Berjalan keluar area latihan prajurit, menuju taman istana. Taman yang indah dengan kolam renang yang luas. Ada bunga terantai menghiasi kolam itu, dan ikam hias.

Aku pun duduk di pinggir kolam, duduk di jembatan kolam yang terbuat dari kayu. Mencebuhkan kaki ke air, yang membuatku terasa dingin. Pikiranku pun kembali jernih. Air yang jernih dan ikan-ikan datang menghampiri mengelitik kakiku.

Angin pagi berhembus, menerpa dedaunan hingga jatuh. Tempat ini sunyi, hampir tak seorang pun datang kemari pagi ini. Ya jika dilihat ke langit, aku akan melihat matahari yang menunjukan pukul 08.00 pagi sekarang. Suara kicauan burung pun masih terdengar riang ditelinga, suara yang indah.

Melihat ke air, ikan-ikan mengelitik di kakiku. Mereka menghampiriku.

"Ikan yang cantik, mengapa Master Shi Ho itu berkata begitu padaku? Apa penampilanku ini seperti gadis bar-bar? Penampilanku sejelek itu kah? Mengapa mereka tak berkata "Maaf"saja padaku? Itu kan akan membereskan semua ini, dan ngak perlu ngatain aku gitu. Kan aku jadi sedih"gumanku hingga tak sadar membuat air mataku menetes.

Gadis bar-bar adalah gadis yang tahu tata krama, dan dipandang jelek di negeri ini. Gadis bar-bar, jika disebutkan pada gadis lain tentu akan membuatnya kesal. Sebutan itu sama saja meremehkan gadis itu, dan sama seperti menghinanya di depan umum.

"Ah, lihat ya ampun. Aku menangis ya? Hahahah, kukira hujan"tawaku mengusap air mataku dengan tangan. Lalu melihat bayangan sendiri di air, bayangan diriku dengan rambut panjang terikat satu yang dikepang bagai putri di negeriku.

"Disaat seperti ini, aku teringat dengan Hastin dan Razel. Mereka sedang apa ya? Apa mereka merindukanku?"tanyaku.

Sisi lain, keberadaan Razel dan Hastin. Mereka sedang berada di hotel, menikmati hari liburan. Jalan-jalan menikmati indahnya pagi dengan berbelanja pernak-pernik.

"Oh ya, bagaimana kabar Rembulan sekarang ya? Aku tiba-tiba teringat dia, apa dia lagi sedih?"tanya Razel

"Ah mungkin perasaanmu saja, Rembulan pasti tahu cara menghibur diri. Tenang saja, dia pasti menemukan teman yang akan menemaninya"jawab Hastin

"Oh, baiklah. Aku akan mengirim pesan pada Rembulan"

"Em, ya tentu saja dan beritahu kita bahwa kita menemukan banyak novel yang dia sukai"

"Tentu saja" senyum Razel

Kemudian Razel mengirim pesan melalui ponsel pada Rembulan, "Rembulan, bagaimana kabarmu? Aku memikirkanmu, apakah kamu baik-baik saja? Kami merindukanmu, jaga dirimu baik-baik ya? Kami menemukan banyak novel yang kamu suka. Kami benar-benar merindukanmu disini. Hah, seharusnya kamu ikut dengan kami saja agar aku tak khawatir padamu".

Pesan terkirim…

***

Ponsel dalam tas bergetar, ponsel yang berada di dalam tas. Tas yang terletak berdekatan dengan tempat tidur. Tertinggal di penginapan.

S.e.m.e.ntara diriku terus melihat air dengan ikan hias yang datang dan pergi. Air dan ikan telah membuatku yang terus memperhatikannya mengantuk. Tenang, tenang, sunyi, sejuk dan hening. Semua terasa indah dan nyaman. Tetapi mendadak kantukku menghilang begitu melihat riak air ditengah kolam, dan ikan-ikan pergi.

Riak air yang lama-lama membesar, riak air yang mengeluarkan medusa. Medusa telah berdiri di depanku dengan lidah yang menjulur. Kali ini tangannya hanya ada dua. Tatapannya berusaha menatapku, namun kucoba berkedip-kedip lebih cepat agar tak terkena serangan rahasianya.

