Siapa sangka harapan dan keinginan Jingmi berkencan buta dengan Dio Na akan terjadi. Dio Na datang dan melihat Jingmi merokok. Jingmi yang melihat kedatangan Dio Na segera mematikan rokoknya. Ia melempar rokoknya ke tanah dan menginjaknya hingga mati. Dio Na mendekati Jingmi dengan senyuman manis. Ia sangat sedekat bahkan ia mulai mengoda Jingmi.

Menyentuh wajah Jingmi, "Jingmi sayang, kenapa? Kamu tidak mengatakannya bahwa kamu suka padaku?"

S.e.m.e.ntara Jingmi hanya terdiam, ia merasa ini adalah mimpi. Spontan Dio Na pun memeluk erat tubuhnya, hingga kehangatan pun menyelimuti diri pria ini.

"Apa ini mimpi?"tanya Jingmi menjauhkan tubuhnya dari Dio Na.

"Tidak, ini adalah nyata!"jawab Dio Na

"Baiklah, aku akan mencubit tanganku. Awww…sakit!"ucap Jingmi. Jingmi pun merasa ini bukanlah mimpi, ini adalah kenyataan. Jingmi pun bertanya pada Dio Na, "Kenapa kamu kemari? Bukankah kamu membenciku?"

"Tidak, aku hanya tidak ingin dilihat oleh orang lain. Jingmi sayang, maukah kamu berkencan denganku?"tanya Dio Na mengodanya.

Jingmi tersenyum lalu menarik tangan Dio Na untuk pergi memasuki gedung tua bersama. Jingmi melupakan senter yang dibawanya. Dio Na pun tersenyum manis dan sangat senang pergi berkencan dengan Jingmi.

Mereka masuk dari jendela yang dapat di buka, Jingmi membantu Dio Na untuk masuk ke dalam. Setelah Dio Na masuk, lalu Jingmi masuk ke dalam. Jingmi pun membawa Dio Na ke tempat yang sepi untuk berkencan.

Mereka pergi ke ruang kesehatan siswa. Di mana disana ada kasur empuk untuk berkencan dan penerangan yang baik. Kasur itu terletak di lantai, Jingmi segera menarik kain putih yang menyelimutinya. Kini terlihatlah kasurnya, yang masih bersih disertai bantal yang empuk. Dio Na segera duduk di kasur itu dan begitu juga dengan Jingmi.

Dio Na mulai mengoda Jingmi, "Jingmi sayang, malam ini kamu sangat tampan. Aku tidak sabar untuk berkencan denganmu!"

"Benarkah? Aku juga, aku ingin menciummu!"

Spontan Dio Na segera mendekati Jingmi hingga sangat dekat, lalu mereka saling berpelukan dan berciuman. Bibir merah yang manis, dan hasrat yang sudah lama dalam lubuk hati pun segera mengalir keluar.

Jingmi mulai menyentuh tubuh Dio Na, bahkan ia meremas bagian tubuh Dio Na hingga Dio Na pun segera membuka pakaiannya untuk membuat Jingmi semakin bergairah. Hingga Jingmi pun melakukan hubungan intim dengan Dio Na. Dirinya sangat bergairah malam ini, dan Dio Na berkali-kali mengeluarkan kata klimaks.

Jingmi pun tak henti-hentinya membuat Dio Na kenikmatan, hingga sesuatu yang janggal tak pernah diduganya. Sesuatu yang mengerikan telah terjadi. Namun semua telah terlanjur, ia melakukan hubungan intim dengan Dio Na dan gairah yang tak habisnya.

Sisi lain, keberadaan Won dan teman-teman di halaman gedung tua. Subtel yang berada di dekat Won pun mulai mencemaskan Jingmi yang tak kunjung kembali. Subtel melihat Won dan Dio Na berbincang. Ia mulai melemparkan kerikil ke arah Won dan mengenainya. Won segera melihat ke arah Subtel.

"Jingmi belum kembali, dia kemana ya?"tanya Subtel

"Oh mungkin dia sibuk, mungkin saja sedang menghubungi seseorang. Atau merokok!"

"Oh ya baiklah, aku tak perlu cemas kan?"

"Tidak"

"Sudahlah, dia akan baik-baik saja. Jangan khawatir!"ucap Dio Na

"Ya kupikir ia sudah terlalu lama untuk pergi"

"Itu biasa kan, ia sudah bilang kan sama kita kalau dia sedang mencari udara segara"ucap Dio Na.

