Tak lama kemudian, terlihat sebuah mobil datang dan berhenti di tepi jalan. Mobil itu tak lain adalah mobil Subtel. Lalu keluar lah dari mobil Subtel dan Won. Seketika itu juga spontan Hastin segera bersembunyi, kami pun segera berlari menuju Hastin bersembunyi. Kami segera masuk ke kamar, dan hanya mengamati dua pria itu dari jendela.

Aku memperhatikan Hastin dan Razel yang terus mengamati dua pria itu dari jendela. Aku pun menggelengkan kepala seraya berucap "Kalian berdua mengintip ya? Kenapa ngak menyapanya saja?"

Spontan aku langsung mendapat tatapan tajam dari dua sahabatku, dan mendadak keadaan berubah menjadi dingin. Mereka berdua menundukan kepala.

Hastin pun berucap "A-aku malu!"

"Kamu kenapa sih ngomong aja, bantuin kita kek biar ngak kaku?"sambung Razel

"Eh, kok aku. Emang kalian suka sama siapa?"

Tiba-tiba mereka mulai sahabatku dengan mata berbinar-binar, menatapku dengan hati berbunga-bunga, dimata mereka seperti telah ada cinta.

"Aku menyukai Won, apakah kamu akan marah padaku?"tanya Razel

Aku tersenyum dan menjawab " Tidak, jika memang kalian saling suka ngapain aku menghalangi kalian"

"Kalau begitu, bantu kami biar dekat dengan orang yang kami sukai"ucap Hastin

"Tidak semudah itu, kalau soal Won nampaknya Dio Na menyukainya"

Tiba-tiba terdengar langkah seseorang menuju kemari, ia pun mengetok pintu. Kami serentak berucap "Won datang!". Spontan kami langsung panik, dua sahabatku mulai berkemas.

Setelah selesai berkemas, mereka segera membuka pintu dan pergi.

"Sampai jumpa lagi Rembulan"ucap Hastin berlalu

"Sampai jumpa, nanti aku chat!"sambung Razel.

Saat Razel melewati Won, Razel menundukan kepala karna malu. Won tersenyum manis padanya.

 Setelah mereka pergi, Won masuk ke kamar ini. Ia meletakan barangnya di dekat lemari, sambil mengeluarkan barang dari dalam tas ia berucap "Rembulan, malam tadi menurutmu gimana?"

Aku segera mendekati kasur dan duduk, lalu menjawab "Itu menyeramkan, aku bahkan sangat ketakutan dan ponselku kulempar. Ponselku hancur, aku begitu keras melemparnya hingga ke dinding"

"Astaga, memang apa yang kamu lihat? Bukannya ngak ada hantu ya saat kita video call?"

"Huh, apa kamu tidak memperhatikan Dio Na malam itu? Aku melihatnya, dia bukan Dio Na"

"Sungguh? Aku juga merasa begitu"jawab Won duduk di kursi belajar.

"Memang apa yang kamu tidak merasakan keanehan pada Dio Na saat itu?"

"Ya aku merasakan, kulitnya pucat pasi bagai orang mati dan ketika aku bertemu di perapian ia baik-baik saja. Wajahnya cerah"

"Apa teman-temamu baik-baik saja?"

"Baik, kami keluar dari gedung tua dengan sangat baik. Memang apa sih yang kamu lihat?"

"Dio Na, dia bukan lah Dio Na yang asli. Malam itu yang ada bersama Jingmi adalah sosok perempuan, bermata merah lembam, rambut panjang, kukunya panjang, dan penuh darah. Ia sepertinya mati dengan kondisi terluka sangat parah",

Won kaget, dan ia menarik panas panjang lalu menghembuskannya. Ia merasa sedikit legah karna malam itu tidak ada yang terluka. Tapi Won sedikit kecewa, "Kenapa baru bilang sekarang kalau itu adalah hantu? Huh, aku ingin merekam lebih bagus lagi jika tahu itu memang bukan Dio Na!"

"Huh, apa kamu gila? Itu akan membahayakan nyawamu. Sekarang yang penting kalian baik-baik saja. Emang Jingmi ngak merasa aneh ya saat bertemu Dio Na KW?"

"Tidak, tidak ada yang menyadarinya"

"Huh kalian, kalau melihat cwek cantik langsung aja terhipnotis!"ejekku

"Tapi aku ngak begitu kan? Aku tahu kok itu bukan Dio Na"

"Iya, iya kamu beda. Tapi maaf ya aku ngak menemani kamu sampai keluar gedung. Ya saat aku melihat Dio Na dalam gedung itu, aku spontan melemparkan ponselku hingga semua isinya keluar!"

"Iya, aku paham kok. Kamu ketakutan!"

"Aku kaget!"

"Takut kan?"

"Kaget!"

"Takut!"ejeknya

Hingga kami terus mengejak, dan aku keluar dari kamar ini menuju ruang tamu menemui kakek dan nenek.

Dalam kamar, Won berucap "Kalau takut yang bilang aja, ngak usah banyak alasan. Takut ya takut, kaget ngak usah sampai lempar ponsel kali!"

Ruang makan,

Kulihat nenek dan kakek sedang duduk di kursi. Mereka sedang menikmati minuman teh hangat dan kue gorengan. Aku pun segera duduk di dekat nenek.