Tiba-tiba ekor medusa telah melilit tubuhku, aku tak dapat menghindar darinya. Ia segera membawaku ke dalam air. Air pun segera membasihi tubuhku. Aku berusaha menahan napas panjang, namun medusa mempererat lilitan ekornya padaku hingga aku tak bisa terus menahan napas. Aku merasa hidupku sekarang dipenuhi oleh air. Air masuk ke mulut lalu tenggorokanku, memenuhi perut dan tubuhku. Aku tak bisa menahannya, dan perlahan-lahan aku menutup mataku. Pandanganku menjadi gelap.

Dalam kegelapan, aku perlahan-lahan melihat cahaya kecil. Aku semakin dekat dengan cahaya itu, perlahan-lahan cahaya itu semakin membesar. Namun mendadak cahaya itu menjauh dariku. Jauh, jauh dan sangat jauh. Hingga hening dan sepi menghantuiku.

Sekarang tak ada apa-apa, sekarang sudah usai, dan selamat tinggal. Aku tak tahu ada dimana sekarang, semuanya terlihat gelap dan sepi. Tak adakah yang dapat menolongku, mendengarku atau tunjukan jalanku dimana aku berada sekarang? Dimana?

Tak ada bisikan apapun, tak terdengar, hanya sendiri, hening dan sepi. Semuanya sudah selesai.

Entah berapa lama waktu berlalu, hingga cahaya kecil datang padaku. Cahaya kecil yang memandu diriku menuju sebuah tempat yang kukenal.

Aku melihat teman-teman berkumpul, Kayora dan Yora terlihat sedih. Mereka berteriak memanggil-manggil nama seseorang.

"Rembulan…"

"Rembulan, Rembulan bangun!"

"Rembulan….!"

Pandanganku pun berubah pada diriku yang melihat Razel dan Hastil menangis di atas pemakaman seseorang. Begitu orang-orang pergi, dan dua sahabatku bersedih. Aku dapat melihat nisan bertuliskan "Rembulan".

Nama itu membuatku terkejut bercampur sedih. Aku sedih, sedih sekali. Nisan dengan tulisan "Rembulan" adalah namaku dan diriku telah ada disana.

"Apa? Apa aku telah mati? Tak mungkin! Mengapa begitu cepat? Apa yang terjadi sebenarnya? Apa?"ucapku.

Kudekati dua sahabatku, dan aku mulai bertanya, "Razel, Hastin. Ini aku, Rembulan. Apa yang telah terjadi padaku? Aku tak disini, tolong lihat aku! Tolong…."

Tapi usahaku nampak sia-sia, dua sahabatku pergi dengan air mata meninggalkan nisan bertulis namaku. Aku pun memandang nisan, lalu terlutut di sampingnya. Air mata tiada henti mengalir membasahi pipi.

"Apa? Apa aku benar-benar telah meninggal? Mengapa? Apa yang telah terjadi? Mengapa tak seorang pun dapat menjawab pertanyaanku?"tanyaku dengan suara keras.

Aku pun kembali teringat akan medusa yang menyeretku ke dalam air,  "Itu, ia kah yang telah membuatku meninggal? Ia kah pelakunya? Gadis itu kejam sekali"ingatku.

Saat aku menangis, menutupi wajahku dan pandanganku tak terlihat akan makam itu. Kubuka kembali mataku yang terpenjam sesaat. Aku melihat Kayora dan Yora yang menangis. Mereka menungguku membuka mata. Mereka menantiku, dan diriku yang terbaring di kasur dengan selimut hangat.

Kim, Kazame dan Irranix serta Sasuke ada disana. Mereka menatap diriku dengan rasa sedih. Master Shi Ho dan Master Gioji datang kemari, dan Yobi. Gadis itu datang menemuiku dengan tatapan tajam bagai medusa yang menyerangku saat itu. Dan senyumnya yang kukenal begitu manis nan mematikan.

"Apa ini rencanamu, Yobi? Mengapa? Mengapa kamu menghancurkan hidupku? Apa yang telah kulakukan padamu sebenarnya? Apa salahku?"tanyaku didepannya tak menghiraukan diriku.

Keadaan sebenarnya saat ini adalah mereka semua tak dapat melihat diriku, mereka semua sedang bersedih karena Rembulan tak bernapas sekarang, setelah kejadian itu. Mereka semua menunggu gadis itu menghembuskan satu napas saja, satu detak jantung, dan mereka ingin satu harapan terkabul. Ya, kembalikan sahabat mereka yaitu Rembulan. Gadis yang lugu.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like