Sore hari yang cerah, dan cuaca cukup panas.

Ya karna ban sepeda kami bocor, akibatnya aku pulang kelelahan. Dengan mengayuh sepeda dan menyandarkannya dibawah pohon yang rindang. Aku pun segera masuk ke rumah, dan menganti pakaianku.

"Lelahnya….cuaca hari ini panas. Huh…"gumanku segera membuka tas dan mengambil handphone, lalu mengisi daya baterai.

Lalu aku segera pergi ke dapur dan mulai memasak. Cuaca panas, lelah dan lapar membuatku tidak tahan lagi. Hingga satu-satunya jalan iya lah minum air, untuk mengisi perutku yang kosong. Lalu melanjutkan lagi memasak, mencuci piring dan bersih-bersih.

Setelah 30 menit berlalu.

Aku mulai menyajikan makanan di atas meja makan, lalu duduk di kursi meja makan. Memandangi makanan yang lezat, lalu mulai makan. Makan sendirian tanpa ditemani oleh kakek dan nenek. Membuatku benar-benar kesepian.

"Kapan nenek dan kakek pulang ya? Aku rindu mereka, dan juga teman-temanku di negeri Flower. Huh….bagaimana keadaan desa itu sekarang ya? Apa mereka telah bebas dari medusa?"gumanku yang kemudian mempercepat makanku.

Setelah kenyang, aku segera ke ruang bawah tanah dimana tempat kakek menyimpan buku lama. Dan sebuah buku yang pernah kakek tunjukan kepadaku. Aku segera mengambil buku itu dan membawanya ke kamar.

Membaca buku itu di meja belajar, membaca halaman per halaman.

Pertama tentang medusa yang sudah kubaca, selanjutnya membuka halaman tentang gadis kecil yang tewas tanpa sebab.

"Putri Leena Queen. Gadis kecil berumur 6 tahun. Putri kecil dari Ratu Mayleen. Gadis kecil yang tewas saat cahaya bulan purnama datang. Arwahnya masih bergentayangan di istana Kerajaan Flower. Menghantui siapa saja yang datang ke istana itu. Terutama di kamarnya dulu. Kematiannya sangatlah penuh keganjilan, dia meninggal karena penyakit aneh yang dideritanya. Penyakit yang belum diketahui pasti apa penyebabnya. Kematian Leena membuat Ratu Mayleen sedih. Ratu Mayleen tidak ingin putri kecilnya tewas dengan arwah yang masih bergentayangan menghantui orang-orang diistana. Sampai sekarang, tidak ada yang tahu apa penyebab kematian Leena. Namun Ratu Mayleen membuat acara untuk memperingati kematian Leena disetiap tahun, tepat di bulan November. Saat bulan purnama datang, Leena selalu menunjukan dirinya dan membuat semua orang takut. Kehadiran Leena selalu diiringi suara tangisan anak kecil perempuan dibawah cahaya bulan purnama"bacaku pada buku ini.

Kupikir sekarang buku ini sangat ajaib, dapat memberitahu diriku apa yang terjadi disana. Bahkan tentang medusa sekali pun. Sekarang aku akan pergi ke sana.

"Kasihan sekali Putri Leena, semoga saja aku bisa menyelesaikan dan membuat Leena tenang. Aku akan datang Negeri Flower!"gumanku penuh dengan semangat.

Saat sedang bersemangatnya, tiba-tiba ponselku menerima pesan dari Razel.

"Rembulan, kamu dimana? Tadi sepulang sekolah, aku ngak sengaja ketemu Won di jalan. Dia sedang mencari alamat gadis kecil. Ia memperlihatkan foto padaku yang aku rasa itu kamu. Coba lihat ini"

Razel mengirim gambar padaku, ya benar foto gadis kecil bersama Won. Gadis kecil itu memanglah aku. Won memanglah teman masa kecilku, sejak awal bertemu di sekolah, aku mengenakan masker hanya untuk menghindarinya. Aku hanya tidak ingin membuat dia sepertiku, dikucilkan oleh orang lain disekolah bahkan bisa seperti Razel dan Hastin yang dijauhi teman-teman yang lain karna berteman denganku. Bahkan tiap hantu yang kutemui di sekolah, mereka selalu mengatakan hal yang benar tentangku dan membisikan hal yang benar tentang temanku. Tapi Razel dan Hastin, mereka berbeda. Mereka mengatakan yang sebenarnya meski didengar itu akan membuatku sakit hati. Aku pun segera membalas pesannya.

