Desa Akurai, kebun kakek.

Pagi hari yang cerah dengan pemandangan yang indah, udara segar yang sejuk tak bisa digantikan oleh udara disiang hari. Semua aku dapatkan disini, aku bahkan dapat menarik napas legah sekarang. Ya sekarang aku telah kembali ke duniaku. Aku pun cepat bergegas menuju rumah, aku mengambil sepeda di gebuk. Lalu cepat mengayuhnya hingga ke rumah.

Di bawah pohon yang rindang, terlihat dari kejauhan dua orang gadis telah menunggu seseorang. Mereka telah mengenakan seragam sekolah. Dua gadis itu adalah Razel dan Hastin.

Melihat Rembulan dari kejauhan mendekat, Razel dan Hastin pun berharap Rembulan menghampiri. Tapi ternyata Rembulan malah langsung ke rumahnya. Ia nampak tergesa-gesa pagi ini.

"Duh, emang dah teman kita itu. Sudah punya indra ke enam, anak indogo. Eh malah suka telat"ucap Razel kesal.

"Emang dah, tumben dia telat. Emang dia kemana selama liburan sih?"

"Au dah, eh…tapi pasti dia punya cerita menarik buat kita. Yuk kita ke rumahnya saja, dari pada disini. Lelah aku menunggu, baik duduk tuh di kursi",

"Oke"setuju Hastin.

Mereka berdua pun segera menuju berada halaman depan rumah Rembulan. Mereka menunggu Rembulan keluar dari rumah.

Aku tak mempedulikan dua sahabatku yang menunggu, dengan cepat aku menuju kamar lantai atas. Segera pergi ke kamar mandi, lalu mengenakan seragam sekolah, mempersiapkan buku dan peralatan sekolah, kemudian pergi ke dapur untuk sarapan pagi.

Tapi karena aku tergesa-gesa, aku pun mulai kelelahan yang membuatku tidak nafsu makan. Akhirnya aku hanya minum air putih lalu menemui dua sahabatku di depan. Sambil menenteng sepatu berjalan keluar, lalu menyapa dua sahabatku.

"Pagi Razel, Hastin"sapaku sambil duduk di kursi dan memakai sepatu.

"Pagi, uh kamu kelihatannya kelelahan banget. Tergesa-gesa lagi, emang kamu ngapain saat liburan sih?"

Aku telah selesai mengenakan sepatu, lalu berdiri merapikan pakaian. Tersenyum manis pada dua sahabatku.

"Maaf ya, tapi nanti saja aku ceritakan. Kita berangkat ke sekolah dulu ya? Sampai di sekolah nanti akan kuceritakan",

"Baiklah"jawab Hastin yang sibuk memperhatikan rumahku yang sepi.

Sebelum pergi ke sekolah, aku segera mengunci pintu rumah lagi dan meletakan kunci di pot tanaman. Lalu kami bersama-sama berangkat ke sekolah. Bersepeda dengan santai sambil berbincang.

"Rembulan, kamu kemana saja sih selama liburan? Ngak ada kabar"tanya Hastin.

"Ada deh",

"Ih pelit, ceritain ke kita dong!"desak Razel.

"Oke, tapi jangan bilang ke siapa-siapa. Janji ya?"

"Iya"jawab serentak Hastin dan Razel.

"Aku pergi ke masa lalu, sepertinya begitu sih. Tempatnya indah banget, dan orang-orangnya juga ramah. Desa itu dikelilingi oleh dinding tinggi, ya pagar tinggi terbuat dari kayu. Orang-orang disana tidak mau keluar di malam hari. Siang hari mereka juga takut, terutama ibu-ibu dan anak perempuan. Di luar desa itu ada hutan yang dihuni oleh medusa. Medusa lah yang membuat semua orang takut, dan ia telah menelan banyak korban."

"Ih, seram amat. Untung saja di desa kita ngak ada, yak an Razel"ucap Hastin.

"Iya, selamat deh kita. Tapi ini serius kan? Emang desa itu apa namanya?"

"Desa Flower atau Tanjung Bunga, tapi sepertinya orang-orang akan mengenal desa itu dengan sebutan Desa Flower"

"Desa itu dimana? Kok aku baru dengar namanya!"

"Entahlah, aku juga ngak tahu. Tapi disana ngak ada listrik, jaringan juga sudah di dapat",

"Astaga, apa itu artinya di pendalaman banget?"

"Entahlah, aku tidak menemukan mobil disana. Mereka menggunakan transportasi kuda dan ada istana juga",

Dengan wajah berbinar senang, Hastin berucap "Apa ada pangerannya?"

