Kebun Kakek,

Won membantu kakek menyiapkan lahan untuk berkebun. Ia mencangkul tanah dan mencabut rumbut liar. Keringat pun keluar dari tubuhnya, hingga membuat dirinya merasa gerah. Kebetulan sore ini anginnya sejuk, sepoi-sepoi. Ia pun segera melepas bajunya yang kini memperlihatkan tubuhnya yang berroti sobek dan berotot. Pemandangan ini lah diam-diam membuat setiap perempuan yang melintas berhenti hanya untuk melihat pria tampan ini. Ketampanan Won diam-diam mencuri hati mereka hingga membuat mereka lupa akan kegiatan yang harus mereka lakukan hari ini, dan segera.

Seperti biasa, aku mengantarkan minuman untuk kakek di kebun. Kukayuh sepedaku penuh dengan semangat, tetapi setiba di kebun aku malah dikagetkan dengan sekelompok perempuan yang memperhatikan Won.

Aku mulai kesal, dan segera mendekati gebuk kakek. Kusandarkan sepedaku di pohon apel, lalu membawa minuman ke gebuk. Kulihat kakek sedang beristirahat. Kuletakan minuman di dekatnya.

"Kakek, silahkan diminum minumannya. Kakek, apa Won akan baik-baik saja jika begitu?"tanyaku memperhatikan pria itu yang tanpa lelah bekerja.

"Kenapa? Dia baik-baik saja dan masih muda"ucap kakek sambil menuangkan minuman dalam gelas.

"Bukan begitu kakek, coba kakek lihat!"ucapku.

Kakek minum sambil melihat Won, "Burrrrrr"minuman yang ada di mulut kakek keluar semua setelah melihat Won digerumbungi perempuan. Spontan kakek pun berteriak, "Woy, ngapain situ? Pergi!"

Kakek cepat memakai sendalnya, lalu berlari mendekati Won.

Won nampak senang di gerumbungi perempuan, dan mereka memberikan perhatian lebih pada Won.

"Kakek, tenang saja. Mereka ngak ngapa-ngapain kok"jawab Won

"Kakek, kami c.u.man mampir saja. Kami lihat cucu kakek kelelahan jadi kami berikan minum"jawab mereka

"Iya, kasihan dia!"

"Kalian tak usah kasihan padanya, sebaiknya kalian pulang! Ayo pulang!"ucap kakek hampir berteriak.

Mereka pun segera pulang dengan ngomel-ngomel di jalan.

"Duh, Won. Lain kali pake bajumu, nanti kalau mereka terus seperti itu bisa-bisa kamu akan didemo suami mereka!"

"Iya kek maaf"ucap Won

"Sana kamu beristirahat, Rembulan membawa minuman untuk kita"ucap kakek.

Won pergi ke gebuk untuk beristirahat, dan kakek mengantikan posisi pekerjaan Won.

Tingkah kakek yang baru saja itu membuatku tertawa geli di gebuk, hingga aku melihat Won datang mendekat.

"Hahhahaa, memang enak!"ejekku

"Oh, kamu yang ngadu! Emang kenapa sih? Kamu cemburu?"tanya Won

"Tidak"jawabku tersenyum manis.

"Awas saja nanti akan kubalas"

"Oh baiklah akan kutunggu balasanmu!"ucapku tersenyum manis, lalu berjalan menuju hutan, mendekati pohon ruang waktu.

Won sibuk beristirahat hingga tidak memperhatikan diriku. Aku pun pergi ke negeri Flower untuk menyelesaikan misi berikutnya.

Baru selangkah dari pohon ruang waktu tiba di negeri Flower diriku dikagetkan oleh kehadiran Kim.

"Baru kembali? Apa ini hari liburmu?"

"Tidak"jawabku menoleh ke sember suara dan melihat Kim.

"Uh, lalu kenapa kemari? Apa kamu kabur dari rumah?"

"Tidak kok, aku kemari sebentar saja. Lalu kembali pulang ke rumah"

"Oh begitu, kebetulan kamu kemari. Ratu Mayleen memintaku menjemputmu, dia ingin bertemu denganmu"

"Huh, ada urusan apa? Apa aku akan dihukum karna malam itu melukai Yobi?"

"Entahlah"

Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara percakapan beberapa orang, diantara mereka ada suara perempuan. Entah apa yang dibincangkan mereka saat itu, suara mereka samar-samar.

Suara mereka pun perlahan-lahan mulai terdengar jelas, suara itu berasal dari teman-teman yang berjalan kemari.

Kayora dan Yora yang melihat diriku segera mendekat, mereka memeluk erat diriku.