Subtel pun terdiam, lalu ia kembali bernyanyi bersama teman-teman yang lain. Teman-teman telah menganti lagu untuk kedua kalinya dan Jingmi belum juga kembali. Subtel mengkhawatirkan sahabatnya itu hingga bernyanyi saja ia selalu berhenti dan memikirkan sahabatnya, lalu bernyanyi kembali.

Diam-diam dua sahabat Dio Na mengirim pesan pada Dio Na. Ponsel Dio Na mulai bergetar, ia pun segera melihat ponselnya, dan telah menerima pesan dari dua sahabatnya.

"Dio Na, temani ke toilet!"

Dio Na tersenyum dan membalas pesan itu, "Oke"

Dio Na segera berucap pada Won, "Won, aku dan dua temanku ke toilet dulu ya"

Won menjawab sambil menepuk kedua tangannya mengikuti alunan lagu, "Ya, jika perlu bantuan panggil saja aku"

"Ya, akan kuingat"jawab Dio Na segera pergi menuju dua sahabatnya yang telah menunggu.

Tidak lama setelah kepergian Dio Na, Jingmi datang. Jingmi tersenyum manis dan langsung bergabung. Duduk di samping Subtel. Jingmi pun belum melihat Dio Na kembali, ia berpikir Dio Na masih sibuk mempersiapkan dirinya setelah berhubungan intim. Jingmi pun meletakan senter didekat Subtel.

Subtel yang di sampingnya, melihat Jingmi datang segera bertanya "Kamu dari mana saja?"

"Kan sudah kubilang, aku mencari udara segar! Sekarang lebih baik rasanya"

"Bagus lah kamu baik-baik saja, tadi aku mengkhawatirkanmu karna tak kunjung kembali"

"Oh, terima kasih sudah mengkhatirkanku"senyumnya

Terlihat Dio Na dan dua sahabatnya kembali, Jingmi hanya tersenyum padanya tapi Dio Na tidak membalasnya. Dio Na segera kembali duduk di dekat Won.

Subtel pun memberi isyarat pada Won dan Jingmi untuk pergi. Won pun berdiri dan ingin pergi, tapi Dio Na menghentikannya.

"Won, mau kemana?"tanya Dio Na

"Sebentar pergi, kamu disini saja. Jangan kemana-mana ya?"jawab Won

"Iya, aku akan tetap disini"

Lalu Won pergi dengan dua sahabatnya. Mereka segera mengambil kamera dan senter untuk memasuk ke gedung tua. Kali ini mereka akan mencari tahu soal suara langkah kaki dan perdebatan dua anak perempuan itu.

Mereka mulai mengenakan kamera di kepala, dan menyalakan senter untuk menerangi jalan mereka. Mereka masuk kembali ke gedung tua melalui jendela yang pernah mereka lewati sebelumnya.

Mereka kembali menyesuri tiap lorong gedung, bahkan mereka kembali naik ke loteng. Mereka memeriksa setiap sudut ruangan dan memastikan tidak ada orang disini. Mereka pun melakukan siaran langsung, vlog yang di tonton oleh teman-teman di luar.

Rumah Rembulan,

Setelah makan malam bersama, kami segera kembali ke kamar. Aku duduk di kursi belajar, s.e.m.e.ntara dua temanku di kasur. Razel membuka ponselnya, dan membuka pesan grup. Ia mendapat pemberitahuan bahwa Won dan dua sahabatnya kembali melakukan vlog di gedung tua sekolah.

"Rembulan, lihat ini! Cepat!"ucap Razel

Hastin yang didekatnya segera mendekati Razel dan melihat vlog yang masih berlangsung, aku pun segera mendekati Razel dan melihat vlog itu. Kami bertiga menonton vlog yang dibuat sedang berlangsung. Vlog yang dibuat oleh Subtel.

Suasana hening dan mencengkam terasa hingga kemari, bahkan kami tak membicarakan apapun selain focus menonton. Terdengar suara langkah kaki tak jauh dari Subtel dan dua sahabatnya. Mereka mulai mengejar suara langkah kaki itu.

Dalam vlog, Subtel dan dua sahabatnya bicara. Mereka mengatakan apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan.

"Kalian dengar, suara langkah kakinya dari sana"ucap Subtel

"Tidak, disana!"ucap Jingmi

"Mungkin ada dua orang disini, bagaimana kalau kita berpencar!"saran Won

"Baiklah, Won. Kamu mulai vlogmu?"

