Dalam mempersiapkan diri menghadapi ulangan, aku menambah jam belajar. Aku tidak memikirkan bagaimana keadaan desa itu bahkan bukunya telah kusimpan rapi dalam lemari dan kubungkus dengan plastik agar tidak dimakan rayap.

Kulihat Won sehabis pulang dari sekolah, ia kelayapan kemana-mana bersama Subtel dan Jingmi. Nenek dan Kakek tidak menegur Won sedikit pun. Disini kebebasan itu adalah miliknya karna aku sendiri tidak peduli dengannya.

Kubuka buku pelajaran mengenai bahasa Indonesia, pengantar akuntansi dan buku catatan mengenai pelajaran. Kupelajari semua itu, namun dikala bosan datang aku segera mengibur diri dengan melihat pemandangan di luar. Pikiranku justru tertuju pada Desa Flower.

"Uh bosan, ah…apa desa itu baik-baik saja sekarang ya? Semoga saja jauh lebih baik setelah gerbangnya di buka. Tapi gimana keadaan Yobi ya? Tapi aku juga terpikir akan ucapan temanku itu, uh aku bahkan tak melakukan apapun saat itu. Ini aneh, memang apa yang telah terjadi padaku?"gumanku dalam hati.

Saat sedang memikirkan desa itu, nenek datang dan mengetok pintu kamar. Ketokan pintu itu membuatku sadar.

"Iya masuk!"jawabku.

Nenek datang mendekatiku, ia tersenyum manis padaku. Ia melihat buku di atas meja, seraya berucap "Apa cucuk nenek baru saja belajar?"

"Iya nenek, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa, nenek hanya bertanya apakah kamu melihat buku ajaib di perpustakaan bawah tanah itu?"

"Iya, aku mengambilnya. Kusimpan dalam lemari, apa nenek mau mengambilnya?"

"Tidak, nenek hanya mau bilang sesuatu mengenai buku itu. Tapi nenek mau dengar pendapatmu dulu mengenai buku itu?"

"Baiklah"jawabku duduk di kasur bersama nenek. "Ada sesuatu hal yang ajaib dari buku itu, dia mengatakan seperti seseorang. Ya maksudku, ia tahu bahwa aku mengalami masalah itu. Dia membantuku dan memberitahuku bahwa Yobi tidaklah jahat"

"Itu benar, nenek sudah menduganya bahwa hanya kamu yang bisa membaca buku itu. Nenek dan kakek diberi kesempatan untuk membaca. Tapi hanya pada dirimu, kami diberi tahu keadaanmu bahwa kamu baik-baik saja selama pergi ke desa itu. Apakah temanmu baik-baik saja setelah menjadi batu?"

"Iya, mereka baik-baik saja. Hanya saja mereka bilang padaku bahwa akulah yang mengalahkan Yobi. Tapi aku sama sekali tidak melakukan apapun malam itu",

"Tidak apa sayang, kamu hanya belum tahu soal dirimu. Mungkin kamu sama seperti ibumu, sebaiknya kamu kembali kenegeri itu dan mencari tahu tentang ibumu. Tapi seperti yang dikatakan buku itu, kamu harus diam-diam melakukannya. Dia bilang ada banyak bahaya yang menanti di depan jika kamu pergi kesana. Ada kekuatan jahat yang ingin membunuhmu"

"Membunuhku? Memang aku salah apa?"

"Tidak tahu, buku itu tidak mengatakan kesalahanmu. Tapi mengatakan tentang masa lalumu, dia bilang ibumu memiliki saudari perempuan bernama Ratu Danesa. Seperti yang diceritakan kakek padamu"

"Jadi cerita itu benar-benar nyata dan apakah anak gadis dalam cerita itu adalah aku?"

Nenek tersenyum, "Ya benar, tapi kamu jangan bersedih. Masih ada kakek, nenek, dan teman-temanmu disini. Bahkan Won saja datang untuk menemuimu"

"Won datang bukan untukku, dia ada masalah di sekolah internasional hingga di keluarkan. Nenek bercanda kan?"

Nenek tertawa, "Ya benar, saya rasa saya tidak dapat berbohong padamu sekarang. Jika kamu pergi kesana, jaga dirimu baik-baik. Kamu akan menemukan keluargamu disana. Namun juga harus hati-hati, jangan sampai kamu terluka. Buku itu bilang ada kekuatan yang hebat dalam dirimu seperti yang dimiliki Ratu Rembulan. Dan juga sebuah ramalan, ramalannya ada yang baik dan buruk"

"Apa isi ramalannya?"

