Setelah kubersihan diriku, aku kembali memandang ke depan. Aku melihat ketua kelas tersenyum, entah pada siapa ia tersenyum.

Aku pun segera mengalihkan pandanganku, melihat tembok bercat putih. Aku pun mendengar teman-teman membicarakan tentangku.

"Lihat dia! Huh, memalukan sekali!"

"Yup, kali ini ia terperangkap dalam jebakanku! Tapi lihat saja nanti, aku akan membuatnya lebih kesakitan"

"Kau gila ya? Kalau dia tahu bagaimana? Dia bisa lapor ke kepala sekolah"

"Uh tenang lah, mana mungkin dia berani ngadu? Kalau dia ngadu paling ngak bakalan dapat masalah besar dia, bukan aku!"

Razel dan Hastin yang mendengar pun segera saling membisik pelan.

"Kamu dengar kan? Menurutmu kali ini apa lagi? Memang apa sih salah Rembulan?"

"Ngak tau, eh tadi ketua kelas kita senyum sama siapa?"

"Ngak tau, ke arah sebelah kan?"

"Iya, tumben banget ketua kelas senyum-senyum. Biasanya ekspresinya data raja, ketua kelas kita emang cogan sih tapi…"

"Apa?"

"Jomblo. Hahahhaaa…"

"Ya ampun! Kupikir apa"

"Heheh…"

Razel dan Hastin pun bersama-sama mengumpulkan hasil pekerjaan mereka ke depan. Mereka tersenyum manis pada ketua kelas, tapi ketua kelas hanya membalas dengan ekspresi datar seperti biasanya.

Lalu mereka berdua kembali ke tempat duduk, mereka kembali berbisik.

"Ketua kelas kok ngak senyum ya sama kita? Ekspresinya datar saja!"

"Iya nih, sama siapa sih ketua kelas senyumnya?"

"Ngak tau!"

Tiba-tiba bel sekolah berbunyi tanda jam istirahat telah tiba.

Aku hanya diam saja duduk memandang tembok bercat putih, s.e.m.e.ntara teman-teman yang lain pergi keluar kelas.

Tanpa disangka Won menghampiriku, ia [un berucap "Rembulan, mau ikut ke kantin ngak?"

Mendengar seseorang bicara padaku, aku segera menoleh ke arahnya. Kulihat Won sudha didepanku, aku pun menjawab tertanyaan darinya "Ngak, aku disini aja! Aku sibuk"

"Sibuk apa? Kamu mau nitip apa? Aku yang belikan"

"Ngak usah, kamu urus saja rencana kemahmu"senyumku

"Oke baiklah, tapi kamu akan ikut kan?"

"Akan kupikirkan, kemah disana berbahaya tau!"

"Iya soal itu aku sudah tahu, tapi kita hanya kemah di halamannya saja"

"Huh, terserah kamu saja!"

Won pun segera pergi, namun ia kembali bertanya "Beneran nih kamu ngak nitip apa-apa?"

"Iya bawel!"

Won tersenyum lalu melanjutkan langkahnya, ia pergi meninggalkanku.

Di ruang kelas ini, sekarang hanya ada aku saja. Aku pun mulai merasa sedih, aku merasa tak akan memiliki teman selama-lamanya. Aku bahkan tak ingin punya teman, aku hanya ingin pelajaran hari ini segera berakhir dan pulang ke rumah. Aku ingin mengurung diriku sendiri, aku tidak ingin bertemu dengan siapapun bahwa dengan sahabat masa kecilku, Won.

Suara langkah sekelompok anak perempuan memasuki ruang kelas. Mereka melihat ke arahku, menatapku dengan tatapan kebencian. Tidak disangka, mereka mendekati diriku.

Dio Na menatap tajam diriku, ia bersikap sombong dan angkuh akan dirinya.

"Rembulan, bukannya gue suka kamu ikut kemah itu tapi lebih baik kamu memang ngak ikut. Soalnya yang ada nanti kamu membuat kami semua ketakutan!"

"Iya benar apa yang diucapkan Dio Na, nanti acara kemahnya kacau gara-gara kamu yang berteriak ketakutan. Kamu kan bisa ngelihat hantu"

"Iya benar, lebih baik kamu ngak ikut"

Aku pun segera menjawab ucapan teman-teman padaku, "T-tapi aku bisa menjaga diriku, aku janji ngak akan mengacaukan kemahnya!"