"Oke tenang saja, kita berpencar bertiga. Jika ada apa-apa segera berteriak minta bantuan, atau lakukan apapun agar kami segera datang membantu"ucap Jingmi

"Ya, akan kulakukan jika aku dalam kesulitan"jawab Won.

Mereka pun segera berpencar, vlog yang kami lihat mulai memperlihatkan kemana Subtel pergi.

Tiba-tiba ponselku berbunyi, aku pun segera pergi mengambil ponsel di atas meja belajar. Melihat ponsel telah mendapat telpon dari Won, aku pun segera menerimanya. Won melakukan video call denganku. Aku tersenyum dan menyapanya.

"Hay, apa kabar?"tanya Won

"Baik, bagaimana denganmu"

"Aku juga baik, baiklah. Aku memalingkan video call kita, jadi kita akan tetap terhubung dan kamu akan membantuku. Aku melakukan vlog juga, hanya saja tidak langsung. Masih merekamnya"

"Baiklah, tidak masalah"

Won mulai mengubah kamera depan menjadi kamera belakang, dan aku mulai melihat pemandangan yang ada di gedung tua. Won mulai berjalan menelusuri tiap ruangan hingga naik ke lantai dua.

Aku segera membawa ponselku mendekati dua sahabatku, dua sahabatku pun memperhatikan ponselku.

"Kamu video call dengan Won?"tanya Razel

"Iya, kalian kan melihat vlog Subtel"jawabku

"Wah, hallo Won. Sudah menuju lantai berapa?"tanya Hastin

Won menjawab, "Lantai dua menuju ruang kelas 2, semuanya kacau disini. Ya lampunya mulai berkedap kedip. Terima kasih telah menemaniku"

"Tidak masalah, baiklah kami akan mengamati dari sini"ucap Razel

Kamu pun mulai memperlihatkan vlog Subtel yang siaran langsung dan merendahkan volume suara, bersamaan dengan video call dengan Won dan meninggikan volume suara. Menjaga jarak dua ponsel agar suaranya tetap terdengar.

Dalam video call, terdengar suara langkah kaki tepat di lantai 3. Won pun berpaling, dan tak jadi membuka pintu untuk masuk ke ruang kelas 2.

"Kalian dengar, suaranya dari lantai 3. Ini entah kenapa anginnya jadi sangat dingin, aku mulai kedinginan. Aku akan memeriksa ruang kelas lainnya"

"Won, sebaiknya kamu turun ke lantai satu sekarang. Tidak perlu ke lantai 3 atau lantai 2 ini"saranku

"Ada apa? Apa kamu melihat sesuatu?"tanya Won

"Aku rasa seseorang mengikutimu, dia dilangit-langit"

Won segera melihat ke langit-langit, dan kamera ini menunjukan tidak ada apa-apa di langit-langit.

"Tidak ada apa-apa, kamu jangan bercanda deh!"

"Bukan begitu maksudku, aku sudah lama bersekolah disana selama 2 tahun. Aku tahu siapa saja yang ada disana, tapi yang ini berbeda. Entah, aku tidak bisa menjelaskannya padamu. Tapi sekarang, turun ke lantai satu sekarang!"

"Huh, kamu sedang ketakutan atau mengkhatirkanku?"tanya Won, yang seketika itu juga dua sahabatku tersenyum manis.

Aku dengan ekspresi kesal menjawab, "Tidak, baiklah. Silahkan naik ke lanti 3 sekarang"

Won pun naik ke lantai 3, semua baik-baik saja sekarang dan tidak ada hal yang aneh.

Tiba-tiba Won melihat seseorang melintas di lantai 3 ini, ia segera mengejar orang itu dna tertuju pada sebuah ruangan. Ruangan yang tidak terkunci, Won segera masuk dan memeriksanya. Tapi tidak ada siapa-siapa disini. Setelah itu Won kembali keluar, dan ia mulai memeriksa ruangan yang lainnya, suasanya pun semakin mencengkam di tambah dengan keheningan yang terus berganti suasana.

Sisi lain, keberadaan Jingmi.

