Tiba-tiba ada beberapa anak perempuan datang mendekati mading, ia memperhatikan berita di mading dengan sahabatnya. Lalu mereka sempat membicarakan sesutau mengenai Subtel dan teman-temannya.

"Vlog yang mereka buat bagus sekali, sekarang kita tahu bahwa disana tidak ada hantunya!"

"Ya benar, tapi Subtel bilang ia melihat sesuatu yang aneh dari gedung tua. Itu menyeramkan sekali, bahkan tertangkap kamera namun hanya sekilas"

"Ya benar, tapi mungkin saja itu hanya bayangan"

"Tapi mungkin itu adalah arwah Ibu Mori yang mulai bergentayangan!"

Saahabatnya menolak mentah ucapan temannya itu, "Tidak mungkin, ibu Mori itu guru yang baik. Bagaimana pun dia, dia tetaplah guru yang baik. Itu hanyalah bayangannya saja!"

"Kudengar Subtel dan murid baru itu akan kesana lagi. Mereka bilang, mereka mau mencari dua gadis yang berdebat di atas lonteng"

"Benarkah? Bukannya tidak ada disiapa-siapa ya disana?"

"Entahlah, mungkin saja memang ada"

Lalu mereka pergi meninggalkan tempat ini, kuperhatikan kepergian mereka sesaat lalu aku pun segera pergi menuju ruang kelas.

Setiba dalam di kelas, aku melihat banyak murid mengerumbuni Won. Disana juga ada Subtel dan Jingmi. Mereka memperhatikan video yang mereka buat saat mengunjungi gedung tua. Aku pun segera duduk di kursi, lalu melihat ke arah jendela. Anginnya berhembus sejuk masuk ke ruangan ini. S.e.m.e.ntara disebelahku penuh keributan seperti layaknya berada di pasar.

Tak lama setelah membuat keributan, mereka pun diam membisu. Won pun segera memutar video yang mereka dapat dan mengeraskan suaranya hingga teman-teman dapat mendengarnya termasuk aku yang disampingnya. Hastin dan Razel yang baru datang pun segera bergabung bersama mereka.

Mereka memperhatikan dan mendengarkan video itu dengan seksama dan serius. Di putaran video dalam beberapa menit pertama keadaan baik-baik saja, hingga ke rekaman video Subtel. Sesuatu di luar dugaan pun terjadi. Sebuah penampakan terekam kamera yang dibawa Subtel hingga membuat Subtel terkejut saat itu. Dan teman-teman yang melihat pun kaget bahkan ada yang menjauh dari sini karna ketakutan.

Lalu video berikutnya yang di putar adalah rekaman Won. Keadaan beberapa menit tidak menunjukan apa-apa, namun saat mereka turun sesuatu terjadi. Terdengar suara perdebatan anatara dua anak perempuan, namun suara yang didengar itu samar-samar hingga sulit mengetahui apa yang mereka debatkan.

Perbincangan pun mulai terjadi, mereka membahas rekaman video itu.

"Wah, kalian hebat sekali! Kalian memberani!"

"Ini mengerikan, gedung tua itu berhantu!"

"Apa kalian akan kesana lagi? Atau mencari tempat lain untuk vlog ini lagi?"

Won tersenyum manis, diam-diam ia menjawab sambil melirik seorang gadis di seberangnya, Rembulan. "Ya, tapi kami akan bertanya dulu apakah kami akan selamat nanti? Kalian tahu kan masuk ke gedung tua itu berbahaya? Ya kan Rembulan!"ucapnya melemparkan pertanyaan padaku.

Seketika itu juga tetapan mereka mengarah padaku, aku pun menjawab sambil tersenyum manis, "Ya benar!".

Tatapan mereka pun segera kembali ke Won dan dua temannya setelah aku menjawab pertanyaan dari Won yang membuatku kesal. Ya aku kesal, kenapa harus aku yang mendapat pertanyaan seperti itu saat keadaan seperti ini? Apa ia ingin aku melarang dia pergi kesana? Yang benar saja, dia sudah dewasa untuk apa dilarang. Asal mereka tidak mengajakku, tentu aku tidak akan melarang mereka kemana pun mereka pergi. Mengatur kehidupan orang lain itu adalah hal bodoh yang pernah kudengar.