"Ya tentu saja"

Spontan dua sahabatku langung berwajah berbinar-binar, serentak mereka berucap "Ceritakan tentang pangeran itu!."

Aku melihat dua sahabatku hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala, "Baiklah, di istana itu ada seorang pangeran bernama Pangeran Kim. Sifatnya agak aneh sih, dia dingin tapi nampaknya ia banyak masalah."

"Apa ia tampan?"

"Entahlah",

"Ah…katakan saja, apa ia tampan?"

"Ya",

"Apa kalian tinggal bersama?"tanya Razel.

"Astaga pertanyaan apa itu Razel?"ucapku dengan nada tinggi.

Hastin dan Razel pun tertawa, mereka tersenyum manis. Lalu Hastin mencoba menenangkan emosiku.

"Apa kamu dan ia bersahabat? Sepertinya ya, dan kamu sepertinya tidak menyukai dia. Tapi seperti kata orang bahwa orang yang kamu benci itu lah yang akan membuatmu jatuh cinta."

"Apa tak ada yang lain? Bagaimana dengan liburan kalian?"

"Lumayan seru, kami bertemu dengan cwok tampan dan berkenalan",

"Oh, siapa namanya?"

"Won",

"Apa ia pria yang baik?"

"Kupikir ia bukan sekedar pria yang baik tapi juga menarik",

"Oh, kalian berdua menyukainya ya?"

"Tidak, kami hanya berteman",

"Bagus kalau gitu, karna aku mulai khawati sekarang. Kalian akan menyukai orang yang sama"jawabku sambil tersenyum.

Spontan dengan nada tinggi dua sahabatku berucap serentak "Tidak!."

Suasana tawa pun mulai menyelimuti kami, tawa yang tiada henti dan mengelitik.

"Hahhaaa…",

"Hahahaaa…."

Namun saat tawa menyelimuti kami, tiba-tiba saja ban sepeda kami bertiga mengalami kerusakan. Ban sepeda kami kempes. Kami pun segera turun dari sepeda dan mencek sepeda kami.

Razel kaget bukan main setelah melihat sepedanya kempes, "Aaaaa….apa? Kenapa? Kenapa harus di hari senin?."

Hastin bukannya mencek sepedanya malah asik memperhatikan tingkah Razel, ia menggelang-gelengkan kepala.

"Rembulan, lihat Razel. Ia mulai bertingkah aneh!"ucap Hastin.

"Ya aku lihat, kenapa sepeda kita mengalami hal yang sama? Lihat ini, ada paku. Apa seseorang baru saja menaburkan paku di jalanan?"ucapku sambil memperlihatkan paku yang baru saja kucabut dari ban sepeda.

Dua sahabatku pun menemukan hal yang sama, mereka pun jadi marah dan kesal.

"Ih, siapa ini? Kok berani sekali menaburkan paku dijalanan?"kesal Razel sambil meleparkan patu ke selokan.

"Astaga, ini ngak hanya bisa mencelakai orang lain tapi juga membuat kita datang terlambat ke sekolah"sambung Hastin.

"Ya sudahlah, kita jalan kaki aja"ajakku

"Duh kamu, apa ngak ada cara lain apa selain jalan kaki?"keluh Hastin.

"Mau gimana lagi? Siapa juga yang mau ngajak kamu nebeng ke sekolah"kata Razel.

Dengen penuh kekesalan di pagi ini, kami berjalan kaki ke sekolah dan membiarkan sepeda kami di jalanan. Kami titipkan sepeda kami pada bengkel tambal ban. Lalu kami berangkat ke sekolah.

Saat berjalan menuju sekolah, aku merasakan seseorang mengikuti kami dari belakang. Seseorang yang beraura dingin, ia nampak mengamati kami dari kejauhan. Tapi saat aku menoleh ke belakang, aku tidak melihat siapapun disana kecuali pepohonan yang tumbuh subur.

"Rembulan, kamu kenapa? Ada apa?"tanya Razel yang dari tadi memperhatikanku.

"Aku, ah…tidak apa-apa. Ayo kita ke sekolah!"jawabku tersenyum.

Dari kejauhan, di balik pohon. Seseorang yang tak bisa menyentuh tanah telah memperhatikan tiga anak gadis yang sedang berjalan menuju sekolah. Ia tersenyum, senyuman yang mengerikan. Siapa saja yang melihatnya pasti akan lari ketakutan, namun ia tidak pernah bermaksud begitu. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan pada tiga gadis itu hingga membuat dirinya harus mengikuti mereka diam-diam lalu mencari waktu yang tepat untuk bicara.

Mata merahnya masih mengamati mereka dari kejauhan, aura dingin bagaikan es.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like