Aku melihat teman-teman berkumpul, Kayora dan Yora terlihat sedih. Mereka berteriak memanggil-manggil nama seseorang.

"Rembulan…"

"Rembulan, Rembulan bangun!"

"Rembulan….!"

Pandanganku pun berubah pada diriku yang melihat Razel dan Hastil menangis di atas pemakaman seseorang. Begitu orang-orang pergi, dan dua sahabatku bersedih. Aku dapat melihat nisan bertuliskan "Rembulan".

Nama itu membuatku terkejut bercampur sedih. Aku sedih, sedih sekali. Nisan dengan tulisan "Rembulan" adalah namaku dan diriku telah ada disana.

"Apa? Apa aku telah mati? Tak mungkin! Mengapa begitu cepat? Apa yang terjadi sebenarnya? Apa?"ucapku.

Kudekati dua sahabatku, dan aku mulai bertanya, "Razel, Hastin. Ini aku, Rembulan. Apa yang telah terjadi padaku? Aku tak disini, tolong lihat aku! Tolong…."

Tapi usahaku nampak sia-sia, dua sahabatku pergi dengan air mata meninggalkan nisan bertulis namaku. Aku pun memandang nisan, lalu terlutut di sampingnya. Air mata tiada henti mengalir membasahi pipi.

"Apa? Apa aku benar-benar telah meninggal? Mengapa? Apa yang telah terjadi? Mengapa tak seorang pun dapat menjawab pertanyaanku?"tanyaku dengan suara keras.

Aku pun kembali teringat akan medusa yang menyeretku ke dalam air,  "Itu, ia kah yang telah membuatku meninggal? Ia kah pelakunya? Gadis itu kejam sekali"ingatku.

Saat aku menangis, menutupi wajahku dan pandanganku tak terlihat akan makam itu. Kubuka kembali mataku yang terpenjam sesaat. Aku melihat Kayora dan Yora yang menangis. Mereka menungguku membuka mata. Mereka menantiku, dan diriku yang terbaring di kasur dengan selimut hangat.

Kim, Kazame dan Irranix serta Sasuke ada disana. Mereka menatap diriku dengan rasa sedih. Master Shi Ho dan Master Gioji datang kemari, dan Yobi. Gadis itu datang menemuiku dengan tatapan tajam bagai medusa yang menyerangku saat itu. Dan senyumnya yang kukenal begitu manis nan mematikan.

"Apa ini rencanamu, Yobi? Mengapa? Mengapa kamu menghancurkan hidupku? Apa yang telah kulakukan padamu sebenarnya? Apa salahku?"tanyaku didepannya tak menghiraukan diriku.

Keadaan sebenarnya saat ini adalah mereka semua tak dapat melihat diriku, mereka semua sedang bersedih karena Rembulan tak bernapas sekarang, setelah kejadian itu. Mereka semua menunggu gadis itu menghembuskan satu napas saja, satu detak jantung, dan mereka ingin satu harapan terkabul. Ya, kembalikan sahabat mereka yaitu Rembulan. Gadis yang lugu.

***

Aku tak bisa berbuat apa-apa sekarang. Aku hanya bisa memperhatikan mereka. Lalu Yobi pergi meninggalkan tempat ini, dan segera kuikuti langkahnya. Ia pergi ke kamarnya, harem.

Dia tinggal seorang diri disini, ada sebuah meja ditengah ruangan ini dengan minuman di atasnya. Yobi menutup pintu lalu duduk didekat meja itu. Ia menuangkan minuman ke dalam gelas, satu untuk dirinya dan satu untuk seseorang. Entah untuk siapa. Aku pun mendekatinya.

Ia melihat ke depan, seperti ia dapat melihat diriku.

"Duduk"ucapnya

Aku pun bingung dan melihat ke sekitar,

"Duduk"ucapnya lagi.

Aku pun segera duduk di depannya, sekarang kami hanya berdua. Dan, ia menatap diriku.

"Aku dapat melihatmu, jadi jangan menatapku seperti orang aneh. Apa kau tak penasaran dengan apa yang telah kulakukan padamu?"ucapnya sambil minum.

Aku pun menatapnya, lalu melihat isi cangkir minuman. Minuman teh yang telah dingin.

"Jangan hanya menatap, duduk manis dan minumlah"pintanya

Aku pun segera duduk manis dan meminum teh. Mengangkat dan meletakan gelasnya kembali seperti aku hidup. Ini sangat aneh bagiku.

"Kau tak takut? Atau bertanya lah sesukamu. Sekarang tak akan ada yang bisa melihatmu kecuali aku"

"Kenapa?"

"Kenapa? Hah, ternyata kamu memang benar-benar gadis yang lugu ya? Dari mana asalmu, hingga kamu sangatlah lugu?"

"Aku dari Desa Akurai, dari negeri yang jauh. Kenapa?"

"Kamu bertanya padaku lagi, kenapa?"

"Seharusnya aku yang menanyakan itu padamu. Kenapa kamu merebut Sasuke dariku?"

