Video call masih berlangsung, hingga Won dan dua sahabatnya bertemu kembali. Dio Na pun segera turun dari pundak Jingmi.

"Dio Na, kamu disini juga?"tanya Won

Dio Na hanya tersenyum manis tanpa menjawab pertanyaan Won. Tetapi Won melihat Dio Na, dan merasakan ada yang aneh padanya. Lalu Won pun segera keluar dari gedung tua melalui jendela. Setelah Won di luar, kini giliran Subtel, lalu giliran Jingmi dan Dio Na.

Won memperhatikan Dio Na, ia melihat wajah Dio Na yang berbeda dari sebelumnya. Won masih ingat saat dia bicara dengan Dio Na di kemah, wajah Dio Na cerah saat itu dan sekarang wajahnya pucat pasi bagaikan orang mati. Won yang sadar akan perbedaan itu segera menjaga jarak dengan Dio Na, ia mempercepat langkahnya lebih dulu lalu disusul oleh Subtel, Jingmi dan Dio Na.

Jingmi dan Subtel berjalan lebih dulu, perlahan-lahan Dio Na memperlambat langkahnya dan menghilang seiring angin berhembus.

Jingmi mengajaknya bicara, "Dio Na, kamu baik-baik saja?"

Dio Na tidak menjawab, hingga berulang kali Jingmi menanyakan hal yang sama.

"Dio Na, apa kamu baik-baik saja?"

Tak ada jawaban hingga Jingmi menoleh ke belakang, ia melihat tidak ada siapapun. Ia pun cepata menyusul Subtel yang berjalan lebih dulu.

Halaman depan gedung tua, Won segera mematikan video call tanpa pamit pada Rembulan. Won tidak menyadari bahwa video call dengan Rembulan telah terputus. Ia melihat Dio Na duduk di dekat api unggun bersama dua sahabatnya. Won pun segera menghampirinya. Won memperhatikan Dio Na dengan seksama. Won ingat baru saja ia bersama Dio Na, tapi sekarang Dio Na sudah ada disini dan kulitnya tidak lah pucat bagai orang mati.

Won tersenyum dan mulai bertanya, "Dio Na, apakah kamu sejak awal disini?"

Dio Na tersenyum dan senang melihat Won kembali, "Iya, kenapa? Kamu kangen aku?"

Won tersenyum dan mengelus kepala Dio Na, "Tidak, nanti kujelaskan deh setelah Rembulan memberi klarifikasi padaku. Ya sudah, aku tidur dulu ya. Malam sudah larut, aku takut sesuatu terjadi disini. Jadi lebih baik kalian istirahat saja"sarannya.

Jingmi dan Subtel melihat Dio Na telah berada di perapian pun segera mendekati. Jingmi pun dibuat keheranan, ia berguman dalam hati "Bukankah Dio Na tadi ada di belakang? Kok dia sudah tiba disini lebih dulu? Ah sudahlah, mungkin dia mengambil jalan pintas."

Akhirnya semuanya pergi ke tenda masing-masing, dan tidur dengan lelap. Sebelum tidur mereka berdoa meminta perlindungan kepada Tuhan.

Sisi lain, kamar Rembulan.

Terlihat dalam video call, Won bertemu dengan dua sahabatnya. Video call juga memperlihatkan Dio Na ada disana, dan spontan membuatku takut. Aku pun langsung melemparkan ponselku.

"Bukkkkk"ponsel mengenai dinding hingga mengeluarkan suara yang keras. Ponsel pun terpecah, bagian ponsel berserakan dimana-mana bahkan baterainya pun keluar dari ponsel.

Razel dan Hastin yang melihat itu kaget, mereka langsung bertanya.

"Ada apa Rembulan?"tanya Hastin

"Apakah ada sesuatu yang aneh?"tanya Razel

"Menyeramkan, dia….dia menakutkan sekali! Aaaaaa…..aku takut!"ucapku berteriak dan segera menyelimuti diri dengan selimut.

S.e.m.e.ntara dua sahabatku kebingungan, suara teriakan itu pun mengundang kakek dan nenek untuk segera datang ke kamar Rembulan. Dari luar kamar terdengar ketokan pintu dan suara kakek yang memangil Rembulan.

"Rembulan, kamu baik-baik saja?"tanya kakek

Razel yang mendengar suara itu pun segera membuka pintu, dengan ekspresi cemas dan ketakutan Razel berucap "Rembulan! Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya"

Kakek dan nenek pun segera mendekati Rembulan, merea mencoba membuat Rembulan tenang.

"Rembulan, ini nenek. Keluarlah, kita bicarakan. Apa yang membuatmu takut?"

