Rembulan: Discover Of The Moon
Chapter 4
Pagi-pagi sekali Kayora membangunkan diriku, menggerak-gerakkan tubuhku dan berucap " Rembulan, ayo bangun! Kamu mau pulang apa ngak?". Seketika aku mendengar kata pulang, mataku langsung terasa
segar dan berucap " Ya mau, kapan aku akan pulang?".
" Hari ini dan segera! Ayo cepat
bangun, kita mencari pohon ruang waktu yang membawamu kemari. Akan banyak pohon
yang harus kita temukan"
" Benarkah? Memang ada pohon ruang
waktu? Aneh sekali"
" Ada, kalau tidak ada mana mungkin
kamu bisa datang sampai ke sini. Sejak awal aku bertemu denganmu, aku sudah
berprasangka kalau kamu bukan warga sini", Kayora sambil menarik tanganku
hingga keluar dari rumah Kek Putih.
Kemudian melepaskan tanganku, lalu kami
sama-sama pergi mencari pohon ruang waktu. Kayora berjalan sambil membaca buku
ditangannya, dia membaca buku petunjuk mengenai pohon ruang waktu. " Disini
dikatakan pohonnya kembar, bersemberangan, akarnya terikat ke satu pohon ke
pohon kembarnya, daunnya lebat, ada cahaya ditengah-tengahnya" ucap Kayora.
Kudengar ucapannya, " Apa ada petunjuk
lain selain di buku itu, Kayora? Coba kamu lihat pohon-pohon di sini semua bisa
dikatakan pohon ruang waktu".
" Ya tentu saja ada cara lain",
Kayora mengayunkan tongkat sihirnya, cahaya warna biru keluar dari tongkat, "
Tunjukan dimana pohon ruang waktu berada".
Begitu diucapkan cahayanya terbang
dan kami mengikuti cahayanya. Cahaya itu tepat berhenti didepan dua pohon yang
tumbuh bersemberangan lalu menghilang. " Ini dia jalan pulangmu, Rembulan. Kamu
bisa datang dan kembali kemari melalui jalan ini"ucap Kayora.
" Terima kasih banyak Kayora, aku
tak percaya pohon ruang waktu benar-benar ada. Kalau begitu aku pulang dulu,
sampai jumpa" jawabku.
Kayora langsung memeluk erat diriku, " Datang
lagi ya, aku hanya punya teman kamu!".
" Ya
jika Kakek tak masalah aku jalan-jalan di sini" jawabku. Kemudian kulangkah kan
kaki memasuki pohon ruang waktu. Aku tak merasakan hal yang aneh ketika
melewati pohon ruang waktu dan tiba di kebun Kakek.
<<Rembulan data-tomark-pass >>
Kulihat Kakek sedang beristirahat di
gebuk. Kudekati dia dengan malu-malu dan takut kena marah karena aku tak pulang
beberapa hari.
Kakek
melihatku datang, dia tersenyum manis dan berucap " Rembulan, ayo duduk didekat
Kakek. Kakek mau bercerita padamu", lalu aku duduk di samping kakek.
" Dengar cucuku, aku pernah membaca
buku. Buku yang sangat lama, dia bisa mengetahui apa yang terjadi pada cucuku
ini. Tapi tidak selamanya benar, buku hanya mengatakan apa yang sedang
dihadapinya di sana. Seorang yang engkau temui, Medusa. Itu adalah Yobi. Dia
sangat tertekan karena kedua orang tuanya di bunuh. Dan dia sangat mencintai Sasuke,
kamu jangan terlalu dekat dengan Sasuke jika tidak ingin mencari masalah dengan
Yobi ya?".
Aku hanya menganggukkan kepala,
lantas berpikir " Kakek, tahu ya apa yang aku hadapi?".
" Kamu kembalilah setiap sore ke negeri
itu bawa apa yang kamu perlukan. Tapi jangan bilang Kakek memberi ijin padamu
pada Nenek. Nanti Nenek marah pada Kakek. Nenekmu tak ingin sesuatu terjadi
padamu, hanya kamu yang kami punya. Tapi mungkin sudah saatnya kamu di panggil
dan berhadapan dengan kenyataan. Bukankah begitu cucukku?"
"
Entahlah kek!" ragu-ragu.
Kakek tertawa, lalu berdiri mengenakan sandal dan berucap
" Ayo kita pulang! Nenek pasti sedang menunggu kedatangan kita. Kamu tahu Kekek
menunggumu berapa lama hingga kamu keluar dari pohon ruang waktu?"
" Tidak, Kakek tahu pohon ruang waktu juga? Mengapa tak masuk
Kek? Menjemputku, aku tersesat"
" Kamu tersesat? Bagaimana bisa? Langkahmu selalu tetap
disana. Kakek tak bisa masuk karena darah Kakek mengalir di dunia ini bukan
diduniamu".
Kemudian kulangkahkan kaki pulang ke rumah beriringan
dengan langkah kakek sambil berpikir " Hah, syukurlah kakek tak marah".