Nenek yang melihat Rembulan datang dengan wajah kesal pun bertanya sambil menuangkan minuman teh hangat ke dalam cangkir lalu menyondorkannya dekat dengan Rembulan.

"Ada apa Rembulan? Kamu kesal dengan siapa?"

"Dengan Won, Nek!"

"Ada apa lagi memang?"tanya kakek

"Won bilang aku penakut, kan aku c.u.man kaget!"

"Cucu nenek penakut sama siapa?"tanya nenek

"Hantu!"jawab Won dari jauh yang berjalan mendekat kemari.

"Enak saja, aku ngak takut! Aku c.u.man kaget"

"Banyak alasan, takut ya takut. Kaget ya jangan lempar ponsel!"

Aku pun makin kesal dengan ejekan Won yang merendahkanku, nenek pun menengahi perkelahian kami.

"Sudah, sudah. Rembulan itu tidak takut, hanya saja nenek dan kakek yang minta ia ngak boleh ikut campur urusan hantu"

"Itu benar, kakek yang meminta. Terakhir ketika kamu pergi Rembulan dalam bahaya hanya karna ia ingin menyelamatkan orang lain dalam serangan hantu. Rembulan, kamu masih ingat kan kejadian itu?"

"Iya Kek!"

"Saat itu kamu tidak ada disini, Won. Dan, orang yang diselamatkan itu justru tidak tahu berterima kasih. Ia malah menyalahkan Rembulan, padahal salah ia sendiri mencari gara-gara di tempat angker. Sebagai akibatnya Rembulan kena marah habis-habisan oleh kedua orang tuanya bahkan teman-teman sekolah Rembulan mulai menjauhinya. Gadis itu mungkin sengaja menjebak Rembulan"

"Memang siapa orang itu? Kok berani banget menyakiti Rembulan!"ucap Won ingin tahu.

"Sudahlah, nenek dan kakek akan ke kebun. Kalian mau ikut?"tanya kakek mengalihkan pembicaraan.

"Tidak, aku mau belajar saja di rumah. Sebentar lagi ulangan"jawabku

"Iya aku juga, nanti iteman!"ucap Won mengejekku

"Enak saja, aku tidak begitu tau! Aku serius, aku mau belajar!"jawabku sambil mengambil satu kue gorengan dan secangkir teh hangat lalu membawanya ke kamar.

Saat itu lah Won mencari tahu tentang siapa yang berani menjebak Rembulan dan membuatnya dijauhi teman-teman satu sekolah.

"Kakek, siapa sih orang itu?"tanya Won

"Siapa maksudmu?"

"Yang menjebak Rembulan dan membuatnya dijauhi teman-teman satu sekolah?"

"Ah, tidak penting untuk di bahas. Tak perlu tahu kan!"

"Ayolah Kek, sekali saja? Rembulan kan sahabat masa kecilku, aku juga ingin melindunginya. Bukan kah dia pernah melindungiku, kali ini saja beritahu aku!"

Dengan terpaksa kakek dan nenek memberitahu Won, siapa yang telah membuat hati Rembulan terluka.

"Gadis itu adalah orang kaya di desa ini. Ia dulu berteman baik dengan Rembulan, tidak tahu kenapa ia melakukan semua ini"ucap nenek dengan nada pelan dan perasaan sedih serta kecewa.

"Namanya adalah Dio Na. Ia teman sekelas Rembulan. Dulu Rembulan punya beberapa teman, tapi semuanya menghilang setelah gadis itu mengatakan sesuatu berbalik tentang kejadian itu. Ia bilang Rembulan lah pelaku kekacauan yang membuat dirinya jadi dalam bahaya. Padahal yang sebenarnya Rembulan lah yang telah menyelamatkannya. Itu terjadi ketika masa sekolah menengah pertama. Kamu pergi saat itu. Rembulan benar-benar sedih, ia terpukul. Hingga sekarang ia dijauhi orang-orang. Hanya keluarga Hastin dan Razel yang percaya bahwa Rembulan tak bersalah"jelas kakek

Won pun turut merasa sedih, ia membayangkan jika sekarang posisinya sebagai Rembulan tentu Won juga akan dijauhi oleh teman-teman. Won tidak menyangka ada banyak hal yang telah berubah ketika ia pergi meninggalkan Rembulan.

"Maaf, aku tidak tahu. Seharusnya aku disini saja menaminya!"ucap Won

"Sudahlah Won, sekarang Rembulan merasa lebih baik. Hanya saja ia ketakutan pada orang lain, ia menjauhi siapa saja dan mungkin itu termasuk dirimu. Rembulan pasti tidak ingin membuat setiap orang yang ditemuinya kecewa padanya. Maka dari itu ia berpura-pura takut dan lemah. Ia tidak akan menolong siapapun lagi, ketika orang itu diganggu oleh makhluk harus. Kecuali dua sahabatnya"ucap nenek.

Kini Won mengerti mengapa Rembulan menjauhinya ketika di sekolah, dan ia melihat Rembulan hanya sendirian di kelas tak memiliki banyak teman. Won juga melihat Rembulan tak pernah pergi ke kantin.

Rembulan hanya pergi ke taman atau di kelas saja saat jam istirahat. Won mulai membenci Dio Na yang sengaja menjebak Rembulan. "Jadi gadis itu bukan gadis yang baik seperti yang kulihat. Dia licik ya? Pantas saja ada hantu yang menyukai wujud manusianya"senyum Won berguman dalam hati.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like