Kantin sekolah,

Won dan teman-temannya segera berjalan menuju kantin, setelah dari ruang kepala sekolah meminta ijin untuk berkemah di halaman gedung tua. Kedatangannya telah ditunggu oleh teman-teman sekelas.

Subtel yang datang  segera berucap, "Teman-teman, kami baru saja di ruang kepala sekolah. Kami meminta ijin ke kepala sekolah untuk berkemah di halaman depan gedung tua, dan kepala sekolah memutuskan…..untuk mengijinkan kita berkemah disana!"

Spontan mereka semua bersorak gembira, Dio Na yang mendengar itu pun senang.

"Kali ini aku akan bersama Won, dan Rembulan tidak akan ikut!"guman Dio Na dalam hati.

Won hanya diam saja melihat teman-teman sekelas senang, ia pun segera pergi meninggalkan kantin tetapi langkahnya dihalangi oleh Dio Na.

"Ada apa?"tanya Won

"Kamu mau kemana? Kamu kan belum jelasin kita harus bawa apa?"

"Bawa saja barang yang penting"jawab Won segera pergi meninggalkan Dio Na.

Jingmi yang melihat Dio Na kesal ditinggalkan Won, segera menghampirinya. Ia mencoba menarik perhatian Dio Na.

"Dio Na, bertanya saja padaku. Aku akan memberitahumu apa saja yang akan dibawa!"

Dengan kesal Dio Na menjawab, "Ih apa-apan sih kamu! Aku maunya sama Won, bukan kamu!"

Dengan santai Jingmi menjawab, "Memang aku sama Won beda ya? Kalau dilihat gantengnya sih udah pasti gantengan aku!"

"Euh, amit-amit dah"jawab Dio Na segera pergi meninggalkan Jingmi.

Ketua kelas yang melihat tingkah Dio Na tertawa, ia pun segera pergi meninggalkan kantin menuju ruang kelas. Ia ingin melihat Rembulan sedang apa sekarang.

Namun begitu di depan ruang kelas, ia mendengar suara Rembulan berbicara dengan Won. Ketua kelas pun segera mengintip pembicaraan mereka berdua.

Won, pria menyebalkan datang dan menanyakan sesuatu padaku. Ia menghadap diriku.

"Rembulan, apa nanti kamu akan ikut berkemah?"

"Tidak, aku tidak akan ikut"

"Kenapa? Bukannya kamu suka melihat bintang ya?"

"Iya aku suka, tapi kalau berkemah aku tidak suka!"

"Apa karna kamu takut?"

"Aku memang takut, lalu apa urusanmu?"

"Kapan kamu ngak takut? Kamu selalu saja takut bahkan dengan hal kecil sekali pun, aku ini teman masa kecilmu jadi jangan dipikir aku tidak tahu apapun soal kamu ya!"

"Teman masa kecil yang menyebalkan, kamu saja pernah meninggalkanku. Jadi aku tidak akan percaya denganmu lagi"

"Aku pernah meninggalkanmu? Kapan?"

"Dasar pelupa!"

Won pun mulai mencoba mengingat moment masa kecilnya bersama Rembulan, mencoba mengingat dirinya yang pernah meninggalkan Rembulan sendirian. Namun Won tak dapat mengingat moment itu.

"Aku tidak ingat, bisa ceritakan bagaimana itu terjadi?"

"Kau meninggalkanku ketika kita belum masuk ke rumah hantu, kamu pergi ke kota"

Won pun mulai mengingat moment itu, ya sebuah moment dimana ia pergi berdua ke pasar malam. Dimana saat  mereka ingin masuk ke rumah hantu, kedua orang tua Won datang menjemput dirinya. Malam itu, adalah malam perpisahan dengan Rembulan.

"Ya soal itu, maaf. Tapi aku tidak meninggalkanmu sendirian di gedung angker atau tempat angker lainnya kan?"

"Ya, tentu saja tak pernah karna aku tak pernah ikut denganmu"

"Jadi agar kamu tahu bahwa aku pria yang baik sedunia dalam hidupmu, ikut kemah ya?"

"Ngak mau!"

"Plis!"mohonya bagi anak perempuan.

"Tidak, ya tidak. Aku sibuk tau, gini aja deh. Kalau kalian dalam keadaan darurat. Kamu boleh hubungi aku, ya aku akan segera datang!"

"Oke, setuju!"

"Sebenarnya kamu ngajakin aku karna pelidungan kan?"

Won tersenyum manis, "Iya, soalnya takutnya sesuatu terjadi diluar dugaan. Kan c.u.man kamu yang bisa nyelamatin!"

"Huh dasar, ada maunya!"

Hastin dan Razel membawa makanan dan minuman di tangan mereka. Mereka berjalan menuju ruang kelas dan melihat ketua kelas sedang mengintip pembicaran seseorang.