<<Rembulan data-tomark-pass >>
Tiba di rumah, aku segera pergi ke kamar mandi. Sedangkan
Kakek mencuci kakinya di halaman rumah ditemani Nenek.
" Kek, kamu membawanya ke pohon ruang waktu ya?"
" Tidak, aku tak membawanya. Dia sudah mengetahuinya, Nek!"
" Bagaimana itu bisa terjadi? Kamu membiarkannya masuk ke
sana? Disana berbahaya Kek!"
" Tapi tidak untuknya, Nek. Dia bukan sedarah dengan
kita. Apa kamu lupa siapa dia sebenarnya? Kita hanya diminta menjaganya bukan
mengurungnya"
" Hah, Kakek selalu saja seperti itu. Aku hanya khawatir
sesuatu terjadi padanya seperti malam saat bulan tak pernah muncul di langit
dan badai menghiasi negeri kita dua hari. Menengelamkan beberapa kota dan desa.
Aku khawatir Kek, kegelapan semakin berkuasa. Jika itu terjadi, kita tak akan
tinggal disini. Kita tak akan pernah ada"
" Jangan terlalu khawatir, dia akan baik-baik saja. Dia
anak baik"
<<Rembulan data-tomark-pass >>
Malam hari, seusai makan malam. Kubantu Nenek
membersihkan peralatan makan. Setelah itu pergi ke kamar untuk belajar. Membuka
buku dan mulai mengerjakan tugas. Setelah selesai, pikiranku kembali pada
Hastin dan Kayora. " Hah, apa iblis itu masih menggangunya? Seharusnya manusia
tak di ganggu oleh iblis seperti itu. Medusa, yang diceritakan Kakek hampir sama dengan apa yang aku alami. Akan lebih
baik jika aku kembali menemui Kayora dan mengatakan yang sebenarnya" gumanku
sambil melihat bintang-bintang di jendela luar.
<<Rembulan data-tomark-pass >>
Pagi hari, udara terasa sejuk. Seperti biasa mengayuh
sepeda ke sekolah. Parkirkan sepeda dan
menunggu kedatangan Hastin yang kuperhatikan sepedanya tak ada diparkir
sekolah. Tapi tiba-tiba saat aku menunggu, entah mengapa tanganku terasa gatal.
Aku mengaruk hingga tak sadar darah keluar. Tanganku terluka, segera saja
kuambil tisu di dalam tas dan menyekanya. Hal aneh pun terjadi, tanganku
berhenti berdarah dan menimbulkan tanda berbentu bulan. Kupikir tisuku mengenai
tinda hingga ketika aku menyekanya menimbulkan bekas. Tapi setelah kuperiksa
ternyata tisu yang kugunakan bersih, tidak ada tinta. Kubiarkan saja tanda itu
terus ditanganku, tapi semakin lama membiarkannya aku merasa aneh. Kuperban
tanganku hingga tanda itu tertutupi, dan orang-orang tak akan melihatnya.
Ketika Hastin datang bersama Razel,
aku masih melihat makhluk itu mengikut Hastin dari belakang. Tapi kali ini
bukan makhluk yang menyeramkan, tapi seorang pria tampan yang memiliki sayap
seperti malaikat. Aku hanya diam dan terus melihat ke arah Hastin.
" Pagi Rembulan? Kamu menatapku
lagi, apa ada yang aneh?" ucap Hasti.
Sambil tersenyum manis aku berucap "
Tidak ada apa-apa kok. Kamu kok baik sekali, pagi-pagi sudah menyapaku"
"Hah, aneh kamu Rembulan. Kita kan
teman kamu lupa?"
Nyengir-nyengir sendiri, " E, ngak
kok aku ngak lupa. Yuk kita ke kelas. Oya Razel, Hastin kemarin ngapain sih kok
jadi diikutin malaikat?"
" Oh, Hastin diikutin malaikat ya!"
kata Razel.
Tak beberapa lama kemudian Hastin
dan Razel sadar. Mereka berteriak lalu diam, karena teman-teman melihat
kearahnya. Menahan rasa malu dan penasaran, Hastin dan Razel menarik tanganku
menuju ruang kelas. Bicara dua mata alias enam mata dengan mereka, eh lupa jadi
delapan mata dengan malaikat.
" Apa benar ada malaikat
mengikutiku?" tanya Hastin.
" Iya, ada. Dia sangat tampan tapi
sayang bagaiku menyeramkan", mendengar hal itu malaikat yang mengikuti Hastil menrengut seakan-akan
marah.
" Benarkah? Andai aja aku bisa
melihatnya" harap Hastin.
" Iya aku juga"sambung Razel.
"Emang apa yang kamu lakukan
kemarin, Hastin?"
" Ya biasalah, setelah diikuti
makhluk menyeramkan. Aku bicara sama mama, dan mama bilang aku harus membuang
sikap burukku. Jadi ketika mau kemana pun aku selalu berdoa"
" Oh, jadi berdoa. Aku juga ah, biar
diikuti malaikat tampan" sambung Razel.