"Ya, oh mungkin itu hanya kebetulan. Won dimana sekarang?"

Balasan dari Razel, "Dia kuminta datang ke rumahmu. Mungkin ia akan mengingatmu, kurasa itu memang kamu"

Aku yang membaca pesan itu segera panik, berlari ke pintu depan. Mengunci setiap pintu, dan jendela hingga kamarku sendiri. Aku pun mulai duduk di dekat jendela, dan kadang memperhatikan jalanan. Berharap Won tidak datang.

Lalu membalas pesan Razel, "Apa yang kamu lakukan? Kamu membuatku takut!" namun aku tidak menekan tombol kirim. Aku tidak mengirim pesan itu, semua berakhir begitu saja.

Sisi lain, sebuah bus melintas tepat di samping Won yang sedang berjalan sambil mengerek kopernya. Bus itu mendadak berhenti. Seseorang pun terlihat berjalan keluar dari bus dan menghampirinya. Dia adalah kakek Rembulan.

"Won, kamu sedang apa disini? Baru tibakah di desa ini?"tanya Kakek

Dengan senyuman manis Won menjawab "Ya kek, aku kemari. Kakak tahu kan soal diriku dari ayah. Maafkan aku, kek! Aku selalu membuat masalah untuk keluarga"

"Ah tidak perlu minta maaf, apa yang kamu lakukan itu benar. Gadis itu lah yang tidak waras, sudahlah nanti kita lanjutkan di rumah. Ayo masuk! Rumah kakek masih jauh"

Akhirnya Won pun ikut dengan kakek, mereka segera masuk ke bus, dan bus mulai berangkat.

Beberapa menit kemudian, bus berhenti dan menurun penumpangnya. Semua penumpang mulai turun dari bus, dan mereka saling menyapa untuk perpisahan. Kakek dan nenek serta Won segera turun dari bus. Mereka pun menyampaikan salah perpisahan pada orang lain yang juga mengikuti tour pertanian.

Lalu berjalan menuju rumah, dalam perjalanan ada kehangatan dan rasa rindu pada cucu kesayangan ini. Nenek dan kakek memperlakukan Won sama seperti memperlakukan Rembulan hanya saja sedikit lebih keras.

"Ayah dan ibumu tidak datang kah?"tanya nenek

"Tidak, mereka sibuk bekerja. Jadi aku memutuskan kemari saja, aku ingin bersekolah disini saja"

"Tapi bukankah di kota sekolahnya lebih bagus, dan lebih professional?"

"Ya Nek, tapi sangat sulit dijalani. Aku bolehkan sekolah disini? Aku akan melakukan apapun yang kakek dan nenek minta"

"Ya tentu saja, tapi di rumah hanya ada dua kamar. Kamu bisa tidur dengan Rembulan"saran kakek

"Rembulan, apa boleh? Nanti dia marah padaku!"

"Mungkin di tempat lain saja, Rembulan pasti tidak suka"sambung Nenek

"Ya baiklah, terserah saja"kata kakek.

Beberapa menit kemudian, mereka telah tiba di rumah. Terlihat rumah tertutup ramat dan terkunci. Kakek pun segera memanggil Rembulan.

"Rembulan, Rembulan. Kakek dan nenek datang!"

Aku yang mendengar panggilan dari kakek pun segera membuka jendela dan pintu rumah. Namun saat aku membuka pintu depan rumah, aku justru dikagetkan oleh kehadiran Won.

"Sedang apa kamu kemari? Apa sudah bosan tinggal di kota?"ucapku

"Hussttt, tidak baik bicara begitu"ucap nenek

"Iya maaf nek, tapi…( melirik koper Won) apa ia akan tinggal bersama kita?"

"Ya, dia akan tinggal bersama kita"jawab kakek masuk ke dalam rumah diiringi oleh nenek dan Won.

Saat Won melintas, kulihat dirinya dengan wajah kesal. Lalu masuk ke rumah, kakek dan nenek segera masuk ke kamar. Mereka membereskan pakaian mereka. S.e.m.e.ntara Won asik melihat-lihat foto yang dipajang di dinding. Ia memperhatikan foto diriku dengan kakek dan nenek.

