Pangeran Sasuke berjalan menuju ruang bawah tanah, dimana Yobi di tahan. Wajahnya berseri, hatinya sedang senang hari ini. Apa yang diimpikannya telah tiba, ibu telah memberi restu meski ia harus kehilangan gelar sebagai putra mahkota dan sebagai calon raja.

Jeruji besi telah menghalangi dirinya dengan Yobi, pandangannya telah terlihat pada seorang gadis yang duduk termenung dalam sel tahanan.

Yobi menoleh ke depan, dan melihat kekasihnya, Sasuke telah berada didepan dirinya. Ia kaget bercampura rasa senang. Senyum yang manis telah ada diwajahnya. Ia cepat berdiri dan menghampiri kekasihnya.

"Ada apa datang kemari?"tanya Yobi

"Yobi, aku membawa kabar baik untuk kita",

"Benarkah? Kabar baik apa?"tanya Yobi penasaran

"Ibu, ibu sudah merestui hubungan kita"

Yobi pun tersenyum, ia ingin sekali memeluk erat kekasihnya tapi terhalang oleh jeruji besi ini.

"Sungguh? Aku sangat senang. Tapi bagaimana kita bisa menikah jika seperti ini"ucap Yobi yang mengubah suasana seketika menjadi suram.

Tapi Sasuke tak membiarkan suasana itu terjadi, ia segera mengambil kunci di tangan penjaga lalu membuka pintu untuk membebaskan Yobi. Yobi segera memeluk erat Sasuke. Ia sangat bahagia akhirnya bisa bersama dengan kekasihnya lagi.

"Aku sungguh bahagia, aku pikir kita tak akan bisa bersama"ucap Yobi dalam pelukan Sasuke.

Yobi memeluk erat Sasuke telah dilihat oleh Pangeran Kim. Kini ia hanya bisa bersabar dan harus merelakan gadis yang ia cintai jatuh ke tangan Pangeran Sasuke. Hatinya telah terluka ketika melihat Yobi lebih bahagia bersama Pangeran Sasuke. Kim pun meninggalkan tempat ini. Ia berusaha menghibur dirinya dengan pergi ke beranda taman istana.

Tak sengaja dirinya melihat Rembulan sedang mondar mandir seorang diri, ia terlihat senang mencari sesuatu di langit. Pangeran Kim pun mendekatinya.

Beranda taman istana, kucoba mencari jaringan telpon seluler yang tak ada jaringan sejak aku datang kemari. Mondar mandir dan mangangkat telpon seluler setinggi-tingginya, berharap dapat jaringan telpon seluler. Tapi saat mondar mandir, dan pandangan terfokus ke handphone. Tiba-tiba aku menabrak seseorang hingga tubuhku terasa sakit, untung saja ponsel ditanganku tak jatuh.

"Aaww….sakit"ucapku segara mengalihkan padangan pada seseorang yang kutabrak. Orang itu ternyata adalah Kim. "Kim, sedang apa kamu disini?"tanyaku

"Seharusnya aku yang bertanya padamu, sedang apa kamu disini? Dan sibuk mondar mandir"

Aku tersenyum dan menyimpan tawa kecil, "Maaf, aku minta maaf. Kamu baik-baik saja kan?"tanyaku sambil menyimpan ponsel dalam tas yang ada di lantai dekat meja.

"Apakah begitu caramu meminta maaf pada orang yang baru saja kamu tabrak ini?"

Aku kaget mendengar ucapannya, aku pun segera menghampirinya. Menatapnya dengan senyuman, "Kau tahu, aku harus bagaimana meminta maaf padamu? S.e.m.e.ntara kamu adalah seorang pria. Apa sesakit itu aku menabrakmu?"

"Aaaawww….sakit"ucap Kim memegang legan kirinya yang baru saja kutabrak.

Aku pun kaget dan cepat memegang tangan kirinya yang sakit. "Maafkan aku, yang mana yang sakit? Biar aku obati"

"Ya baiklah"jawab Kim segera duduk di lantai. Tubuhnya mengarah ke meja, dan aku duduk disampingnya. Ia mengulurkan tangan kirinya padaku. "Pijat tanganku dengan begitu sakitnya akan hilang"senyumnya.

"Ya baiklah tak masalah jika hanya memijat tanganmu"jawabku melakukan apa yang ia perintah.

Anehnya pria ini malah tersenyum manis, entah apa yang dipikirkannya.

"Kenapa kamu tersenyum padaku?"tanyaku

"Apa? Apa aku tak boleh tersenyum?"

"Tidak, bukan begitu. Seseorang tersenyum memiliki alasan, apa alasanmu?"

"Hah, banyak bicara. Pijat saja tanganku, rasa sakitnya lumayan berkurang",

"Ya bagus kalau begitu. Aku sungguh tidak sengaja menabramu, jadi maafkan aku?"