"Subtel, bagaimana kalau kami ikut dengan kalian bertiga untuk vlog lagi di gedung tua itu? Pasti lebih menyenangkan"

"Iya benar, atau kalau perlu kita berkemah disana"

"Ya, ajak kami ya? Tapi jangan bawa gadis aneh itu"ejekanya. Ejekan itu tertuju padaku, aku sama sekali tidak menghiraukan ejekan itu bahkan memasukannya ke dalam hati.

Subtel pun tersenyum dan menjawab, "Baiklah, bagaimana kalau kita minta ijin ke kepala sekolah untuk berkemah disana. Kita semua dan siapa yang mau ikut saja!"

"Boleh"

"Setuju!"

"Oke!"

Tidak lama kemudian bel sekolah berbunyi, namun nampaknya bel sekolah telah kehabisan baterai dan mengalami kerusakan yang akhirnya berbunyinya pun membuat tertawa geli murid yang mendengar.

"Tratt….tratttt…trattttt….trat."

"Hahaha…dengar suaranya, kek orang habis kejedot tempok aja!"

"Hahaa..iya, habis baterai itu. Makin jelek aja, kek si gadis aneh!"

"Ya, sikapnya makin bikin kesal aja!"

Ruang kelas 3A, semua orang mulai duduk di bangku masing-masing. Subtel dan Jingmi serta teman kelas lain segera pergi meninggalkan ruang kelas ini. Kini hanya ada Won seorang diri, ia pun menyempatkan dirinya untuk mengjahili Rembulan.

Won memperhatikan Rembulan, ia menyandarkan kepalanya pada satu tangannya dan mengarah ke Rembulan.

Diriku yang merasa diperhatikan pun segera mengambil arah yang berlawanan sehingga Won, laki-laki menyebalkan itu tak menatapku.

Won tersenyum setelah Rembulan mengarahkan padangannya ke arah yang berbeda.

"Kamu tetap sama seperti dulu ya Rembulan, tak ada yang berbeda"senyumnya

Aku mendengar ucapannya itu, entah ia bermaksud memuji atau menghina atau tidak ada maksud sama sekali. Aku pun segera menoleh ke arahnya, melihatnya yang mengubah posisi duduknya. Ia mengarah padaku sepenuhnya.

"Kamu bahkan sama saja, tidak pernah berubah. Tetap saja kamu tidak akan pernah jera membahayakan dirimu sendiri, keras kepala dan menyebalkan!"

"Tapi aku pemberani, sesuatu yang tidak kamu punya"

"Ya benar, tapi jika kamu jadi aku. Kamu akan ketakutan!"

"Aku tidak akan lari, aku akan melindungimu!"

"Itu adalah kata terakhir yang pernah kudengar, dan tak pernah terlaksanakan olehmu"

Won tersenyum manis, ia tertawa kecil. "Dia benar-benar telah kutemukan sekarang! Hanya dia"guman Won dalam hati.

Seorang guru segera memasuki ruang kelas ini, lalu kami mulai memberi hormat padanya. Lalu duduk kembali, dan ia mulai memberikan pelajaran hari ini pada kami.

"Dalam kehidupan ini banyak sekali contoh sikap menjadi warga negara yang baik salah satunya adalah menjadi pelajar yang baik. Kita disini, untuk belajar. Ini adalah salah satu bela Negara yang dapat kita lakukan. Atau bahkan kita bisa membela Negara kita dari sisi lain seperti mengikuti lomba, memenangkan lomba, belajar dinegara orang lain dan sebagainya. Kita jadi pelajar jangan hanya datang, duduk manis lalu pulang. Besok gitu lagi, gitu lagi. Tapi kita harus jadi pelajar yang mampu bersaing dengan orang lain. Cobalah untuk meraih prestasi dari sekarang. Misalnya kalian hobi baca buku, mungkin kalian bisa gunakan ilmu yang didapat untuk mengikuti lomba cerdas cermat. Hobi menulis buku dalam bentuk sastra, ikut lomba sastra. Jika kalian memenangkan sebuah lomba, kalian sudah membela Negara kalian. Ya kalau misalnya gagal, kalian juga harus bangga karna kalian sudah mewakili sekolah dalam perlombaan dan itu juga termasuk bela Negara..."ia terdiam sejenak, setelah melihat ada muridnya berbicara dengan murid yang lain. Ia pun segera mengambil penghapus spidol lalu mulai menjelaskannya kembali.

