Dua sahabatku kaget, mereka tak percaya jika itu diluar kendali.

"Lalu siapa yang mengarahkanmu hingga kamu bisa mengalahkannya?"

"Entahlah, aku tidak tahu apapun soal malam itu. Kecuali kepasrahanku melihat sahabatku dalam bahaya"

"Tapi malam itu kamu menyelamatkan Ratu Mayleen dan kami semua, kamu mengalahkan medusa jahat itu"

"Ya sudahlah tidak masalah itu kamu atau bukan, yang penting kamu datanglah di hari sabtu atau minggu. Kami akan menjemputmu disini, lalu kami juga akan membawamu ke istana"

"Iya benar, kami juga akan carikan informasi mengenai Leena untukmu"

"Jadi jangan khawatir, kami akan membantumu"

"Baiklah, aku kembali dulu nanti kakekku marah karna aku pergi terlalu lama. Sampai jumpa, aku titip salam untuk teman-teman ya!"

"Oke, sampai jumpa"

Kemudian aku berjalan menuju ruang waktu, dan dua sahabatku melambaikan tangan atas kepergianku.

Aku kembali ke desa, tempat aku berasal. Kulihat Won membantu kakek, mereka sedang mengurus kebun dengan baik. Namun sesuatu yang baru saja di katakan sahabatku itu justru terus teriang ditelinga hingga membuatku sulit berfokus pada sesuatu.

"Aku di jodohkan dengan Kim. Astaga aku benar-benar gadis yang beruntung, aku akan menikah dengan pria yang tampan!"gumanku dalam hati penuh kegembiraan.

Aku pun segera menuju sepedaku, lalu berpamitan dengan kakek.

"Kakek, saya pulang duluan ya?"

Kakek berhenti menyemai benih, lalu menjawab "Ya, hati-hati dijalan"

"Baik kek"

Kakek kembali menyemai benih, lalu aku mulai bersepeda dan pulang ke rumah.

Setiba di rumah, aku bergegas menuju kamar dan melanjutkan membaca buku dari kakek. Duduk di kursi belajar dan membuka halaman selanjutnya.

Di halaman selanjutnya, ternyata tidak ada tulisan dan artinya tidak ada cerita lagi. Yang membuatku bosan, dan aku mulai menutup bukunya. Aku kembali terpikir akan ucapan dua sahabatku. Ada keraguan yang muncul dalam benak.

"Apa benar Ratu Mayleen akan menjodohkanku dengan Kim? Dan hanya karna alasan sebagai balas budi! Lalu temanku akan di pacung kepalanya jika aku tidak menerima hadiah itu, yang benar saja? Memang siapa yang mau dijodohkan begitu saja? Ya memang sih dia pria tampan dan menarik. Tapi bukankah aku dan dia berbeda? Menyebalkan sekali! Jika aku tahu ini akhir kisahnya, aku ngak akan pernah datang untuk menyelamatkan Ratu Mayleen"gumanku.

Pagi hari yang mendung, dimana matahari sedang bersembunyi malu-malu untuk melihat atau ia sedang tidur nyenyak berselimut di balik awan yang lembut.

Hari ini seperti biasa kami berangkat ke sekolah bersama, tetapi kali ini ada penampakan yang berbeda yakni Won. Dia dijembut oleh preman sekolah, Subtel dan Jingmi. Dua penampakan itu sama sekali tidak mempengaruhi kami untuk berangkat ke sekolah lebih dulu.

Hari ini di sekolah, ada pengumuman tentang libur semester. Ya libur besar setelah ulangan. Sorak ria teman-teman memenuhi kelas, mereka pun merencanakan mau liburan kemana. Semua orang terlihat senang dan gembira, kecuali diriku yang memasang ekspresi datar.

Razel pun menghampiriku, "Rembulan, kamu mau liburan kemana?"

Hastin mendekatiku sambil membawa beberapa buku novel karya Anita, ia meletakannya di atas mejaku.