Jingmi berjalan menelusuri ruangan toilet perempuan, yang keadaanya sangat buruk. Temboknya ada yang hancur, corat-coret tembok, pintu toilet yang rusak, namun air kran yang masih berfungsi. Ia mulai memeriksa setiap sudut ruangan. Langkahnya terhenti tepat di depan cermin yang buram. Ia pun segera mengambil sapu tangannya dan membersihkan cermin.

Satu gosokan mulai memperlihatkan dirinya sedikit, namun tak disangka ada seseorang dibelakangnya. Ia tersenyum manis, seketika itu juga Jingmi langsung menoleh ke belakang namun tidak ada siapapun. Jingmi pun kembali membersihkan cermin itu hingga memperlihatkan dirinya sepenuhnya. Lalu berucap di depan cermin, "Kamu memang tampan, dan berhak mendapatkan Dio Na meski ia tak mengakui dirinya bahwa ia mencitaiku"senyumnya. Kemudian Jingmi pergi meninggalkan tempat ini menuju ruangan lainnya.

Saat itulah cermin menunjukan bayangan seseorang, seorang perempuan yang tersenyum manis, wajahnya menutupi rambutnya. Tiba-tiba perempuan itu berubah menjadi sosok yang menyeramkan. Kulitnya penuh darah dan luka, ia mulai menunjukan tangannya yang memiliki kuku panjang dan darah. Menyentuh cermin, dan menghilang.

Jingmi hendak memasuki ruangan, namun dirinya mendengar suara langkah seseorang yang semakin dekat. Jingmi pun mengarahkan senter ke arah gelap dimana suara langkah itu. Senter pertama menyorot penampakan seorang perempuan berpakaian putih, dengan mata merah lembam yang melihat ke arahnya. Jingmi yang melihat itu segera menjauhkan senter ke arahnya. Rasa tak percaya melihat hantu, Jingmi kembali mengarahkan senter ke arah gelap. Ia menarik napas panjang hingga tak menghembuskannya sedikit pun. Ia kembali melihat hantu perempuan itu yang semakin dekat. Jingmi kembali menjauhkan senternya. Lorong itu kembali gelap. Ia mulai mengucek-ucek matanya, ia merasa matanya tak beres sekarang ini.

Kembali terdengar jelas suara langkah seseorang yang sedang berlari ke arahnya, perlahan-lahan lampu yang mati itu menyala dan memperlihatkan Dio Na berlari menuju arahnya. Jingmi pun menghembuskan napasnya dengan legah, ia tersenyum manis.

Dio Na yang berlari teregah-egah berhenti tepat di depan Jingmi, ia menundukan kepala ke bawah dan  menghembuskan napas panjang. Lalu bernapas normal dan berucap "Kamu kemana saja? Aku masih ingin bersamamu"sambil tersenyum manis.

Jingmi tersenyum, "Baiklah, tapi bukankah kamu sedang kelelahan dan tidur. Jadi aku pergi saja, dan kamu sudah bangun ternyata"

Wajah kesal ditunjukannya pada Jingmi, "Kamu yang pergi, aku akan menemimu disini"

"Iya, maaf. Aku ngak akan pergi lagi kok"ucap Jingmi mencoba membuat Dio Na tidak marah lagi. Ia pun memeluk erat Dio Na dan mencium bibirnya. Jingmi menjauhkan Dio Na darinya.

"Ada apa?"tanya Dio Na

"Tidak ada, sini naik aku gendong kamu!"

Dio Na pun segera naik ke pungung Jingmi. Jingmi mulai berjalan dan menelusuri tiap ruangan bersama Dio Na. Tapi keanehan pun dirasakan Jingmi, yakni ringannya tubuh Dio Na. Ia bahkan tak merasakan membawa beban di badannya. Tapi ia mampu merasakan lembutnya tubuh gadis ini.

Saat Jingmi melewati kaca yang memantulkan bayangan, terlihatnya yang sesungguhnya telah terjadi. Jingmi sedang mengendong hantu perempuan berambut panjang, pakaian putih, mata lembam, penuh darah di tubuhnya dan kukunya yang panjang. Jingmi tak melihat itu, ia hanya berjalan lurus dan bicara dengan Dio Na. Dio Na melihat ke arah cermin tersenyum manis, ia melihat dirinya yang perlahan-lahan bayangan itu sirna. Hantu tidaklah memiliki bayangan seperti manusia, namun ia menjelma menjadi manusia dan memiliki banyangan. Dimana jika ia bertemu dengan cermin yang memantulkan bayangan akan menunjukan kebenaran siapa dirinya.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like