Seketika itu juga Dio Na menatap tajam diriku, "Jika aku bilang ngak usah ikut, ya ngak usah! Kamu mau cari masalah sama kita?"

Aku pun menundukan kepala, aku tahu ia memang tidak ingin aku ada di perkemahan nanti dan ini bukan karna aku melihat hantu. "Ya baiklah, aku ngak akan ikut!"

"Bagus kalau gitu, dan bilang sama Won atau sama dua temanmu itu bahwa kamu ngak ikut! Jika kamu berani datang ke kemah itu, aku ngak akan segan-segan memberi pelajaran sama kamu. Paham?"

"Ya aku paham!"

Lalu mereka semua pun segera pergi meninggalkan ruang kelas ini dengan sifat angkuh dan sombong.

Aku hanya bisa menundukan wajahku ke bawah, aku sedih. Aku selalu saja tidak bisa mengikuti acara apapun di sekolah ini. Selalu saja aku yang ditinggal.

"Ya Tuhan, kenapa aku selalu ditinggalkan? Memang aku salah apa? Aku bahkan tak pernah menghancurkan satu acara pun. Aku ingin sekali rasanya kembali ke negeri itu meski aku akan menghadapi hal yang sulit. Tapi disana ada dua sahabatku yang selalu membawaku kemana pun pergi, mereka sangat senang ketika aku kembali. Tapi, ah sial. Kenapa? Kenapa Ratu Mayleen harus menghadiahi aku sebuah perjodohan? Ini tidak masuk akal. Tapi aku rindu dengan Akira, ya walau aku tahu siapa dia. Tapi ia tampan sekali!"gumanku dalam hati yang membuatku tersenyum sendiri.

Suara langkah sekelompok anak perempuan memasuki ruang kelas. Mereka melihat ke arahku, menatapku dengan tatapan kebencian. Tidak disangka, mereka mendekati diriku.

Dio Na menatap tajam diriku, ia bersikap sombong dan angkuh akan dirinya.

"Rembulan, bukannya gue suka kamu ikut kemah itu tapi lebih baik kamu memang ngak ikut. Soalnya yang ada nanti kamu membuat kami semua ketakutan!"

"Iya benar apa yang diucapkan Dio Na, nanti acara kemahnya kacau gara-gara kamu yang berteriak ketakutan. Kamu kan bisa ngelihat hantu"

"Iya benar, lebih baik kamu ngak ikut"

Aku pun segera menjawab ucapan teman-teman padaku, "T-tapi aku bisa menjaga diriku, aku janji ngak akan mengacaukan kemahnya!"

Seketika itu juga Dio Na menatap tajam diriku, "Jika aku bilang ngak usah ikut, ya ngak usah! Kamu mau cari masalah sama kita?"

Aku pun menundukan kepala, aku tahu ia memang tidak ingin aku ada di perkemahan nanti dan ini bukan karna aku melihat hantu. "Ya baiklah, aku ngak akan ikut!"

"Bagus kalau gitu, dan bilang sama Won atau sama dua temanmu itu bahwa kamu ngak ikut! Jika kamu berani datang ke kemah itu, aku ngak akan segan-segan memberi pelajaran sama kamu. Paham?"

"Ya aku paham!"

Lalu mereka semua pun segera pergi meninggalkan ruang kelas ini dengan sifat angkuh dan sombong.

Aku hanya bisa menundukan wajahku ke bawah, aku sedih. Aku selalu saja tidak bisa mengikuti acara apapun di sekolah ini. Selalu saja aku yang ditinggal.

"Ya Tuhan, kenapa aku selalu ditinggalkan? Memang aku salah apa? Aku bahkan tak pernah menghancurkan satu acara pun. Aku ingin sekali rasanya kembali ke negeri itu meski aku akan menghadapi hal yang sulit. Tapi disana ada dua sahabatku yang selalu membawaku kemana pun pergi, mereka sangat senang ketika aku kembali. Tapi, ah sial. Kenapa? Kenapa Ratu Mayleen harus menghadiahi aku sebuah perjodohan? Ini tidak masuk akal. Tapi aku rindu dengan Akira, ya walau aku tahu siapa dia. Tapi ia tampan sekali!"gumanku dalam hati yang membuatku tersenyum sendiri.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like