e.ntara dari keluarga itu mencegat ayah mereka untuk mengajar Won.

"Hey, kakek tua! Ajarkan pada cucunya untuk tidak menghina putri kami!"

"Maaf, saya tidak mengerti. Ada apa ini?"

"Dengar kakek tua, cuc.u.mu baru saja menghina masakan putriku! Ajarkan cuc.u.mu itu sopan santun agar menghargai orang lain!"

"Baik, saya sungguh minta maaf"ucap kakek.

Tapi Won yang melihat kakek meminta maaf pun mencegatnya,

"Enak saja, kakek tidak boleh minta maaf pada pria yang tidak tahu betul masalahnya ini. Yang ada tiga gadis itu tidak tahu diri. Seharusnya bapak mengajarkan tiga gadis itu sopan santun bukan sebaliknya!"

Amarah ayah dari tiga gadis itu pecah, ia langsung mencoba menghajar Won. Won berhasil menghindari tinjunya.

Lagi, keluarga gadis itu mencegat ayahnya untuk menghajar Won. Mereka memegangi tubuhnya agar tidak menyerang.

Keributan ini pun membuat ketua desa datang, dan beberapa warga lainnya. Mereka mencoba melerai perkelahian ini.

"Tenang, tenang lah. Ini bisa dibicarakan baik-baik!"ucap ketua desa

"Apa yang harus dibicarakan, jelas anak kota ini telah menghina tiga putriku!"

"Menghina bagaimana?"

"Dia bilang masakan putriku bagai kumparan kerbau!"

Orang-orang yang mendengar itu menyimpan tawa kecil mereka.

"Apa benar itu, anak kota?"tanya ketua desa

"Ketua desa, nama saya Won. Nama saya bukan anak kota. Baiklah saya sungguh minta maaf telah melecehkan tiga putri bapak tapi ketahuilah bahwa mereka yang lebih dulu menghina saya. Mereka bilang masakan saya tidak enak, apa saya tidak kesal? Mereka sendiri yang datang pada saya, bukan saya!"

"Itu bohong, kami tidak pernah menghina masakanmu!"bela salah satu gadis

"Benarkah? Lalu kamu sebut apa bakwan tadi siang? Itu tidak enak!"

Kini tiga gadis itu sadar, bahwa bakwan yang disantap Rembulan itu adalah masakan Won. Mereka pun tersipu malu, tak seharusnya mereka menghina bakwan itu jikalau tahu bakwan itu adalah buatan Won.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like