"Rembulan"

"Kamu sudah kembali, senangnya!"ucap Yora

Mereka pun melepaskan pelukan erat lalu, kami mulai membicarakan banyak hal sambil berjalan menuju desa Flower.

"Rembulan, Ratu Mayleen mencarimu"ucap Yora

"Oh, iya tadi Kim juga mengatakan itu. Aku jadi takut bertemu dengannya, aku taku Ratu Mayleen marah padaku karna telah menyakiti Yobi"

"Oh, dia tidak akan marah kok. Ratu Mayleen ingin mengucapkan terima kasih padamu. Apa kamu punya waktu?"

"Sepertinya sekarang tidak bisa, maaf ya! Tapi hari sabtu dan minggu aku akan mampir ke sini"

"Ih, jadi kamu kemari ada apa?"

Begitu temanku bertanya hal itu, aku melihat teman laki-laki lalu ke arah dua sahabat perempuanku. Sedikit mendekat dengan Kayora dan Yora, lalu membisikan sesuatu padanya.

"Aku sedang mendapat tugas, buku ajaibku bilang Ratu Mayleen memiliki putri kecil bernama Leena. Dia sedang tidak tenang, dan aku harus menyelesaikan ini"

"Oh, iya benar. Dia pernah kulihat saat bulan purnama"sambung Yora

"Dan membuat takut semua orang dengan tangisannya"

"Nah, karna itu bantu aku ya?"

"Bantu apa?"

"Kalian harus cari cara agar kita tinggal di istana beberapa saat, setelah aku kembali lagi kemari"

"Oke"

"Eheemm…"ucap Irranix

Kami bertiga pun segera berhenti berbisik.

Tatapan anak pria pun mulai mencurigai kami, dengan santainya Yora berucap "Ada apa? Apa ada masalah?"

Irranix pun menjawab, "Kalian sedang membicarakan apa?"

"Tidak ada, hanya saja Rembulan belum bisa ke istana. Jadi dia bilang sabtu atau minggu"jawab Kayora

"Oh begitu, huh…seharusnya aku bisa menebaknya, jadi aku tidak perlu datang dan menunggu lam disini"kesal Kim yang kemudian pergi begitu saja.

Aku pun dibuat bingung dengan sikapnya, dan bertanya pada sahabatku, "Dia kenapa?"

Kazame yang mendengar pertanyaanku, tak memperdulikanku. Ia dan Irranix pergi menyusul Kim.

Kayora dan Yora hanya tersenyum manis, lalu Yora memberitahu sesuatu padaku.

"Kim hanya kesal, ia menunggumu lama disini. Kami sudah memintanya untuk pergi dan tak usah menunggumu. Dan, ia bersikeras untuk tetap menunggumu disini"|

"Jadi begitu, itu yang membuat dia marah?"

"Iya, kamu tahu tidak dia menunggumu dari kapan?"

"Memang dari kapan?"

"Dari kemarin!"

Aku kaget, dan berpikir ia memang lah harus kesal padaku. Karna aku tidak datang kemari.

"Kalian juga menungguku? Memang ada apa?"

"Ketika kami kembali ke desa, dan Desa Flower kembali dibuka. Ratu Mayleen meminta kami pergi menemuimu. Ia ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu"

"Apa?"

Kayora pun mulai bicara dengan wajah berseri dan kesenangan, "Kudengar temanku ini akan dijodohkan dengan Pangeran Kim!"

Mendengar hal itu, tidak ada ekspresi apapun yang keluar dariku. Dua sahabatku dibuat bingung.

"Kamu tidak gembira kah?"

"Bukannya ini bagus ya, kamu akan menikah dengan Kim"

Kutarik napas panjang lalu menghembuskannya, "Ini mimpi kan ya?"

Dua sahabatku mulai menggelengkan kepala, lalu Kayora mencubit tanganku hingga aku menjerit kesakitan.

"Awww….sakit!"

"Nah sekarang kamu tahu ini bukanlah mimpi"

"Astaga, jika ini nyata. Aaaaaa-aku ingin pulang saja, dan tak akan kembali kemari"ucapku bergegas masuk ke ruang waktu tapi Yora menghalangi langkahku.

"Mau kemana?"ucap Yora menghalangi jalanku.

"Kami tahu kamu akan lakukan ini, jadi kami menghalangi jalanmu. Sekarang kamu dengar ucapanku baik-baik ya?"

"Iya, memang ada apa lagi?"jawabku menjauhi ruang waktu.