"Ini buku untukmu, seperti yang kamu mau. Ada Novel Orchid: Bride Of CEO Mafia, Bride Of Vampire, Rembulan: Discover Of The Moon, Generation bagian 1, 2, dan 3, Kupu-Kupu Untuk Prilly, Rosas De Nena, Lie-Yin dan Bride Of The Witch. Semuanya karya Anita"

Aku tersenyum manis dan menjawab, "Wah terima kasih Hastin, Razel. Ini bagus, aku tidak akan pergi kemana-mana selama liburan. Tapi aku akan bersenang-senang dengan semua ini"

"Baguslah kalau kamu menyukainya, apa kamu akan ke negeri Flower?"tanya Hastin

Aku pun tertawa kecil lalu tersenyum dan menganggukan kepala, "Ya benar, kamu sudah bisa menebaknya ya?"

"Ya, sepertinya disana menyenangkan sekali. Andai saja aku bisa kesana"

"Ya benar, tapi juga menakutkan"

"Hah menakutkan?"heran Razel yang mendengar dari bangkunya, ia pun segera mendekat untuk mendengar lebih jelas.

"Menakutkan bagaimana?"tanya Hastin yang segera duduk di bangku sampingku.

"Ya menakutkan, disana masih belum ada yang seperti ini. Kalian akan liburan kemana lagi?"

"Kita ke perpustakaan Negara saja, atau bahkan ke wahana lalu ke mana saja"ide Razel

"Aku sih mau liburan ke rumah pamanku, mau ikut?"

"Boleh dimana?"jawab Razel

"Di kota, tapi paman akan mengajak kita ke pantai untuk memancing"

"Bagus, kalian liburan saja disana. Paman kalian pasti mengawasi kalian kan?"jawabku

"Iya, tentu. Tapi kamu gimana?"

"Sudahlah, jangan khawatikan aku. Aku juga akan bersenang-senang"

"Baiklah, karna liburannya habis ulangan. Mari kita belajar penuh semangat supaya nilai ulangan kita bagus. Dan liburan jadi menyenangkan!"

"Ya, semangat!"teriak kami bertiga penuh dengan semangat.

Jam istirahat di taman sekolah,

Aku duduk sendiri di bangku taman, tak seperti biasanya aku duduk disini ditemani dua sahabatku. Tapi mereka kali ini sedang menonton pertandingan basket di lapangan. Mereka memelihat pertandingan Won dan teman-teman melawan kelas lain.

Aku segera minum dan makan makanan yang kubeli di kantin sekolah. Suasana sepi mulai datang menghampiri. Aku tak punya teman bicara sekarang, karna itulah aku membawa buku novel Orchid : Bride Of CEO Mafia karya Anita untuk menemaniku disini.

"Seorang gadis berjalan seorang diri dikeramaian, ia menyeberangi jalan penuh dengan hati-hati. Tetapi takdir berkata lain, di jalanan nan sepi dirinya dikejar oleh orang tak dikenal. Mereka bersenjata dan ingin menghabisi dirinya. Gadis itu berlari sekuat tenaga untuk menyelamatkan dirinya. Hingga dirinya tiba di keramaian. Ia berjalan dengan tenang, dan menghindari orang-orang yang masih mengejar dirinya. Mereka semua berbaur dalam keramaian.

Sebuah mobil melaju kencang mengarah pada dirinya, hingga ia tertabrak. Tubuhnya tergeletak di tanah, darah mulai mengalir deras keluar dari tubuhnya. Orang-orang yang melihat berteriak histeris. Pengemudi mobil yang menabrak dirinya melarikan diri. Orang-orang mulai mengerumuninya memberikan pertolongan.

Ambulan dan polisi berdatangan, garis lintas polisi pun dipasang. Orang-orang masih memperhatikan kejadian itu. Dan, seorang gadis nampak meneteskan air mata. Seorang gadis yang hanya diam membisu, memperhatikan gadis yang mengalami insiden dibawa ke rumah sakit. Darah di tanah itu masih membekas hingga petugas kebersihan datang membersihan tempat itu.

20 tahun yang lalu…..

Insiden pembantaian terhadap dua keluarga telah terjadi. Pembantaian yang menewaskan seluruh keluarga Zhao dan Soojin. Dua keluarga yang dikenal baik oleh masyarakat harus berakhir tragis. Kejadian itu menjadi sebuah tragedi tak terlupakan. Keluarga Zhao adalah pengusaha dan keluarga Soojin adalah keluarga yang bekerja sebagai ilmuan.