"Contoh sikap bela negara ini banyak sekali, namun tidak pada salah satunya adalah…."guru berhenti bicara, spontan ia langsung melempar penghapus di tangannya pada murid yang bicara hingga mengenai kepalanya.

"Awww….."ucapnya, s.e.m.e.ntara gurunya hanya memandangi muridnya yang kesakitan. Murid itu pun segera berhenti bicara.

"Saya tidak akan menjelaskan lagi, sekarang buka halaman 110 dan kerjakan semuanya. Dikumpul hari ini  dimeja saya!"ucapnya.

Setelah itu, ia bergegas mengambil barang miliknya di atas meja lalu pergi meninggalkan kami semua. Begitu guru itu keluar dan tak terlihat lagi, teman-teman mulai ribut. Mereka ada yang menyalahkan teman yang bicara tadi, ada pula yang menganggap guru itu tidak benar, dan ada pula yang tidak peduli.

"Dia guru yang kelewatan! Seenaknya saja meninggalkan kita begitu saja, memang dia siapa? C.u.man guru, kok sombongnya selangit!"

"Iya benar, mentang-mentang punya ilmu tinggi kok gitu. Ih, amit-amit dah!"

"Salah dia tuh, kenapa ngomong aja sejak tadi, jadinya kan gurunya marah!"

"Eh, yang salah gurunya tuh! Mana banyak lagi tugasnya"

"Iya nih!"

"Sialan kamu, Boo. Kamu ngomong aja dari tadi, kita jadi nanggung risikonya tau!"

"Huh, gitu aja marah. Lagi pula guru tuh aneh, masa iya c.u.man dapat murid kek saya, ia langsung pergi! Emang dia ngak pernah nakal ya dulu?"

"Mungkin gurunya lagi PMS!"

Jawaban dari temannya membuat galak tawa, lalu kami semua mulai focus mengerjakan tugas yang diberikan. Kami kadang bercanda, tetapi tetap mengerjakan tugas hingga selesai.

"Guru yang aneh, tugasnya mendidik murid. Eh, malah pergi gitu aja."

"Ya, udah digaji malah gitu!"

"Parah!"

30 Menit kemudian,

Kami telah selesai mengerjakan semua soal, menjawab semua soal dari pilihan ganda hingga esai. Lalu ketua kelas maju ke depan, ia mulai memberi perintah pada kami.

"Yang sudah selesai maju ke depan, kumpulkan tugasnya! Boo, kamu jangan banyak ngomong aja, kerjakan tugasmu!"

Boo menjawab dengan santai, "Aku sudah selesai, ini aku mau ngumpul!"

"Bagus kalau gitu!"

Boo segera mendekati ketua kelas, lalu berucap "Kenapa sih guru itu kalau masuk ke kelas kita selalu saja marah!"

"Hadeh, ini semua kan salah kamu!"

"Kok aku? Itu tugas guru, aku kan tadi bicara karna hal penting. Baru sekali aja aku bicara, gurunya udah kek setan aja marahnya!"

"Biasalah gurunya sedang PMS!"

Boo dan ketua kelas mulai tertawa kecil, mereka tak ingin menyalahkan satu orang saja. Tetapi mereka menyalahkan guru yang emosian.

Aku yang telah selesai mengerjakan tugas pun segera mengumpulkan hasil pekerjaan ke depan. Tetapi saat aku berjalan, aku tidak sengaja tersandung. Hingga membuatku terjatuh, wajahku mengenai lantai dan rasa sakit. Aku segera bangkit dari jatuh, s.e.m.e.ntara teman-teman menertawakan diriku. Aku malu, lalu langsung berjalan menuju ketua kelas dan mengumpulkan hasil pekerjaanku. Lalu aku kembali menuju tempat dudukku.

Ketua kelas tidak menertawakan diriku, ia hanya diam saja begitu juga dua sahabatku. Saat aku tiba di tempat dudukku, aku segera membersihkan diriku

Won yang melihat itu hanya diam saja, ia tahu anak perempuan di depan itu sengaja membuat Rembulan jatuh hingga dipermalukan di depan kelas.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like