Hastin pun berdeham, "Ehem…"

Ketua kelas segera berpaling dan melihat Hastin dan Razel ingin lewat. Ketua kelas pun segera memberikan jalan pada mereka. Di ruang kelas, Hastin dan Razel melihat Rembulan berbicara dengan Won. Mereka segera menghampiriku, dan meletakan minuman dan makanan yang dibeli.

"Tolong habiskan ya! Jangan kasih Won"ucap Razel

"Emang siapa yang mau minta?"ucap Won

"Tentu saja kamu, kamu ngapain disini nanti yang ada teman-teman salah sangka kamu sama Rembulan tau!"

"Ya, aku kan teman masa kecil Rembulan. Memang ngak boleh kah aku dekat dengannya? Siapa yang mau marah? Sini marahin aku aja!"

Hastin mengelengkan kepala, lalu menarik tangan Razel untuk segera duduk di bangku belajarnya.

Aku pun tersenyum lalu segera minum, dan berucap "Won, benar apa yang diucapkan Hastin dan Razel. Sebaiknya kamu kembali ke bangkumu, nanti ada yang lihat dan salah sangka sama kita. Kamu tahu kan gadis aneh ini ngak pantas untuk berteman dengan orang yang lebih tinggi!"

"Apa sih maksudmu? Apa kamu lupa kita ini sahabatan sejak kecil. Aku mau kok diperlakukan sama sepertimu, asal aku bisa melihat temanku ini tersenyum"

"Won, kamu memang keras kepala ya!

"Aku sebenarnya melihat Dio Na sengaja membuatmu terjatuh, aku yakin dia membencimu. Tapi kenapa? Apa kamu punya salah dengannya? Aku datang kemari bukan hanya untuk sekolah, aku datang untukmu. Bukankah aku sudah pernah berjanji padamu bahwa aku ngak akan lama meninggalkan kamu"

Aku tersenyum, Won masih mengingat janji-janji yang kami buat bersama. Pria ini memang seperti dulu.

Bel sekolah kembali berbunyi tanda pelajaran kembali di mulai. Ketua kelas pun masuk, Won segera kembali ke bangku belajarnya. Dio Na dan teman-teman segera masuk ke ruang kelas, mereka melihat Rembulan dekat dengan Won. Dio Na pun kembali dibuat cemburu, ia menatap Rembulan dengan kebencian.

Lagi-lagi aku melihat ketua kelas tersenyum, namun entah ia tersenyum untuk siapa. Mengarah padaku? Apakah aku baru saja melihat ketua kelas tersenyum padaku? Ekspresinya selalu datar pada orang lain tetapi mengapa ia tersenyum seperti ke arahku. Senyumannya yang manis dan wajahnya yang tampan, sifatnya yang dingin dan misterius membuatku tidak dapat memahaminya.

Teman satu kelas pun telah masuk semuanya, Dio Na meminta perhatian kami semua sebelum guru masuk ke kelas memberi pelajaran. Dio Na dan temannya maju ke depan.

Dio Na mulai berucap, "Teman-teman mohon perhatiannya, mohon diam sebentar!"

Sontak kami semua diam, dan aku melihat Dio Na bicara di depan.

"Seperti kita tahu bahwa kepala sekolah telah memberi ijin maka kita harus mempersiapkan sesuatu sebaik mungkin untuk kemah kita. Nah hal utama yang harus kita lakukan ketika disana…apa ya? Won bisakah kamu menjelaskan sesuatu agar kita baik-baik saja selama perkemahan?"ucapnya melemparkan pertanyaan pada Won.

Won pun mulai sedikit kesal, Dio Na tak henti-hentinya menganggu dirinya. Dio Na sangat tidak suka ada gadis yang merepotkan dirinya bahkan dari penampilannya saja Won sudah bisa menebak bahwa gadis itu nakal. Itu juga terbukti karna dia ketahuan Won telah mengusili Rembulan.

Teman-teman pun segera melihat ke arah Won, Won diam dan cuek saja. Tanpa di duga ia mengeluarkan kata-kata yang menyakiti perasaan teman-teman terutama Dio Na. Won berdiri untuk menjawab pertanyaan Dio Na.

"Yang pertama ya, jangan ikut jika tidak berani. Kedua, jangan membawa orang manja. Ketiga, jangan tanya aku, kalian harus bagaimana. Aku bukan guru kalian, aku tidak memaksa kalian untuk ikut. Dan kamu, Dio Na lebih baik berhentilah mulai dari sekarang mengusikku. Aku tidak suka diganggu oleh cwek yang hatinya busuk. Lagi pula kemah ini hanya untuk orang yang ingin menguji nyalinya, belajar mandiri, bertanggung jawab dan bukan sekedar kemah mencari perhatian"ucap Won langsung duduk dan tak peduli dengan tatapan teman-teman.

Dio Na yang mendengar ucapan Won begitu, ia mulai kesal. Ia pikir ini adalah salah Rembulan. Rembulan telah mempengaruhi Won. Dio Na pun mencari cara agar Won menarik ucapannya. Ia mulai berpura-pura baik pada Rembulan, dan menanyakan sesuatu.