Pembantaian yang sadis, dan masih berbekas penuh dengan misteri. Pelaku pembantaian pun tak pernah berhasil ditangkap polisi meski beberapa orang berusaha meminta polisi lebih tegas dalam bertugas. Tapi hanya dalam waktu seminggu kabar mengenai kejadian itu sirna. Polisi seperti berusaha menyembunyikan kebenarannya dari masyarakat.

Orang-orang yang menutut pun perlahan-lahan pergi dari kota itu. Tak ada yang tersisa, semua ditutupi begitu ketat tanpa ada kecurigaan.

20 tahun kemudian….

Bandara kota asal, Kota Rose.

Seorang gadis telah tiba dengan penampilan yang cute, ia cantik, tinggi dengan rambut terikat satu. Bermata biru bagai langit yang cerah dan laut biru nan indah.

Tetapi seseorang mengatakan " Dia telah kembali, The Moon ( De Mon)".

Bacaku pada novel itu, ya itu adalah pembukaan pada season 2. Yang menambah penasaranku, sebenarnya apa yang telah terjadi pada keluarga itu. Aku membaca bab selanjutnya, yang lama-lama membuatku semakin penasaran. Namun semua berakhir di bab 5. Bel berbunyi tanda masuk, aku pun bergegas kembali ke ruang kelas.

Tiba di ruang kelas, sorak gembira teman-teman memenuhi runagn ini. Mereka menyambut kedatangan Won yang memenangkan pertandingan. Saat aku menuju mejaku, pria itu melihat diriku, ia memperhatikanku.

*Won

Aku melihat Rembulan datang, sorak teman-teman untuk diriku masih kudengar jelas. Tetapi aku melihat gadis ini, ekspresinya masih sama seperti dulu. Datar dan dingin. Bahkan aku masih ingat waktu sekolah taman kanak-kanak, ia datang saat seperti ini dengan ekspresi datarnya. Semua berlanjut hingga ke sekolah dasar, lalu kami berpisah dan bertemu lagi dengan ekspresi yang sama. Dia benar-benar gadis yang sulit mengubah tingkahnya sendiri.

"Rembulan, apakah kamu lupa dengan janjiku? Aku berjanji akan melindungimu kan? Mengapa tidak sekali-kali kamu memberikan senyuman manis untukku?"ucapku dalam hati.

*Rembulan

Duduk di kursi dan menyimpan buku novel dalam laci, lalu melihat teman-teman yang bersorak ria. Mereka memuju Won dan mengaguminya.

Aku pun mulai bosan dan mengeruntu pada diri sendiri, "Benar-benar membosankan! Huh…padahal dia kan kerja tim, mengapa hanya Won saja yang disoraki? Ah, iya aku lupa. Memang manusia sepertiku biasa aja, ya sudahlah. Lebih baik aku memikirkan bagaimana liburan nanti"senyumku.

Jam pulang sekolah, di sore hari yang cerah. Aku bergegas pulang ke rumah, dan tak seperti biasanya aku ditemani teman-teman tapi kini berbeda. Dua sahabatku pulang bersama Won.

Kembali dalam perjalanan pulang, aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang tapi ia menghilang begitu aku telah tiba di rumah. Aku hanya diam saja dan tak berpikir hal aneh, menganggap bahwa itu adalah sesuatu, ya seperti bayanganku.

Aku pun bergegas ke kamar, dan segera menganti pakaianku. Lalu mendekati jendela untuk menikmati indahnya dunia dan angin sejuk. Tapi pandanganku teralih pada Won yang pulang bersama Subtel. Ia diantar pulang oleh Subtel bukan oleh dua temanku.

"Uh mungkin Won mengantar temanku pulang. Ya untuk apa aku mengurusi urusan dia. Bukankah ini merepotkan?"gumanku segera menutup tirai jendela.

Subtel yang mengantar pulang Won tidak sengaja melihat Rembulan menutup tirai jendela di kamarnya. Subtel hanya tersenyum manis, lalu menyampaikan salam perpisahan pada Won. Kemudian Subtel pergi dengan mobilnya.

Won pun memperhatikan jauh kepergian Subtel, setelah Subtel menghilang dari pandangan. Won pun masuk ke rumah, ia segera ke kamar. Won mengetok pintu kamar, dan aku segera membuka pintunya. Lalu keluar kamar, dan pergi begitu saja tanpa berucap apa-apa menuju ruang makan.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like