"Ya setelah rasa sakitnya hilang, aku akan memaafkanmu",

"Kamu kesini, ada apa?"

"Ya aku jalan-jalan. Kamu kenapa disini? Ini hampir menjelang sore. Mengapa tak bersama temanmu?"

"Eh, itu karna…karna aku mau cari jaringan telpon seluler. Aku rindu temanku, jadi aku harus menghubungi mereka",

"Apa dengan alat yang baru saja kamu letakan dalam tas?"

"Iya benar, alat itu disebut handphone"

"Handphone",

"Ya, apakah kamu sudah merasa baikan, Kim?",

"Ya lumayan, hampir",

"Kim, apa aku boleh bertanya padamu?",

"Tentu, kamu mau bertanya apa padaku?"

"Soal Kayora dan Yora",

"Ada apa dengan mereka?"

"Tadi siang mereka terlihat kesal. Memang mereka latihan sihir seperti apa hingga begitu?"

"Oh, itu. Latihan sihir itu sulit, dan kadang membuat kesal juga. Sihir yang ingin kita lakukan tak berhasil, tak sesuai yang kita impikan. Mereka melakukannya hingga berkali-kali, dan hasilnya gagal. Itu lah yang membuat mereka kesal",

"Oh, aku baru tahu belajar sihir itu sulit",

"Hah, memang dinegerimu tidak ada sihir?"

"Tidak, hanya ada pesulap yang menggunakan trik. Bukan sihir"

"Rembulan, apa kamu tak lelah memijatku?"

"Tidak, ya sebagai permintaan maaf jadi kulakukan"

"Kau tahu, sebenarnya aku berbohong padamu",

"Berbohong?"

"Ya, aku baik-baik saja dan kamu tak melukaiku",

Seketika itu juga aku berhenti memijat tangannya, aku segera menyerang dirinya hingga dia terjatuh. Namun spontan ia menarik tanganku hingga aku berada di atas tubuhnya, menatap dirinya.

"Wajahmu memerah"ucapnya

Aku pun terdiam, ia malah memeluk erat diriku sekarang. Ia tak melepaskanku, pelukan yang hangat.

"Kim, bisakah kamu melepaskanku? Bagaimana nanti ada orang yang melihat kita? Ia bisa salah sangka",

"Baiklah, maafkan aku"

Ia segera melepaskan pelukan, dan aku segera berdiri. Lalu merapikan pakaianku, menjaga jarak darinya.

"Baiklah sekarang aku yang meminta maaf. Jadi maafkan aku?"ucapnya sambil berdiri.

"Ya ampun, benar-benar kacau sekarang. Uh, untung saja tak ada siapa-siapa. Baiklah aku kembali ke penginapan dulu. Sampai jumpa"ucapku sambil mengambil tas lalu pergi.

Pangeran Kim hanya diam saja, lalu berucap berteriak "Bagaimana denganku? Apa kamu memaafkanku?"

Teriakan Pangeran Kim tak kujawab, aku terus berjalan cepat menuju penginapan dengan wajah yang masih memerah. Bayangan wajah Pangeran Kim yang tampan masih dapat kuingat dengan jelas.

"Ah, sial. Dia hanya modus padaku. Ya ampun, aku tak bisa melupakan kejadian itu"gumanku.

Seorang dayang melihat kejadian itu disaat ia tak sengaja melintas di taman istana. Ia juga tahu bahwa Ratu Mayleen sedang mencari gadis penganti Yobi untuk Pangeran Kim. Ia pun segera menemui Ratu Mayleen yang sedang beristirahat minum teh.

"Hormat pada yang mulia, yang mulia hamba tau gadis mana yang disukai Pangeran Kim"ucapnya merendahkan diri lalu bangkit.

"Siapa? Katakan padaku",

"Rembulan",

"Gadis dari negeri yang jauh itu kan? Yang baru saja diselamatkan oleh Akira!"

"Ya yang mulia, benar sekali",

"Dari mana kamu tahu jika Pangeran Kim menyukai Rembulan?"

"Aku…maaf aku baru saja melihat mereka berdua bermesraan di beranda taman istana",

"Apa kau yakin itu?"

"Ya yang mulia, hamba melihatnya sendiri. Rembulan meninggalkan Pangeran Kim begitu saja. Nampaknya Rembulan gadis yang pemalu",

"Hem, baiklah. Kalau begitu mulai dari sekarang, Zhi kamu awasi Rembulan. Pastikan ia dan Pangeran Kim selalu bertemu. Aku ingin putraku mengatakan cinta pada gadis itu"perintah Ratu Mayleen pada pria yang ada dibelakangnya.

"Baik yang mulia, hamba akan segera melaksanakannya"jawab Zhi segera pergi melaksanakan perintah.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like