"Rembulan, apakah kamu akan ikut berkemah? Aku ingin kamu ikut!"ucapnya sambil tersenyum penuh makna dan tangannya saja memberi isyarat memaksaku untuk ikut.

"Ya tentu, aku akan ikut. Ini pasti menyenangkan!"jawabku sambil tersenyum terpaksa.

"Nah, teman-teman. Rembulan akan ikut, jadi semuanya akan ikut. Ini pasti menyenangkan!"senyumnya yang kemudian kembali ke bangkunya.

Won tidak tersenyum ketika Rembulan mengucapkan ia akan ikut, Won yakin ini bukanlah keinginan Rembulan melainkan paksaan dari teman-temannya.

Tak lama kemudian, guru datang untuk memberi pelajaran. Kami semua menyambut kedatangannya dan memberi salam. Setelah itu ia memulai pelajarannya, ia mulai menjelaskan pelajaran hari ini dengan baik dan lancar.

Jam pulang sekolah,

Aku segera pergi menuju area parkir, Won tahu jika ia mengejar Rembulan sekarang yang ada Dio Na akan melakukan hal yang tidak-tidak pada Rembulan. Karna itu lah Won mendekati Dio Na, mencoba mengalihkan perhatian untuk Rembulan.

Hastin dan Razel segera menyusul Rembulan, di area parkir kami bertemu dan langsung pergi meninggalkan sekolah. Dalam perjalanan pulang, kami membicarakan mengenai perkemahan dan sikap Dio Na tadi.

"Ia mengancammu lagi kan?"tanya Hastin

Aku hanya diam saja, dan terus mengayuh sepeda.

"Tapi kupikir tadi Won baru saja Dio Na, apa mungkin Won sudah menyadari jika Dio Na adalah gadis yang buruk sifatnya!"ucap Razel.

"Won itu teman masa kecilku, aku tahu ia melakukan hal terbaik untukku. Ia juga pernah melihat diriku diperlakukan seperti itu ketika duduk dibangku sekolah dasar. Won hanya ingin mengalihkan perhatian Dio Na saja"jawabku

"Heh, jadi kalian saling melindungi? Ya ampun kalian benar-benar memiliki persahabatan yang tidak dimiliki oleh orang lain"

"Itu benar yang diucapkan Hastin, aku jadi iri!"sambung Razel

"Apa yang harus kalian iri kan? Won tidak selamanya begitu. Yang jelas aku malah iri dengan kalian, kalian memiliki banyak teman"jawabku

"Tapi tidak ada teman yang sepertimu, kamu beneran ikut ngak sih berkemah nanti?"

"Tidak, aku hanya sebagai plampiasan Dio Na untuk menyakinkan Won bahwa aku ikut"

"Oh begitu, kami ke rumahmu ya nanti? Kami menginap disana saja!"

"Mau tidur dimana kalian?"

"Di kamarmu lah, atau dimana saja. Kami tidak ingin Subtel datang menjemputku!"ucap Hastin sedih.

"Cieh, Subtel ya! Apa ia mulai mendekatimu?"tanyaku

"Iya, benar. Sejak ia ke kelas kita loh, ini menyebalkan!"

"Menyebalkan bagaimana?"

"Ia terus terusan mengangguku!"

"Oh gitu, mungkin Subtel suka denganmu"ucapku

"Tuh kan apa kubilang, Rembulan saja udah bilang gitu loh Hastin"sambung Razel

"Haaaa, aku tidak mau. Dia pria yang kacau!"

"Masa tapi dia ganteng loh!"goda Razel

"Kalian ini, ya sudah aku duluan ya?"ucapku mengayuh sepeda lebih dulu.

"Ya hati-hati di jalan, Rembulan!"ucap Razel yang semangat mengejak Hastin.

Kini hanya ada mereka berdua yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Razel terus terusan mengejek Hastin, sahabatnya sendiri.

"Subtel suka loh sama kamu!"

"Terserah kamu mau bilang apa, eh tapi aku kepo nih sama ketua kelas yang terus-terusan senyum. Tapi ngak tau sama siapa?"

"Mengalihkan pembicaraan kah?"

"Bukan lah, aku serius dan kamu juga lihat!"

"Oh iya benar, ketua kelas kita ganteng tapi sikapnya dingin dan misterius"

"Tapi kudengar ia pria yang baik, perhatian dan juga tampan, pinter lagi!"

"Duh, tau dari mana kamu?"

"Ya dari teman-teman anak perempuan lah"

Hastin dan Razel berpisah di jalan berkelok, mereka menyampaikan kata terakhir yakni hati-hati di jalan. Mereka berdua saling tersenyum, lalu mengayuh sepeda mereka menuju rumah masing-masing.

Hari yang cerah di sore hari, dan angin yang sejuk. Hingga dedaunan dan bunga sakura berjatuhan dari pohonnya. Semua nampak indah hari ini dan tak pernah menyadari akan bahaya di depan telah menanti. Bahaya yang telah menunggu di gedung tua.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like