Mendengar suara nenek aku segera keluar dari selimut dan langsung memeluk erat nenek, seraya berucap "Nenek, aku melihat hantu. Aku video call dengan Won, dan melihat Won bertemu dengan dua sahabatnya, dan Dio Na. Wajahnya pucat, ia bukan Dio Na. Dia bukan Dio Na, Nek!"

Nenek memeluk erat cucunya, dan mengelus-elus rambutanya. Seraya berucap, "Rembulan, apakah ada yang menjelma menjadi sahabatmu?"

Aku segera melepas pelukan, dan memang ke depan. "Ia menjelma menjadi Dio Na, apakah itu tandanya baik?"

Kulihat kakek, ia mengelengkan kepala. "Tidak, hantu tidak lah boleh menjadi manusia atau hantu tidaklah hidup bersama manusia. Tapi sudahlah, mungkin ini hanya sesaat"ucap kakek

"Rembulan, tidak apa-apa. Mungkin kamu bisa memberi saran pada Won agar tidak berkemah disana"

"Baiklah Nek, maaf aku menganggu tidur nenek dan kakek"

"Tidak apa, sekarang lebih baik kalian tidur. Ini sudah larut malam, nanti kalian bangun kesiangan"saran nenek.

Lalu nenek dan kakek segera keluar dari kamar dan pergi menuju kamarnya. Razel dan Hastin pun segera mendekati Rembulan dan menanyakan apa yang telah dilihatnya.

"Rembulan, tadi kamu lihat apa sih? Padahal kan c.u.man Dio Na saja"ucap Hastin

"Iya, tadi kamu bilang ada yang menjelma menjadi Dio Na. Sebenarnya dia bagaimana?"sambung Razel.

"Sudahlah, besok saja. Aku ingin tidur sekarang, semuanya membuatku lelah dan kenapa? Kenapa harus terjadi?"jawabku segera membaringkan diri dan menyelimuti tubuh dengan selimut.

Halaman gedung tua, High School 7.

Pagi hari yang cerah, matahari bersinar indah. Matahari telah berada di ufuk timur. Suasana pagi yang indah, dengan udara yang sejuk dan sedikit dingin. Teman-teman yang telah bangun segera berolah raga lalu bergegas membereskan tenda dan bersiap pulang.

Sebelum pulang, mereka semua berfoto bersama di depan gedung tua. Mereka semua berfoto dan katakan "Cis!".

Pagi yang indah, terbangun dari mimpi indah. Melihat di jendela, di luar telah ada matahari yang bersinar terang. Aku pun segera bangun dan langsung mendekati jendela lalu membukanya. Menikmati pemandangan indah pagi hari yang cerah, dan dua sahabatku baru saja terbangun.

"Pagi Rembulan"sapanya

"Pagi Razel"jawabku melihat Razel terbangun lalu disusul oleh Hastin.

"Pagi Razel, Rembulan"ucap Hastin

"Pagi Hastin, ayo kita keluar dan berolah raga"ajakku.

Kami pun segera keluar dan berolah raga di halaman. Menggerak-gerakan tubuh dan menikmati cahaya matahari yang indah.

"Pagi yang cerah ya, kebetulan hari ini hari minggu. Kita akan kemana?"tanya Hastin

"Aku sibuk belajar untuk ulangan, nanti setelah itu baru mikirkan libur"jawabku

"Ngak stress kah belajar terus?"tanya Razel

"Kali ini aku harus belajar lebih, kan setelah ulangan akan ada libur besar. Nah, aku akan ke Negeri Flower menemui teman-temanku, jadi aku ngak boleh ada remedy saat ulangan nanti. Kan kacau kalau aku ikut remedy dan kalian kan tahu, jika aku remedy, Dio Na akan mengejekku!"

"Ih, iya benar. Tapi belajar terus juga ngak baik, emang apa sih yang mau kamu dalami ilmunya?"tanya Razel

"Sekarang bukan soal ilmu, tapi soal Dio Na. Bagaimana caranya agar sosok yang menjelma sebagai Dio Na tidak menganggu"

"Oh soal tadi malam, kamu serius mau mengalahkan dia?"

"Siapa yang mau mengalahkan dia? Aku c.u.man ngak mau temanku, Won diganggunya"

"Begitu, baiklah. Aku juga ngak akan biarkan Subtel diganggu olehnya"ucap Hastin yang mendadak mengundang kami mengejeknya.

"Cieee..Subtel dibelain"ejek Razel

"Tau nih, salting aja sama Subtel"ucapku

Hastin pun tersenyum manis dan menyimpan rasa malunya, "Heheee..(tawa kecilnya, nyengir sendiri) ya begitulah, namanya juga orang lagi jatuh cinta!".

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like