"Kamu akan memiliki dua pria yang akan menjadi pendamping hidupmu, dan hal buruknya kamu akan berhadapan dengan kenyataan pahit tentang keluargamu. Nenek tidak mengerti hal apa yang dimaksud buku itu"

"Nenek, nenek tenang saja. Aku akan melakukan apapun yang terbaik, nenek jangan khawatir. Aku akan datang kesana dan mencari tahu tentang keluargaku. Aku akan melakukan yang terbaik untuk nenek"

Nenek tersenyum manis, "Terima kasih, nenek akan selalu mendoakanmu"

"Terima kasih nenek, terima kasih atas segalanya untukku"

Aku pun mulai memeluk erat nenekku, sekarang nenekku telah memberi ijin padaku untuk pergi ke desa itu.

Melepas pelukan hangat, nenek pun kembali berucap, "Nanti ketika pergi, bawa saja buku ajaib itu. Mungkin ia bisa membantumu, tapi jangan diperlihatkan pada orang lain"

Aku tersenyum, "Ya tentu Nek!."

Sisi lain, di tempat yang berbeda.

Won dan dua sahabatnya sedang di sekolah, mereka sedang melihat gedung tua.

"Kita akan masuk ke dalam, kita lihat apakah memang benar gedung ini angker!"ucap Won mempersiapkan dirinya. Ia mulai mengenakan camera di kepala, dan memegang dua senter di tangan.

Subtel dan Jingmi pun melakukan hal yang sama. Mereka membawa perbekalan dan tak lupa membawa ponsel mereka.

Setelah persiapan selesai, mereka pun bergegas masuk ke gedung tua.

Namun mereka terhalang oleh pintu depan yang terkunci.

"Bagaimana cara kita masuk? Kamu punya kuncinya?"tanya Jingmi

"Tidak, tapi kita akan masuk lewat jendela"jawab Subtel.

Kemudian Subtel lebih dulu berjalan menuju jendela diiringi oleh dua sahabatnya. Di antara jendela gedung, mereka mulai mencari jendela yang dapat dibuka.

Saat mendekati jendela, dari luar Subtel tidak dapat melihat seluruh isi ruangan. Ia hanya melihat sebagian saja, karna tertutup debu. Subtel pun mengambil sapu tangan disakunya, lalu mengosokan sapu tangan ke kaca jendela. Perlahan-lahan isi ruangan mulai terlihat, namun saat itu lah Subtel tidak sengaja langsung melihat wajah seseorang yang semakin dekat dalam sekilas wajah itu sedang menempel di kaca. Wajah yang seram penuh darah, yang membuat Subtel kaget dan menjauh dari kaca.

"Aaaaa…."teriak Subtel kaget dan terjatuh, lalu dua sahabatnya segera mendekat setelah mendengar Subtel berteriak.

"Ada apa?"tanya Won

"I-itu…."tunjuk Subtel pada kaca yang dibersihkannya

Won segera mendekati kaca jendela yang dibersihkan Subtel, ia melihat tidak ada apa-apa disana kecuali kain putih yang menyelimuti barang-barang.

"Tidak ada apa-apa, hanya kain putih"ucap Won

Subtel pun berdiri dan mendekati kaca jendela, ia melihat tidak ada apa-apa disana kecuali kain putih penutup barang.

"Huh, mungkin aku salah lihat tadi!"ucapnya menghela napas panjang.

"Memang kamu tadi melihat apa?"tanya Jingmi panasaran.

"Melihat….ah sudahlah tak perlu dibicarakan. Kita lanjutkan saja mencari jendela yang bisa dibuka"senyumnya yang berucapa menyimpan rasa takut bahkan keringat dingin saja mulai berkuncuran keluar dari tubuhnya. Ia diselimuti rasa penasaran dan takut. Ia berucap dalam hati, "Apa yang baru saja kulihat tadi ya? Benar-benar membuatku kaget. Tapi tadi aku baru saja melihat wajah seseorang penuh darah. Uh, semoga saja bukan apa-apa."

Jingmi yang mulai mencari jendela yang dapat di buka, akhirnya ia menemukannya. Ia pun segera memanggil dua sahabatnya dan membelakangi jendela itu.

"Won, Subtel! Aku sudah menemukannya nih"teriaknya hingga ia tidak sadar bahwa ada seseorang yang memperhatikannya sejak tadi. Mata merah lembam yang mengintip dirinya di dalam ruangan itu.

Aura dingin pun mulai menyelimuti Jingmi, bulu keduknya berdiri. Ia pun memegang belakang lehernya.

Won dan Subtel segera datang, dan mendekati Jingmi.