"Wah, perubahanmu drastic sekali ya! Gendut, jadi kurus"ucap Won

Dengan wajah kesal, "Kamu memuji apa menghina?"

Won tersenyum manis, ia menoleh ke arahku. "Ya dua-duanya. Tadi aku ketemu temanmu loh!"

"Siapa?"tanyaku

"Razel, oh iya. Aku juga pernah bertemu dengannya di kota bersama temannya Hastin. Eh ternyata kami juga satu sekolah. Katanya kamu juga satu sekolah dengan mereka. Tapi kok aku ngak pernah lihat kamu ya?"

"Bawel, terserah aku mau menampakan diri atau ngak!"ucapku kesal lalu pergi ke kamar.

Saat Rembulan ke kamarnya, Won mengikutinya dari belakang. Tepat didepan pintu kamar, diriku berhenti dan mencegatnya.

"Mau ngapain ikut?"

"Kata kakek, aku boleh satu kamar denganmu"

"Astaga, kamu sudah dewasa masih saja satu kamar denganku. Memang tidak ada kamar yang lain apa?"

"Tidak, hanya ada dua kamar kan di rumah ini"

"Ya ampun, baiklah. Silahkan masuk! Aku akan tidur di ranjang, kamu dibawah saja"

"Tega sekali, aku baru datang. Mengapa tidak kamu saja tidur dibawah sekali-kali?"

"Duh, ini kamarku. Dan kamu itu anak laki-laki, mengapa tidak tidur di bawah saja?"

Won pun tidak menjawab pertanyaanku, ia segera meletakan kopernya di samping lemariku. Lalu ia duduk di lantai sambil memainkan ponselnya, ia mulai mendengarkan musik.

Kakek yang selesai membereskan barang bawaannya, ia segera mencari Won. Namun ia tidak menemukan Won di ruang tamu. Akhirnya kakek pergi ke kamar Rembulan. Ia melihat Won dan Rembulan akur.

Kakek mengetok pintu, Won yang mendengar ketokan pintu segera melepas airphonenya.

"Ya kakek, ada apa?"tanyaku

"Kalian baik-baik saja kan? Rembulan, Won akan tinggal disini. S.e.m.e.ntara kakek memikirkan bagaimana caranya agar Won punya kamar sendiri"

"Ya aku tahu, dari dulu memang begitu. Memang Won akan tinggal berapa lama disini?"

"Sampai aku lulus dari sekolah"

Mendengar ucapan Won membuatku lesu, aku benar-benar sial hari ini. Ketakutanku sekarang telah terjadi, dia menemukanku. Dan mungkin besok akan lebih parah, ya ampun!.

"Kamu baik-baik saja Rembulan?"tanya kakek

"Tidak, kenapa aku harus sekamar dengan Won? Apa aku tidak bisa sendiri di kamar ini? Aku kan anak perempuan!"

"Tenang saja, aku akan tidur di sofa kok. C.u.man barang-barangku, kutitip disini ya? Boleh kan?"

Menarik napas panjang dan menghelanya, "Ya baiklah, ya tidak masalah"

"Baguslah kalau kalian saling adil, baiklah kakek mau ke kebun dulu. Ada yang mau ikut?"

Won mengunjuk tangannya ke atas,

"Ya boleh, ayo!"ajak kakek pada Won.

Kepergian mereka membuatku legah, aku benar-benar tidak ingin membuat masa lalu suramnya kembali terjadi.

Benar-benar masa kecil yang buruk.

Kebun Kakek,

Won membantu kakek menyiapkan lahan untuk berkebun. Ia mencangkul tanah dan mencabut rumbut liar. Keringat pun keluar dari tubuhnya, hingga membuat dirinya merasa gerah. Kebetulan sore ini anginnya sejuk, sepoi-sepoi. Ia pun segera melepas bajunya yang kini memperlihatkan tubuhnya yang berroti sobek dan berotot. Pemandangan ini lah diam-diam membuat setiap perempuan yang melintas berhenti hanya untuk melihat pria tampan ini. Ketampanan Won diam-diam mencuri hati mereka hingga membuat mereka lupa akan kegiatan yang harus mereka lakukan hari ini, dan segera.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like