Aku hanya tersenyum melihat malaikat
dibelakang Hastin, dia sepertinya mau bicara denganku. Tapi dia menahan rasanya
untuk bicara.
" Udahlah, yang penting sekarang
kamu baik-baik saja dan lebih baik Hastin" kataku.
" Iya aku juga merasa senang
sekarang, tidak takut lagi".
<<Rembulan data-tomark-pass >>
Dalam pikiran teman-teman yang
mendengar percakapan Razel, Hastin dan Rembulan yang membicarakan tentang
malaikat tampan yang mengikuti Hastin.
" Alah paling-paling c.u.man omong
kosong, Rembulan tuh. Dia kan memang cwek aneh, aneh banget!"
" Eh, jangan percaya! Mana ada
malaikat tampan yang mengikuti Hastin yang ada tuh Rembulan yang aneh"
" Iya, jangan percaya"
Kudengar percakapan itu, aku hanya
tersenyum menanggapinya.
"Razel, Hastin. Kalian mau melihat
dia ngak?"
"Dia siapa Rembulan?" tanya Razel
"Iya dia siapa?" tanya Hastin
"Malaikat, si tampan. Tapi aku
bicara dulu ya dengan malaikat Hastin, boleh apa engak?"
"Oke!"
Berdiri dan mendekati Hastin, lalu
berucap " Malaikat yang baik, apa kamu bersedia untuk melihat kedua temanku?
Mereka ingin melihatmu. Kamu duduk saja di depan Hastin bersampingan denganku"
" Aku datang untuk menjaganya, bukan
untuk bicara!" jawabnya
"Kok kamu pelit sekali? Kamu
menjaganya kan? Kalau menjaganya juga harus bicara"
"Baiklah c.u.man sekali aja"
Mendengar jawaban malaikat itu aku
langsung memberitahu pada Hastin dan Razel, " Kata malaikat, boleh tapi c.u.man
sekali".
" Lalu bagaimana cara untuk
melihatnya?" tanya Hastin
Aku kembali duduk di kursi,
sedangkan malaikat duduk disampingku berhadapan dengan Hastin . " Baiklah,
ulurkan tangan kalian berdua. Pejamkan sebentar dan buka kembali" ucapku.
Mereka berdua mulai melakukan perintahku, dan aku mencoba membuka hati mereka.
Begitu mata mereka terbuka. Hastin dan Razel langsung histeris kesukaan.
"Hay, namamu siapa malaikat
ganteng?"tanya Hastin
" Iya namamu siapa?"
Malaikat menjawab " Aku penjaga
Hastin"
Teman-teman yang memperhatikan sikap
Hastin dan Razel yang mendadak berubah berbicara dengan seseorang yang tak
dikenal, berbisik " Apa benar mereka berbicara dengan malaikat?".
" Mana mungkin? Pasti itu bohong"
" Ah, tapi Hastin dan Razel tak
seperti biasanya bersikap seperti itu"
"Ya iyalah, mereka kan sudah
tertular dengan gadis aneh itu. Jadi aneh dech!"
" Eh, tapi rasanya asik dech. Mereka
berbicara dengan malaikat katanya!"
"Aku juga mau donk, kalau aja
Rembulan lihat dibelakang aku malaikat ganteng"
"Malaikat cantik juga!".
Entah kenapa teman-teman mendadak
mendekati kami bertiga,
" Rembulan, kalian sedang apa?"
" Melihat malaikat ganteng didepan
ini, rasanya pengen dech jadi pacar dia" jawab Razel
" Tapi sayangnya malaikat ini punya
aku!"
"Malaikat apaan sih?" tanya mereka
" Ini loh malaikat penjaga Hastin"
jawab Razel.
"Apa itu benar? Sungguh?" tanya
mereka
"Tentu saja ada, kalian ngak lihat
sih"
Teman-teman yang melihat Razel,
Rembulan dan Hastin semakin kebingungan. Apa lagi yang melihat tingkah Razel
dan Hastin yang selalu mengatakan dan bicara pada makhluk yang tak terlihat.
Hari yang membingungkan sekali.
You'll Also Like
-
After My Rebirth, I Escaped My Marriage
Chapter 476 192 days ago -
City Life – Miraculous Doctor From The Mountains
Chapter 140 192 days ago -
Worldwide Hunger: I Can Fuse My Items
Chapter 40 192 days ago -
The Petite Wife of An Eighties' Villainous Big-Shot
Chapter 40 192 days ago -
Bizarre Beast Taming: Dominating the Whole World With My Ghost Hand
Chapter 40 192 days ago -
Accidentally Exposing the Real Heiress' True Colors!
Chapter 40 192 days ago -
Reincarnated in the Apocalypse: Invincibility Starts From Killing Enemies With My Own Hands
Chapter 226 192 days ago -
Back to the Past: The Rise of the False Heiress Marrying the True Tycoon
Chapter 384 192 days ago -
My Account Banned, I Drove Game Developers Crazy
Chapter 40 192 days ago -
My Life as a Cultivator in a Game
Chapter 40 192 days ago