"Mana jendelanya?"tanya Subtel

"Ini di belakangku"jawab Jingmi.

Won pun segera mendekati jendela dan membukanya.

"Ayo kita masuk!"ajak Won, Won segera masuk ke dalam lewat jendela lalu Jingmi tetapi Subtel hanya diam saja. Ia ragu untuk masuk ke dalam. Jingmi yang melihat sahabatnya belum masuk pun bertanya.

"Ada apa Subtel?"

"Ah tidak apa-apa, aku akan masuk!"

Dengan keberanian yang tersisa, Subtel pun memberanikan diri untuk masuk.

Lalu mereka semua mulai menjelajahi gedung tua ini bersama-sama. Memasuki setiap ruangan dan memeriksanya. Kamera yang meereka pakai pun masih berfungsi, tidak ada hal aneh yang terjadi disini

Hingga mereka menuju lantai atas gedung, loteng. Dari sini mereka dapat melihat pemandangan sekolah secara menyeluruh.

"Wow, indah sekali. Lihat semua ini!"ucap Jingmi membuka lebar tangannya hingga angin dapat rasakan tubuhnya.

"Ya pemandangan yang indah"jawab Subtel

"Ini baru petualangan yang menarik!"sambung Won

"Hey, Won. Memang kamu belum pernah ke rumah angker kah?"

"Ya aku pernah dan yang terakhir aku di tampar oleh Rembulan!"

Jingmi dan Subtel sedikit kaget mendengar ucapan Won.

"Jadi Rembulan menamparmu, apakah ia yang ada di kelasmu itu?"

"Ya benar, dan dia juga yang pertama ketakutan. Aku mengajaknya ke tempat angker dan terakhir dalam perjalanan kami. Dia menamparku, dia bilang ada hantu yang ingin menamparku jadi dia lakukan lebih dulu"

Jingmi pun tertawa di buatnya, "Hahahaha…itu lucu. Jadi apakah benar dia bisa melihat hantu?"

"Ya benar. Subtel!"panggil Won

"Ya, ada apa?"

"Apa kamu dan Jingmi keberatan jika aku membawa Rembulan kemari. Dia mungkin bisa menunjukan sesuatu pada kita"

"Oh tentu saja boleh!"senyumnya

"Apa kita akan turun sekarang?"tanya Jingmi

"Mengapa tidak menunggu matahari tenggelam saja, disini terlihat indah!"jawab Subtel

"Em, benar yang diucapkan Subtel. Jadi kita tunggu saja matahari tenggelam. Suasananya pasti lebih menyeramkan begitu malam datang"

"Huh, ide yang sangat buruk!"

Menunggu matahari hingga tenggelam, mereka pun sambil mencek apakah kamera masih berfungsi dan menyiapkan lampu untuk penerangan turun ke bawah saat malam tiba. Setelah persiapan selesai, mereka pun mulai makan bekal yang mereka bawa. Karna setelah berjalan mengelilingi gedung ini dan sampai kemari, perut mereka mulai keroncongan.

Dengan semangat Subtel berucap "Ayo kita makan!"

Jingmi tersenyum manis, "Nah, maaf yang penghuni gedung ini. Aku tidak punya banyak bekal, jadi kuberikan saja telur rebus!"sambil meletakan telur rebus di belakangnya, dekat kursi rusak hinga telur rebus itu tidak bergelinding-an. Apa yang dilakukan Jingmi, adalah diam-diam dan dua sahabatnya sedang legah saat ini.

Matahari pun terbenam, menghilang di bawah garis cakrawala di sebelah barat. Warna langit yang indah mulai terlihat, warna merah yang cantik menawan. Warna ini disebabkan oleh kombinasi hamburan Rayleigh warna biru dan tingkat kepadatan atmosfer bumi.

Dari kejauhan bulan telah datang, dan itu artinya tak akan lama lagi matahari akan tenggelam. Ya benar, hanya dalam beberapa menit ke depan matahari akan tenggelam. Kegelapan telah menanti dibawah gedung ini. Saat matahari mulai tenggelam, mereka bertiga telah siap untuk segera ke bawah. Senter pun mulai dinyalakan untuk menerangi jalan mereka. Perlahan-lahan mereka menuruni tangga dan Jingmi tersenyum manis pada telur rebus yang ditinggalkannya. Ia tersenyum dan penuh harap akan selamat dari sini, dan ia juga berdoa, "Tuhan, bantulah kami dan selamatkan kami. Lindungi kami, kami hanya ingin jalan-jalan disini. Aku tinggalkan telur rebus milikku satu-satunya agar kami dilindungi. Amin!".

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like