"Karna aku kebetulan mendengar hal itu, dan Ratu Mayleen melihatku mendengarkan percakapan itu. Sebagai akibatnya, kami akan dipacung kepalanya jika kamu tidak menerima Pangeran Kim sebagai suamimu"

"Astaga, ini keterlaluan. Memang apa salahku?"

"Ini sebagai hadiah karna kamu telah menyelamatkan Ratu Mayleen dan Pangeran Kim"

"Hadiah? Ya Tuhan, apa di negeri ini hadiah itu haruslah seorang pria. Aku tak ingin menikah!"

"Ya harus bagaimana lagi, sebenarnya bukan itu hadiahnya. Tapi karna Pangeran Sasuke dan Yobi akan menikah, dan Pangeran Kim sebenarnya menyukai Yobi, lalu Ratu Mayleen mengetahui itu maka ia menjodohkanmu dengannya"

"Apa? Kenapa? Apa ia tidak tahu bahwa aku tak mungkin menikahi pangeran Kim!"

"Ada masalah apa kamu dengannya?"tanya Yora

"Kami tidak saling mencintai, mengapa Ratu Mayleen mudah banget bilang jodoh-jodohan, memang aku ini binatang ternak apa?"kesalku

Dua sahabatku tertawa kecil, "Kamu ketahuilah satu hal, kulihat dimata Kim ada bunga yang bertaburan"

"Hahaha…iya benar ucapan Yora. Kim sedang jatuh cinta, dan kami tahu dia sedang menyukai siapa?"

"Memang siapa?"

"Kamu"jawab serentak Yora dan Kayora penuh tawa.

"Kok aku?"

"Iya, kan c.u.man kamu yang dekat dengan kita semua. Tak ada gadis lain yang mendekati Pangeran Kim. Kim selalu menjauhi gadis-gadis setelah menyukai Yobi. Dan Yobi dengan cepat berpaling darinya. Kasihan pangeran Kim, kamu mau kan menikah dengannya?"

"Ayolah, berikan sedikit hatimu padanya!"

"Rembulan, kami tidak pernah melihat Kim seceria ini bahkan ia rela menunggu sejak kemarin disini. Ia pulang pergi ke sini lalu ke desa hanya untuk kamu. Apa kamu tidak bisa membuka hatimu sedikit saja?"bujuk Yora

"Aku bisa saja, tapi untuk menikah aku belum siap. Aku masih sekolah"

"Ah, tenang saja. Pernikahan itu tidak dilaksanakan secepatnya tapi kalian hanya akan di jodohkan. Jadi akan ada ikatan diantara kalian meski belum menikah"

"Oh begitu, apa itu artinya aku harus ke istana juga?"

"Ya tentu saja, Ratu Mayleen ingin menyampaikan ucapan terima kasihnya secara langsung padamu"

"Iya, kami juga berterima kasih padamu karna kamu telah menyelamatkan kami malam itu"

"Kamu hebat malam itu, dapat mengalahkannya!"

"Tapi aku tidak merasakan bahwa aku telah mengalahkannya, aku saja tidak ingat apa yang terjadi malam itu. Yang aku ingat, aku kehilangan dua sahabatku!"

Dua sahabatku kaget, mereka tak percaya jika itu diluar kendali.

"Lalu siapa yang mengarahkanmu hingga kamu bisa mengalahkannya?"

"Entahlah, aku tidak tahu apapun soal malam itu. Kecuali kepasrahanku melihat sahabatku dalam bahaya"

"Tapi malam itu kamu menyelamatkan Ratu Mayleen dan kami semua, kamu mengalahkan medusa jahat itu"

"Ya sudahlah tidak masalah itu kamu atau bukan, yang penting kamu datanglah di hari sabtu atau minggu. Kami akan menjemputmu disini, lalu kami juga akan membawamu ke istana"

"Iya benar, kami juga akan carikan informasi mengenai Leena untukmu"

"Jadi jangan khawatir, kami akan membantumu"

"Baiklah, aku kembali dulu nanti kakekku marah karna aku pergi terlalu lama. Sampai jumpa, aku titip salam untuk teman-teman ya!"

"Oke, sampai jumpa"

Kemudian aku berjalan menuju ruang waktu, dan dua sahabatku melambaikan tangan atas kepergianku.

Aku kembali ke desa, tempat aku berasal. Kulihat Won membantu kakek, mereka sedang mengurus kebun dengan baik. Namun sesuatu yang baru saja di katakan sahabatku itu justru terus teriang ditelinga hingga membuatku sulit berfokus pada sesuatu.

"Aku di jodohkan dengan Kim. Astaga aku benar-benar gadis yang beruntung, aku akan menikah dengan pria yang tampan!"gumanku dalam hati penuh kegembiraan.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like