"Apa maksudmu? Aku tak mengerti",

"Kau tidak tahu atau pura-pura? Kau merebutnya dariku, aku melihatnya. Dia dan Ratu Mayleen, lebih memilihmu dari apa aku!"bentaknya. Tangannya memukul meja dengan keras hingga terdengar bunyi, dan cangkir bergeser dengan sendirinya.

"Aku tidak tahu, apa maksudmu? Aku…aku sangat tidak mengerti!"

"Hah, dasar gadis bodoh! Kita lihat saja nanti, apakah kematianmu itu membuat perubahan pada keputusan Ratu Mayleen yang berpegang teguh dengan ramalannya"

"Ak…aku tak mengerti!"

Tiba-tiba seseorang mengetok pintu dari luar,

"Masuk"jawab Yobi

"Putri Yobi, Ratu Mayleen ingin berbicara denganmu"

"Baiklah, aku segera datang!"

Yobi berdiri dan pergi bersama dayang itu. Kembali langkahku kuikuti hingga ke singasana. Yobi berjalan dengan tenang menuju singasana Ratu Mayleen. Begitu pintu di buka, terlihatnya semuanya. Teman-teman, Pangeran Kim dan Pangeran Sasuke berada di sini. Mereka semua datang termasuk diriku yang tak bernyawa lagi.

Kayora dan Yora menangis di depan peti yang berisi diriku. Aku masih berpakaianku yang sekarang. Rambut yang masih dianyam rapi.

Yobi memberi hormat pada Ratu Mayleen, menundukan dirinya.

"Hormatku, pada Ratu Mayleen",

"Yobi, senang bisa melihatmu. Aku hanya ingin bertanya, apa saranmu pada gadis ini. Ia baru saja diserang oleh medusa. Kuandalkan keahlianmu dalam dunia medis"

"Baik yang mulia, saya akan berusaha menyembuhkannya",

Yobi segera mendekati diriku yang terbaring di peti mati, tak ada detak jantung. Ia pun segera berucap "Maafkan aku, yang mulia. Aku tak dapat menolongnya, ia sudah meninggal beberapa menit yang lalu".

Ucapan Yobi tak hanya membuatku menangis, tetapi juga kedua temanku.

Ratu Mayleen menatap Yobi sesaat lalu mengarah pada Pangeran Sasuke, Ratu Mayleen berucap " Sasuke, aku putuskan untuk mengakhiri semua ini. Kalian semua gagal dalam misi, bahkan melindungi teman sendiri pun tak bisa. Dan kau, Yobi. Aku sudah memberimu waktu untuk memintamu belajar di dunia medis. Sekarang apa? Kau bahkan tak bisa menyelamatkannya. Dia tak akan mati begitu saja. Jadi kuputuskan untuk tak akan pernah melihatmu lagi. Pengawal…."teriak Ratu Meyleen,

Pengawal pun mendekat,

"Bawa gadis ini ke penjara, jangan biarkan dia lolos sedikitpun!"

"Baik yang mulai!"

Yobi pun segera diseret ke dalam penjara. Saat itulah hatinya benar-benar hancur. Ia tak menyangka akan berakhir begini. Ia merasa Ratu Mayleen telah mempermainkannya selama ini dan tak akan mungkin bersatu dengan kekasihnya.

Aku yang melihat tak tau harus bagaimana, aku tak bisa berbuat apa-apa.

"Pangeran Sasuke, mengapa misimu gagal kali ini? Apa kalian semua tak bisa mengalahkan seorang? Ia hanya seorang diri, dan kalian semua adalah orang-orang yang terpilih dari puluhan orang lainnya. Kenapa?"

"Maaf, maafkan saya. Yang mulia. Kami tak dapat menangkapnya hidup-hidup karena dia selalu dapat meloloskan diri",

"Kayora, Yora! Kanapa kalian tak bisa melindungi gadis ini? Kalian kemana saja?"

"Maafkan hamba, yang mulia. Ini salah saya, karena saya. Hukumlah saya"ucap Yora

"Tidak, ini bukan salah Yora. Ini salah saya, saya yang lalai"bela Kayora

"Kalian berdua selalu saja begitu, aku ingin kalian menyelesaikan misi kalian hingga selesai. Jangan sampai ada korban lagi, apa lagi korban itu adalah teman dekat kalian. Sekarang lihat! Bagimana kita memperlakukannya sekarang? Tak ada yang tahu, ia sungguh-sungguh mati atau masih bisa diselamatkan"

Ucapan Ratu Mayleen dijawab oleh seorang pria, ia seorang pria yang misterius. Namun tidak asing bagiku.

"Yang mulia, hamba bisa mengembalikan gadis itu. Ia tak mati!"

"Siapa kamu?"

Pria itu memberi hormat, merendahkan dirinya sendikit. "Hormatku pada yang mulia, Ratu Mayleen. Saya adalah Akira. Saya sedang mencari Rembulan, dan saya mendengar tentang semua ini. Maafkan saya jika telah lancing bicara!"

"Rembulan? Apakah gadis itu yang kamu maksud?"tunjuk Ratu Mayleen pada sebuah peti yang berisi jasad diriku.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like